"Tae...,"
"Tae cepetan ih...,"
"Tae ini berat tau...,"
"Astaga Tae kamu ngapain sih?!"
Joohyun menyerah, ia mulai habis kesabaran, sudah menit ke-tigapuluh sejak Kim Taehyung terlihat anteng menapakkan kakinya di depan stasiun. Entah apa yang sedang lelaki idiot itu lakukan sambil berjongkok seperti pengemis minta makan.
Cukup.
Joohyun hampir muak dan kesal menunggu lelaki ber-marga Kim itu sekarang. Ia lelah, ingin segera sampai ke rumah dan menjatuhkan diri di atas kasur empuk yang sudah menunggu di rumah. Perjalanannya dari Daegu setelah hari pernikahan mereka digelar satu minggu yang lalu membuat Joohyun ingin segera kembali menyentuh suasana padat merayap Seoul. Maklumi saja niat keduanya kembali ke kampung halaman hanya sekedar melepas rutinitas yang mengikat dan sekaligus—ehm—ber-honeymoon.
Ayolah! Itu tidak salah 'kan? Mereka baru menikah, hal itu lazim dilakukan, benar?
Kendati hubungan mereka sempat ditolak karena umur Joohyun yang terlampau jauh dengan Taehyung, membuat keluarga kedua pihak meragukan lajurnya pernikahan mereka. Rasanya melihat sifat Taehyung sekarang yang masih terlihat kekanak-kanakkan pun, menjadi salah satu alasan keluarga Bae kurang yakin jika lelaki itu bisa memimpin bahtera rumah tangga yang tentu saja tidak mudah.
Dan keyakinan itu pun Joohyun akui sekarang. Kim Taehyung, sedang berjongkok di depan stasiun, dan bermain dengan kucing putih di dalam kardus.
Astaga naga!
Seharusnya Joohyun tidak perlu merasa heran, ia sudah belajar memaklumi sifat anti-mainstream suaminya dari awal mereka berkencan setahun lalu. Lantas, kenapa Bae Joohyun seolah tidak terima kalau Taehyung tetaplah Taehyung. Tidak akan berubah walaupun statusnya kini sudah bukan seorang lajang lagi.
"Lucu ya, Yang," ujar Taehyung, tangannya sibuk bermain dengan bulu-bulu putih nan lebat milik si kucing.
Iya sih, lucu, apalagi yang megangnya, tapi...,
"Tae, please, kamu lebih milih kucing lucu itu daripada aku yang udah bawa-bawa koper sama tas kita daritadi? Gak kasian? Ini berat loh apalagi cucian kamu."
Taehyung membalikkan badan dan kepalanya sekaligus, membuat wajah blank kebiasaannya dan menepuk jidat seraya bergumam, "Ya ampun, Sayang! Aku lupa! Simpen dulu aja di sini." Tangan Taehyung menepuk-nepuk marmer putih stasiun yang nampak mengkilat. Kemudian menarik koper yang Joohyun bawa berada tak jauh darinya, menyimpannya sesuai dengan instruksinya sendiri.
Joohyun mendengus sambil menggaruk keningnya yang mulus. Antara bersabar dan bingung harus menghadapi suaminya seperti apa. Harap-harap ke depannya Kim Taehyung dapat berubah seiring berjalannya waktu. Minimal, mengurangi membuang-buang waktu berharga seperti sekarang yang seharusnya bisa dimanfaatkan dengan sangat baik untuk istirahat, mengingat mereka baru saja melewati perjalanan panjang dan juga malam yang panjang.
Coba saja kalau suaminya ini Min Yoongi—pacar sahabatnya, Son Seungwan—pasti lebih memilih pulang dan tidur daripada diam di depan stasiun, berjongkok, dan bermain kucing.
"Yang, sini deh!" panggil Taehyung tersadar bahwa Joohyun masih saja berdiri di belakangnya, enggan ikut berjongkok untuk memperhatikan kucing manis di depan lelaki itu.
"Yang,"
"Bae,"
"Woy, Yang!"
Astaga, Taehyung, tak bisakah kau sedikit lebih lembut pada istrimu sendiri?
KAMU SEDANG MEMBACA
Selembar Frasa Sampah
Fiksi PenggemarLea's trashes ideas • Cuman ide receh yang suka muncul tiba-tiba dimana aja • BangVet & BangMoo area • Oneshot Storiette "Maaf bapuk. Please ini cuman sekedar fiksi sampah. Semoga kuat bacanya ㅋㅋㅋㅋ" 2016© Love, Lea.