Twenty

365 31 10
                                    

[Saturday; Keira]

Louis Tommo

Mau jalan-jalan malam ini?

Louis mengirim BBM itu satu jam yang lalu dan aku belum menjawabnya sama sekali. Aku nggak ngerti sama dia, kemarin dia dekat-dekat dengan Jean, bahkan saat di rumahku pun mereka masih sering berbicara dengan nada pelan, seperti ada sesuatu yang dirahasiakan. Dan pagi tadi saat aku bertemu dengan Louis di kelas, dia berusaha dekat-dekat denganku. Nggak, aku nggak berlebihan, tetapi memang seperti itu adanya. Louis mengajak aku ke kantin bersama, dia mencarikan aku tempat duduk di kantin, dia membawakan segelas teh dingin untukku. Ini terasa menyakitkan, kau tahu? Seperti, aku merasa dipermainkan. Atau memang Louis nggak ada niat untuk mendekatiku dan aku yang terlalu banyak berharap sebelumnya?

"Keira! You're not gonna—" Aku sedikit terkejut ketika melihat Harry masuk ke dalam kamarku tanpa mengetuk pintunya dulu, terlebih ketika melihat perubahan ekspresinya dari senyuman lebar menuju ekspresi ke khawatiran. "Kamu nangis, Keira?" Astaga, aku aja nggak sadar kalau aku daritadi menangis. "Eh, aku tadi abis lihat The Vow." Kataku sembari tertawa dan menghapus air mata yang ada di sudut mataku. "Ada apa?" Tanyaku setelahnya. "Biasa deh kamu, Key." Harry memutar bola matanya kemudian ia kembali tersenyum lebar. "Aku jalan dengan Ale malam ini! Rencananya, sih, aku bakalan nembak dia hari ini. Kamu bantuin aku ya?" Pinta Harry.

"Bantuin apa? Aku udah baik mengenalkan kamu dengan Ale, kasih tahu apa aja kesukaan Ale, dan kamu masih perlu bantuan lagi untuk menembak Ale? Astaga, Harry. Usaha sendiri kenapa, sih!" Ujarku, dan oh, jangan lupakan nada sarkastikku disana. "Aku cuma minta saran kamu aku harus pakai baju apa malam ini. Itu aja!" Katanya. "Kenapa kamu nggak minta bantuan Gemma? Dia adalah Dewa Fashion." Aku memutar bola mataku, dan Harry tersenyum gembira. "Kamu benar! Thank you, Keira. Thank you so much. This is why I love my sister so freaking much." Harry mencium keningku dan berlari keluar kamarku dengan meneriaki nama Gemma.

Sendiri lagi. Aku lebih baik ikut dan jadi obat nyamuk kencan Harry dan Ale daripada harus memikirkan Louis. Tetapi jika dipikir-pikir, buat apa aku memikirkan Louis? Kalau aku nggak mulai berharap, aku nggak akan jadi seperti ini. Iya, kan? Mungkin ini bukan salah Louis, ini salahku. Aku yang berharap lebih dan ketika harapan itu nggak terwujud, aku sakit. Seperti sekarang ini. You know, when you want to scream but you cry instead until you feel it in your throat, and your eyes become blurry from the tears. Dan kenapa juga aku harus menangis? Astaga, ini terlalu berlebihan. Aku harus berhenti menaruh harapan pada seseorang yang bahkan nggak mau bersamaku. Bodoh sekali aku berpikir jika Louis menyukaiku seperti aku menyukainya.

Keira Styles

Aku nggak bisa, maaf.

Aku sempat berpikir aku menyesal telah mengirimkan kata-kata itu. Tapi aku juga baru sadar kalau aku baru aja berkata kalau aku harus berhenti buat diriku sendiri tersiksa. Ya ampun, ini udah lebih dari sekedar Zayn mematahkan kepercayaanku karena dia selingkuh dengan cewek bernama Tamara. Rasa sakitnya lebih dari itu. Maksudku, siapa tahu kalau Jean suka dengan Louis dan Louis merasa nggak enak untuk nolak Jean? Semuanya bisa aja terjadi, kan?

Keira Styles

New Status

:&

Aku bahkan nggak tahu kenapa aku buat personal message seperti itu. Mungkin karena aku memang merasa sakit? Nggak mungkin, kan, aku menulis sesuatu yang ada hubungannya dengan Louis atau Jean saat ini?

Liam Payne

Kamu sakit, Keira? Sakit apa?

Dia. Kenapa dia selalu muncul disaat aku nggak mau bertemu dengan siapapun? Terutama disaat aku sedang desperate akan keadaanku yang kacau seperti ini. Banyak yang bilang kalau Liam suka aku. Ale, Karlie, Harry, bahkan Jean dan Louis berkata seperti itu.

Liam Payne

Kamu sakit, Keira? Sakit apa?

PING!!!

Keira jawab aku

PING!!!

Aku ke rumah sekarang.

Mati aku. Sekarang Liam ke rumah, dan aku nggak mau terlihat kacau di depan dia. Aku harus berbuat apa? Aku nggak tahu gimana caranya untuk nggak terlihat kacau di depan Liam karena kenyataannya aku memang lagi kacau!

Keira Styles

Calm down, Li. Aku nggak papa, kok :)

Cuma pusing biasa, nggak perlu khawatir, oke?

Dia nggak jawab apa-apa. I am so dead, aku nggak mau Liam lihat aku seperti ini. "Keira.." Oh no. "Liam? Hi. Aku udah bilang kamu nggak perlu kesini. Lagipula kamu cepet banget udah sampe sini." Kataku yang sedang berusaha tertawa. "Rumah kita cuma beda blok, remember?" Tanyanya. "Kamu nggak papa?" Liam duduk tempat tidur, tepat berada di sampingku yang sedang berbaring, dia membawa tangannya mengelus pipiku.

Aku nggak mau tahu kenyataan kalau Liam suka aku itu benar.

"Aku nggak papa. Aku udah BBM kamu aku cuma pusing dan nggak perlu khawatir." Lagi, aku membuat tawa. "Is it about that Tomlinson guy?" I hate it when he found out about that, just straight to the point. "Keira, cerita ke aku apa yang dia lakuin ke kamu. Sampe dia bisa buat kamu kacau seperti ini." Dan pada akhirnya, air mataku turun lagi. "This isn't about him, Li. It's about me, and my expectations." Aku berusaha sekuat mungkin untuk tidak berteriak di depan muka Liam. "Hey, I'm here. Okay? I will always be here. I cared too much about you. Just so you know."

Oh my God. Did he just.. Confessed about his feelings?

•••

Sooo, this is the second update :) kasih tau gimana pendapat kalian tentang situasinya yaaa :)

Karena abis ini mau lebaran, aku juga mau minta maaf kalo aku pernah buat salah yang nyakitin hati kalian. Mohon maaf lahir dan batin, kawan-kawan! xx

It All Started With BBMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang