VRENE - Zona Teman

268 39 21
                                    

Iriana sebenarnya tahu betul bahwa Alvin Pradipta bukan tipe laki-laki yang senang tebar pesona kepada siapa saja, Iriana juga tahu kalau Alvin lebih memilih untuk mendekati seseorang dengan cara diam-diam. Diam-diam lantas jadian, kalau kata Alvin. Tapi Alvin tidak pernah tahu bahwa sebenarnya Iriana sedang harap-harap cemas, berharap bahwa perempuan yang sedang laki-laki berhidung tinggi itu gencar dekati ialah dirinya.

Alvin tidak pernah tahu, bahwa dalam diamnya seorang Iriana setiap kali Alvin menyodorkan segudang cerita tentang satu perempuan manis di kampusnya, ia berharap untuk enyah dari bumi saat itu juga. Meninggalkan Alvin dengan cerita bodohnya tentang satu perempuan yang tidak pernah Alvin dapatkan sama sekali selama dua tahun terakhir mereka duduk di bangku kuliah.

Dan lagi-lagi, di satu temaram senja setelah proses perkuliahan selesai, ketika Iriana sedang duduk manis dengan satu cup kopi di minimarket dekat kampus, seorang Alvin Pradipta datang dengan tampang girang, memasukkan kedua tangannya ke dalam hoodie abu pemberian Iriana saat Alvin ulang tahun yang ke-20, yang juga dimiliki Iriana. Berjalan dengan langkah lebarnya untuk menghampiri Iriana yang terlihat cantik walau hanya sedang meminum kopi dari cup cap khas minimarket.

Sesaat Alvin menyadari betapa beruntung ia memiliki Iriana, si cantik dengan tampang jutek itu, adalah sahabat baiknya sejak SD.

"Ren!" sahut Alvin sedetik setelah ia duduk berhadapan dengan Iriana, memanggilnya dengan penuh antusias.

"Hmm," balas Iriana kalem, menyembunyikan perasaan sebal, kesal dan gelisah akan cerita apa lagi yang akan ia terima perihal perempuan manis kata Alvin itu. Bukannya berburuk sangka, tapi Iriana sudah hafal betul dengan tampang girangnya Alvin itu adalah hasil dari proses pendekatannya dengan si manis kata Alvin.

"Ren, lo mesti tau! Kali ini gue nyaris berhasil, Ren!"

"Berhasil apa?"

"Deketin Erina, siapa lagi?"

Iriana, masih dengan memegang cup kopi di dekat mulutnya kembali menjawab, "Ya terus? Gimana?"

"Tadi gue sempet ketemu dan ngobrol-ngobrol sebentar, lo tau kan gue sengaja masuk UKM Seni biar bisa sering memandang si manis Erina. Duh, Ren! Sampe sekarang gue masih gemeter ngebayangin barusan tangan gue ga sengaja nyentuh tangan dia. Alus bet, Ren."

Tanpa ada rasa antusias seperti Alvin, Iriana hanya mengangguk-anggukkan kepala sambil berdeham ria. Berharap Alvin segera menyelesaikan cerita tentang Erina Kirani, si manis kata Alvin, mahasiswi jurusan Desain Produk yang berkecimprung di UKM Seni untuk berfokus pada kegiatan bernyanyinya, seorang gadis biasa-biasa saja yang datang merantau dari kota Bekasi, bertempat tinggal di indekos belakang kampus, dan setiap pagi pasti sudah menjadi rutinitasnya untuk meminum susu cokelat hangat di minimarket dekat kampus.

Oh, sialan. Saking seringnya Alvin bercerita tentang Erina, membuat Iriana sanggup menjabarkan seluruh kegiatan Erina yang sama sekali tidak penting untuk Iriana ketahui. Dari mulai Erina tinggal di Bekasi sebelah mana, sebelum tidur Erina selalu melakukan apa, ketika jam mata kuliah sudah selesai akan berada di mana sosok manis Erina.

Bagaimana tidak Iriana merasa resah dan nyaris gila? Terlebih perasaannya yang ikut berkecimprung membuatnya semakin tidak keruan. Sesekali, dalam harapnya, Alvin mengetahui, namun Iriana memilih diam, berpura-pura bahwa gadis cantik kelahiran Jakarta itu hanyalah sahabat dekat Alvin dengan "Rena" sebagai panggilan akrabnya sedari SD.

"Ren! Kok malah ngelamun? Dengerin cerita gue ga?" ucap Alvin, menjentikkan jari di hadapan wajah Iriana yang entah sedang berada di mana tatapannya itu tenggelam.

"H-hah? I-iya denger. Seneng banget dong lo pastinya. Gue doain cepet jadian deh." Iriana berusaha untuk tetap di lajur tenang, mendukung meski ia sudah sangat-sangat lelah mendengar cerita cinta Alvin yang tidak kunjung ada perkembangan selama dua tahun terakhir lelaki itu mengejar Erina.

Selembar Frasa SampahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang