Coel mengayuh segenap deru napas yang tersisa untuk mengejar sosok mungil. Kendati perawakan sosok itu siluet hitam, justru membuat tampak mencolok di teriknya hari. Apalagi berlompat-lompat dari satu atap rumah ke atap lain. Acap kali Coel hampir menyentuh sungut pada buntut, makhluk comel itu malah menyemburkan api. Ia menyesal tas perlengkapannya ketinggalan di Asrama Draco Day Care. Mengingat isi tas itu terdapat jaring es untuk mempermudah menangkap pergerakan makhluk itu yang kerap menyemburkan api bila terdesak.
Saking seringan embusan angin siang, walhasil pria muda itu pontang-panting mengikuti lajunya. Sesekali kakinya terperosok ke celah genting ketika retakan atap gerabah yang diinjak pecah. Alisnya tertukik. Gerahamnya bergemeletuk gemas. Memburu waktu di saat rotasi hari sudah berada di ujung cakrawala bukanlah hal mudah. Terlebih ini adalah akhir bulan. Bila begini terus, ia tidak akan mendapat laporan kerja yang akan memberikan kepingan emas hingga menyesaki lambung dompetnya.
Sementara, matahari sudah mulai mengesot ke sisi barat untuk digantikan rembulan.
Dahinya mengernyit mendapati sosok pendek itu berhenti sejenak. Ia kira kejar—kau—kutangkap akan selesai saat ini juga. Alih-alih demikian, si sosok itu justru menjulurkan lidah, menyemburkan api kecil, dan berlagak megal-megolkan buntut layaknya bebek. Tak lama, cakar kaki pendeknya kembali menjejak semakin jauh. Seketika lutut Coel lemas sampai ambruk gemetaran.
"Wah, payah! Kakimu dua kali lebih jenjang dariku, tapi kenapa menyentuhku seujung jari saja tidak bisa, eh?"
Terdengar cekakak-cekikik bersambung lisan cemooh merekah disapu angin. Semakin menambah kegeraman Coel untuk segera melaju cepat. Ia pun berusaha bangkit, tetapi kakinya terjepit celah genting. Mau tak mau, ia berurusan dengan si tuan rumah itu.
"Hei, kau! Apa yang kaulakukan sama atap saya!? Ganti rugi rumah saya! Gentingnya masih baru setahun, Bung!"
Coel pun mendesah sembari melemparkan selembar kertas nominal.
Si tuan rumah lekas meraih helaian berharga itu. Namun, tekukan di bibir makin tajam begitu melihat deretan nol yang tak seberapa di lembaran nominal itu. Mulutnya hendak berteriak, sayangnya pria muda itu sudah kabur tunggang-langgang.
KAMU SEDANG MEMBACA
IRISAN TINTA: NPC's 30 Days Writing Challenge 2018 ― ⌠selesai⌡
Cerita PendekRASAKAN SENSASINYA! Ketika Jiwamu Dibelah-belah Selama 30 Hari Penuh dan Dikejar-kejar Garis Kematian Tiap 24 Jam per Hari! ======================================= Sejenis Karya Tulis Gado-Gado yang tiap bab beda tema. ==============================...