Pada Sebuah Rasa

133 9 0
                                    

Pada suatu ketika. Menjadi pembuka dari setiap lembarnya. Pada suatu ketika juga rasa itu diam-diam menyelinap dalam ruang yang berdebu ini. Entah setelah kian lama di umur belasan ini baru ada yang mengisinya. Mungkin untuk sekedar singgah atau hanya untuk tempat berdiam sementara. Pada suatu ketika juga, tiba-tiba saja rasa seperti ini muncul diantara senja ataupun gedung ibukota. Ah. Entahlah. Tidak ada bentuknya, jadi sulit untuk menggambarkan ini rasa seperti apa. Hanya saja, indahnya seperti senja. Lukanya seperti warna jingga dan ukurannya seperti gedung ibukota.

Pada sebuah rasa, tiba-tiba saja.
Pada sebuah senja, seketika saja ia tumbuh.
Pada suatu ruang ibukota, "akhirnya ku menemukanmu" ucapku saat itu.

Tapi tunggu dulu. Ini masih awal, masih permulaan, kita lihat, siapa yang diantara kita akan bertahan. Bertahan untuk tidak ego. Apalagi untuk pura-pura bego soal rasa.

Terlepas dari itu semua, intinya aku  menemukan degupan rasa, diantara retina yang menyamar menjadi karsa. Kala itu degup hati ini semakin berdendang di alam yang sunyi, di pagi hari. Merapal namamu saat pertama kali kita bertemu. Disaat bersua dengan pekatnya kopi.

Selamat tuan, kau memasuki ruang ini. Selamat sekali lagi. Langit pun ikut berpuisi menuliskan namamu yang seindah diksi.

-Aulia Trisia

Jakarta, September, 2018.

Pada sebuah rasa,
Terjerembab tak berdaya.

Langit BerpuisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang