Malam minggu sudah menjadi rutinitasku dan Arka untuk maraton film lawas meskipun tidak melulu film lawas, sih. Kadang kala, aku dan Arka hanya duduk terdiam di sofa berdua saja, melamun. Aku melamunkan, "kenapa bumi bulat," sedangkan yang Arka lamunkan biasanya, "astaga perut ini lapar."
Kalau tidak begitu, biasanya dengan sangat terpaksa meski sebetulnya malas sekali, aku dan Arka keluar untuk mencari angin. Namun biasanya tidak akan berbuah manis kalau aku yang pertama mengajaknya keluar.
"Ka, cari angin, yuk!"
"Ngapain angin dicari? Tuh kipas angin ada anginnya, nyalain gih! Tapi hati-hati masuk angin, Na. Gabisa ngerokin kamu soalnya."
Dia memang semenyebalkan itu terkadang.
Meski sebetulnya banyak, sih, yang biasa kita lakukan di malam minggu untuk quality time berdua. Mengisi ruang rindu yang diisi penuh dengan kesibukan masing-masing sebagai mahasiswa. Mungkin salah satunya adalah bertukar pikiran dengan Arka, kami biasa menyebutnya sebagai deep convo. Karena kami akan benar-benar mengeluarkan pendapat secara mendalam entah dari segi logika maupun perasaan.
Dan sepertinya malam minggu ini kami akan menghabiskannya dengan sesi saling mendengarkan.
"Ka, gabut," ucapku pada Arka yang sedang serius membaca sebuah buku bersampul hijau, judulnya 1984 karangan George Orwell, hadiahku untuknya saat ulang tahun kemarin.
Namun tampaknya usahaku untuk mengganggu Arka kurang beruntung, lelaki itu masih saja terpaut pada buku yang membuatku ingin menyingkirkannya segera.
"Ih! Arkaaaa!" omelku, sembari mencoba mengelitikinya di tempat sensitif Arka.
"Na, geli! Ada apa, sih?" akhirnya Arka menyerah dengan bukunya, menyimpannya seakan tidak akan pernah ia sentuh lagi.
"Aku gabut. Mau nonton film apa? Atau mau masak apa? Atau ngapain kek, Ka?!"
"Astaga, Na," keluh Arka padaku. "Nanggung banget barusan padahal tinggal satu chapter lagi. Yaudah, sini!" pinta Arka, dengan sengaja merentangkan kedua tangannya padaku, memintaku untuk mendekatinya.
Lantas akupun menggeserkan diri agar bisa lebih dekat dengan Arka. Cuddling is so perfect when you think about it because you get really close to someone you love.
"Gimana di kampus?" Tanya Arka, masih mengeratkan kedua lengannya di antara tubuh mungilku.
"Baik, Ka. Tugas seperti biasa, himpunan seperti biasa, dan kamu seperti biasa. Kalau kamu, Ka?" Jawabku, yang mana malah membuat Arka terkekeh.
"Sama, kamu seperti biasa."
"Ih, plagiat nih!" tudingku.
"Gapapa, kan, pacar," tanggap Arka enteng.
"Halaaaah ngeles aja bisanya."
Arka hanya terkekeh mendengar recokanku. Sejenak, aku dan Arka sama-sama terdiam, hanya ada suara napas kami, terutama milik Arka yang terdengar begitu jelas. Aku selalu menyukai saat seperti ini, saat di mana senyap menyelimuti dan aku hanya sanggup mendengar hembusan napas Arka yang berat. Sesekali mencuri pandang, memerhatikan setiap inci wajah Arka yang sudah mulai lelah namun berusaha setia menemaniku.
"Ka, kalau suatu saat nanti aku atau kamu suka sama orang lain, apa yang bakal terjadi?" tanyaku tiba-tiba saja memecah lamunan Arka.
Arka memalingkan wajahnya padaku secara kentara, kemudian ekspresi wajahnya berubah heran, seolah setiap garisnya berkata, "Kok nanya gitu, sih, Na?"
Namun sedetik saja, airmukanya kembali berubah, datar.
"Kalau gitu kita putus."
Kali ini giliranku yang menatap Arka dengan tercengang. "Kenapa? Kenapa putus?"
"Karena kita sendiri yang memutuskan untuk berhenti saling mencintai dan memilih untuk suka sama orang lain. Apalagi yang harus dipertahankan, Na?"
"Tapi apa nggak bisa diobrolin baik-baik dulu, Ka?"
"Na, bagi aku, buat cinta sama kamu nggak sesulit ngelepas kamu. Tapi, sampai saat di mana kamu atau mungkin aku berhenti untuk mencintai, mesti mikir apa lagi selain berpisah?"
Arka terdiam, aku mencerna kata-kata.
"Selama ini kita nggak pernah peduli apa kata orang lain soal hubungan kita. Kita yang ngejalanin, kita juga nggak bisa segampang itu berpisah, terus masalahnya hanya karena suka orang lain, kita putus?" tanyaku, memperjelas.
"Sebenernya kita bisa bertahan dengan semakin saling mencintai secara sama-sama. Tapi aku bener-bener nggak bisa kalau salah satu di antara kita suka sama orang lain. Mungkin, aku bakal berusaha menggenggam kamu awalnya, entah kamu mau atau nggak. Tapi manusia punya batas untuk bertahan, Na, dan aku mungkin bakal lelah untuk menggenggam kamu yang udah terlanjur jatuh untuk orang lain. Sampai saat itu tiba, kita lebih baik pisah. Karena, Na, I don't want to be someone second choice, meskipun itu kamu," tanggap Arka serius.
Lagi-lagi aku terdiam mencerna perkataan Arka. Benar apa katanya, pada akhirnya kita akan disebut pecundang dan pengkhianat jika berani menyukai orang lain sementara di sisi lain memiliki hubungan spesial dengan seseorang. Egois kalau kita menginginkan keduanya berada di kedua sisi. Bahkan Arka pun tidak akan pernah mau menjadi pilihan kedua meski sekarang akulah satu-satunya perempuan yang Arka sayangi.
"Emangnya kenapa, Na, kamu kok nanya begitu?"
Aku menggeleng pelan, tersenyum kecil sambil mengeratkan kembali pelukan, "Nggak, aku cuma nanya aja, kok. Barusan habis liat quotes soal itu aja di Instagram."
Arka terkekeh seraya mengelus kepalaku, "Dasar gabut! Ngeliatinnya quotes gituan kayak orang lagi galau aja, Na."
Aku lagi-lagi tersenyum tipis, dalam hati inginku berkata, "Iya, aku emang lagi galau, Ka."
Aku galau dan malah semakin galau denger pernyataan kamu kalau kamu bakal milih pergi dari aku yang nyatanya sedang menyukai orang lain, dan itu Rio, Ka, itu Rio, kakakmu.
―――
Lea's fingernote : hallo!!! Long time no see! Setelah lama sekali nggak pernah nulis dan sebagai bahan uji coba apakah Lea masih pantas berkecimprung di dunia kepenulisan karena jujur aja sih ngerasa insecure parah-parah saking udah lamanya nggak nulis. :(
Jadi, tolong, nih, kepada pembacaku tercinta, kalau kalian sedang luang, boleh komen tulisan Lea yang ini sebagai bahan pertimbangan. Hehe. Lea kangen nulis dan juga kalian!! Terima kasih untuk yang udah nunggu! Banyak-banyak cinta buat kalian!!Oh, iya, ini cerita JUNGRI tapi Lea pakai nama lokal. Hehe.
Jungkook sebagai Teguh Arka Bagaskara, namanya Lea pinjem dari @btslokal di twitter, dan Lea nggak manggil dia Teguh soalnya berhubung Lea suka baca ATN, rasanya kesan Jungkook sebagai Arsen begitu nempel, makanya Lea pakai Arka aja, lebih cocok aja gitu hehehe. Maafkan aku terlalu baper sama ARSENIN. :')Yeri sebagai Riana, makanya dipanggil "Na" sama Arka. Berhubung belum nemu nama panjangannya, boleh dong kalian kasih ide. Hehehehe.
Dan Rio itu Namjoon! Hahaha. Lea masih belum move on sama NAMRI teman-teman. Maafkan hahaha.
Segitu saja cuap-cuap Lea. Mohon pengertiannya, ya, teman-teman dan jangan lupa komentarnyaaa! Hehe. Luvya!❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Selembar Frasa Sampah
FanfictionLea's trashes ideas • Cuman ide receh yang suka muncul tiba-tiba dimana aja • BangVet & BangMoo area • Oneshot Storiette "Maaf bapuk. Please ini cuman sekedar fiksi sampah. Semoga kuat bacanya ㅋㅋㅋㅋ" 2016© Love, Lea.