Seventeen

400 39 2
                                    

[Friday; Keira]

Aku nggak tahu apa yang terjadi sama aku selain cemburu. Ya, mungkin kata-kata itu yang tepat untuk mendeskripsikan perasaanku. Aku melihat Jean dan Louis agak aneh belakangan. Gelagat mereka aneh banget waktu aku berbicara dengan mereka. Nggak ada kontak mata langsung antara aku dan Jean belakangan, itu membuatku berasumsi bahwa mereka menyembunyikan sesuatu dariku. Ale juga jadi lebih diam belakangan. Tapi aku nggak mengubah sikapku sedikitpun, aku bertingkah seolah nggak terjadi apa-apa—atau memang nggak terjadi apa-apa.

Aku berakhir menelpon Liam untuk memecah keheningan, Niall dan Jonathan sudah berangkat terlebih dahulu, kini tersisa aku, Ale, Louis dan Jean dan disini sepi sekali. Hanya terdengar suara riuh dari kelas yang ditempati tahun pertama, itupun tidak terlalu jelas dari parkiran. "Halo, Liam. Aku boleh nitip nggak?" Tanyaku ketika dia menerima telponku. Oh good question, aku bahkan nggak tahu aku mau nitip apa ke Liam! Ini kan cuma akal-akalanku, dan aku tahu, ini jahat banget! "Boleh, nitip apa?" Shoot.

"Mm, ini, kan, panas. Aku mau ice cream yang waktu itu kamu belikan. Boleh, ya? Ya, ya?" Aku memasang puppy face ku seakan Liam dapat melihatnya, tetapi aku bisa merasakan sebuah tawa disana. "Alright, young lady. Aku bawakan ice creamnya buat kamu." Aku tersenyum lebar, padahal ibu udah janji membuatkan salad buah untukku dan yang lainnya. "Muchas gracias, Liam! Kamu benar-benar tahu cara menyenangkan hati orang! Nggak seperti Harry. Mana pernah dia mau beliin aku ice cream." Aku tersenyum ketika mendengar Liam tertawa keras. "Harry ada di sebelahku, sebaiknya jangan terlalu keras atau dia dengar." Aku terkekeh sebagai reaksinya. "Oops. Baiklah, cepat turun, ya! Kami udah menunggu di depan parkiran. Bye, Liam." Setelahnya aku beranjak menjauhkan ponsel dari telingaku dan memutus sambungan telpon.

Suasana masih hening dan sepi ketika aku memutus sambungan telepon. Seriously, what is wrong with this people? "Hey, Jean. Sepertinya aku nggak jadi ikut kamu. Aku ikut Harry aja, seperti biasanya." Jean menoleh kearahku dan menampakkan ekspresi kecewanya. "Kenapa begitu? Nggak papa, kok, kalau kamu mau ikut aku. Kita bisa bercerita di mobil nanti!" Ia tersenyum meyakinkanku, tapi aku nggak cukup yakin untuk ikut dengannya kalau sekarang aja situasinya udah canggung kayak gini. "Aku bisa menebak Harry akan bilang apa kalau aku ikut kamu, yang naik mobil. It's okay, kita bisa cerita-cerita nanti setelah mengerjakan tugas." Jean hanya menghela nafas berat dan aku tersenyum saat melihat Harry berjalan dengan Liam menghampiri kami. "See you, guys." Aku melambaikan tangan dan berjalan menuju motor milik Harry.

•••

Mau yang punyanya Louis? :)

It All Started With BBMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang