MYG - It's Your Day

469 48 13
                                    

Mungkin ini sudah langkah keseribu yang Lea tempuh demi mengejar sang dosen. Sebenarnya, bukan keinginan gadis itu untuk terus menerus mengikuti kemauan lelaki yang terpaut lima tahun lebih tua dari Lea. Tapi, siapa yang bisa menolak ketika ia tiba-tiba saja ditunjuk menjadi seorang Assdos saat sedang menyelami alam mimpi di kelas.

Ugh.

Baiklah, sedikit memalukan kenapa dosennya itu memilihnya menjadi assisten sedangkan Lea sendiri selalu tertidur di jam lecture-nya.

"Lea, ada kelas di gedung D jam sebelas."

Singkat. Padat. Dan menyebalkan. Tanpa perlu Lea tanya ulang, gadis itu sudah paham maksud sang dosen yang pagi-pagi sekali sudah menantinya di tempat perkuliahan. Bukan sekali duakali pula sang dosen menitahnya menggantikan kelas. Oh, bukankah itu memang pekerjaan seorang Assdos? Apalagi sudah terhitung hari ke-empat sang dosen membabukan dirinya, melewatkan satu hari berharga yang Lea harap-harap akan membuat dirinya terasa spesial.

Sayangnya, jangan pernah harapkan hal itu jika kau adalah kekasih sekaligus mahasiswa dari seorang dosen.

Lamat-lamat Lea menatap dosennya, hingga akhirnya memberi tatapan menyerah. Ia lelah. Sangat lelah. Setelah semalam bergadang menahan kantuk demi menyelesaikan beberapa portofolio milik sang dosen, sampai merelakan beberapa tugasnya menumpuk dan kantung mata yang sudah menebal di bawah. Gadis itu akhirnya tersenyum lemah.

"Baik, Pak." Ujarnya. Memilih mengalah daripada berdebat macam-macam dan tiba-tiba merusak daftar nilai Indeks Prestasi Kumulatif-nya hanya karena mengeluh. Itu kan jadinya tidak lucu.

Dosen bermata sipit dengan kacatama bertengger di hidungnya, menarik kepala. Menatap Lea yang sudah tak berdaya berdiri di hadapannya. Dosen itu menyeringai, mengeluarkan gigi-gigi kecil yang sejujurnya terlihat manis bagi Lea.

"Maafkan aku, Sayang. Tapi ini hukuman karena kamu selalu tertidur di jam kelasku."

Seraya berdiri dari kursi, mendedahkan langkah untuk menatap Lea lebih dekat, gadis yang hari ini terlihat berantakan itu hanya mengangguk paham. Lea sudah kehilangan tenaga karena hanya meminum secangkir kopi di pagi hari demi menahan kantuk. Bukan sarapan yang bagus, memang. Tapi bagaimanapun juga, ini demi kelancaran perkuliahannya. Sungguh, Lea hanya tidak ingin mengecewakan Ayah dan Bunda.

"Kau terlihat menyeramkan hari ini, Lea."

Ugh, rasanya Lea ingin melempar portofolio yang semalam suntuk ia kerjakan. Dasar tidak tahu diri!

"Duduklah, aku tahu kau lelah."

Lea masih bergeming, ia enggan mengikuti kemauan dosen tercintanya. Bolehkah Lea marah sekarang pada lelaki bermata sipit dan berkulit pucat itu?

"Lea...," dosennya lagi-lagi melafalkan nama Lea. Membuat si gadis ingin mengacak-acak rambut hitam legam sebahu miliknya.

Lea kesal.

Kesal setengah mati.

"Sayang...,"

"Saya pamit ke kelas sekarang, Pak." Cicit Lea lirih. Gadis berambut sebahu dengan stelan hoodie biru itu perlahan berjalan mendekati pintu. Pikirannya sudah kalang kabut ingin tertidur meski jam terbangnya takkan sanggup untuk mengabulkan itu.

Ah, Lea ingin mati sekarang saja rasanya.

"Lea," kini sang dosen memanggil gadis itu lebih tegas, bahkan terdengar membentak hingga hampir membuat jantung Lea mencelos di tempat.

Sang dosen kembali mendekat, padahal kakinya baru saja melangkah seperempat. Tanpa menghindar, Lea menoleh lesu pada lelaki sinting yang sudah membuatnya serasa sakit jiwa. Meski ingin sekali Lea maki, tapi bagaimanapun juga ia adalah dosen yang harus ia hormati.

Selembar Frasa SampahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang