SBMPTN

533 18 30
                                    

Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN).
Sebelumnya mau tanya nih, apa sih, first impression pertama denger SBMPTN?:)

Untuk yang berencana ikut, entah itu masih kelas 10, 11 ataupun 12. Belajar dari sekarang, pahami materinya, jangan nunda-nunda.

Hmm, seleksi ini adalah seleksi yang paling menguras segalanya bagi saya hehe.
Dimulai dari awal tahun ajaran kelas 12, saya udah memikirkan SBMPTN. Udah mulai nyicil materi walaupun masih males-malesan.
Tanya-tanya ke alumni dan teman-teman yang sudah kuliah juga nggak lupa.

Saya murni belajar sendiri, tanpa bimbel apapun. Buku pun saya pinjam ke teman saya yang tahun lalu lolos SBM, itupun buku dari bimbel yang isinya ringkasan materi dan beberapa latihan soal. Nggak ada pembahasannya.

Kenapa nggak beli buku terbitan baru? Duh, waktu itu keperluan kelas 12 banyak sekali.

Jadi saya hanya pakai buku itu dan beberapa fotocopyan soal-soal yang saya pinjam dari teman saya itu juga. Untuk pendukungnya saya manfaatin google dan buku-buku pelajaran kelas 10-12 saja.
Menurut saya kalau untuk pemahaman materi sebenarnya buku-buku pelajaran ditambah google itu udah cukup banget kok. Karena kunci SBM itu menguasai materi, dan paham materi.

Memang benar, kalau masa-masa kelas 12 itu sangat singkat. Itu semua karena kalian akan disibukan dengan pemadatan materi, les untuk yang ikut bimbel, ujian, ujian belajar, belajar, dan belajar.

Apalagi menyeimbangkan belajar pelajaran sekolah dan tugas-tugasnya dengan SBM.

Titik puncaknya menurut saya bukanlah UN, tapi Ujian Praktek, Uprak itu benar-benar lebih menguras tenaga daripada UN. Apalagi untuk orang seperti saya yang kurang suka praktek, wkwk.

Intinya, semakin kalian mendekati UN semakin susah kalian memanajem waktu untuk belajar SBM. Setiap hari pulang sore, sampai rumah mandi, sholat, makan tau-tau adzan magrib. Belajar sampai malam, tidur, tiba-tiba sudah pagi, sekolah, dan diulang lagi.

Begitulah siklus anak 12 SMA, tapi itu benar-benar akan sangat memorable. Apalagi jika ingat teman-teman SMA, yang mungkin nggak kita temui lagi anak-anak seperti mereka di dunia kampus nanti.

Saya jadi rindu nih, sama suasana kelas, dan teman-teman juga:")

Back to topic..
Saat teman-teman memikirkan belajar UN, saya benar-benar nggak sama sekali memikirkan UN, yang saya pikirkan cuma SBM, SBM dan SBM. Beruntungnya, tahun saya UN nggak jadi patokan kelulusan.

Yang pertama saya pelajari adalah TKPA, ini isinya, Matematika Dasar, Bahasa Indonesia, Bahasa inggris dan yang seperti psikotes gitu (saya lupa namanya wkwk).

Jumlah soal 90 butir dengan waktu pengerjaan 105 menit. *CMIIW karena saya lupa*

Awal lihat aturannya sempat kaget dengan durasi waktunya. "Gila, soal uas yang cuma 50 soal aja 2 jam kadang nggak sampe, ini 90 soal dengan waktu segitu?"

Tapi saya pernah baca juga, kalau soal TKPA memang sengaja di buat biar nggak bisa diselesaikan dengan waktu segitu. Entah itu benar atau nggak.

Di TKPA ini kendala terbesar saya adalah Matematika. Asli soalnya abstrak semua. Memang dasar nggak suka eksak ya mau dicekokin materi hitungan kayak apapun bakal gumoh, hehe.

Kendala ke dua adalah, Bahasa Indonesia dan Inggris. Kedua materi ini letaknya di belakang.
Otomatis kalau kita ngerjain runtut dari awal sampai akhir, bagian bahasa nggak bakal kebaca keseluruhan.
Teksnya yang panjang dan tidak didukung waktu.
Jadi harus pintar-pintar membuat strategi pengerjaan soal. Maksimalkan dibidang yang kamu kuasai.

Setelah TKPA, beralihlah ke SOSHUM. Sebenarnya waktu itu belum tuntas semua materi TKPA. Tapi kalau lihat waktu yang tinggal beberapa bulan lagi SBM, nggak mungkin dong terus-terusan TKPA.
Meskipun, tergolong waktu itu masih lama tapi karena walaupun saya anak IPS, materi soshum yang benar-benar saya kuasai cuma Sosiologi. Cuma itu. Yang lain, aduh.

[COMPLETED] Habiskan Jatah GagalmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang