5. Cuma kamu

2.3K 378 6
                                    

"Kok lo gak jemput gue sih ?"

Hyunjin milirik perempuan disampingnya ini sekilas, "gak penting" ujarnya dingin.

Rhujin memukul bahu hyunjin kesal, "gue kan udah bilang kemarin, jemput gue pagi ini" ujar rhujin.

Hyunjin menghentikan langkahnya, noleh dan menatap rhujin kesal "dan gue juga udah bilang kalo gue gak mau" ujar hyunjin penuh penekanan, lalu berjalan meninggalkan rhujin.

Rhujin menatap kesal hyunjin yang jalan begitu saja melewatinya, ia melipat tangannya di depan dada.

"Jadi, lo milih perusahaan keluarga lo buat hancur ?" Tanya rhujin menantang.

Hyunjin menghentikan langkahnya, lalu dengan pelan membalik badannya.

Rhujin tersenyum menang, walaupun agak sedikit merasa bersalah karena menggunakan hal itu sebagai ancaman, tapi hanya ini satu satunya cara agar hyunjin bisa dia kuasai.

Hyunjin berjalan mendekat, "sampai kapan lo mau pakai itu sebagai ancaman ?" Tanya hyunjin dingin ketika sudah berdiri di hadapan rhujin.

Rhujin menatap hyunjin tanpa takut, "sampai lo memperlakukan gue dengan baik sebagai pacar lo"

Rupanya hyunjin tersulut emosi, dia menarik tangan rhujin dan membawanya ke gudang yang memang menjadi saksi bisu perdebatan antara keduanya tadi.

"Lo ngapain sih ? Tangan gue sakit" rhujin memegangi tangannya yang memerah akibat cengkraman hyunjin tadi.

Hyunjin berjalan mendekat, tatapan penuh emosinya membuat rhujin sedikit takut dan memundurkan langkahnya.

Punggung rhujin menabarak tembok gudang, sudah tak ada kesempatan untuk menghindar dari tatapan hyunjin.

"Jangan pernah jadiin itu sebagai kartu as lo lagi" ujar hyunjin dingin, wajahnya hanya berjarak satu jengkal dari wajah rhujin.

Rhujin memberanikan diri, dia membalas tatap hyunjin. "Sampai kapan pun itu bakal jadi kartu as gue" ujar rhujin.

"Secara lo udah ngelecehin gue, keluarga gue gak bakal tinggal diam kalo tau tentang itu" rhujin.

Tangan hyunjin terkepal, ia meletakkan satu tangannya di sebelah kepala rhujin dengan hentakkan yang kuat dan membuat perempuan itu menatapnya penuh tanda tanya.

Hyunjin sedikit mendekatakan kepalanya, "gue gak pernah ngelecehin lo"

Seakan tidak takut dengan kemarahan hyunjin, rhujin malah mengalungkan tangannya di leher hyunjin, mengelus rambut bagian belakang laki laki itu dengan lembut.

"Kalo bukan ngelecehin gue, apa dong namanya ?" Tanya rhujin, diiringi dengan senyum kemenangannya.

Hyunjin menunduk, menatap tangan rhujin yang dikalungkan di lehernya lalu kembali menatap mata rhujin, "lo yang mulai, lo mabuk" ujar hyunjin.

Rhujin menggeleng, lalu tersenyum, senyum yang sangat menyebalkan bagi hyunjin. "Perkara gue mabuk atau gaknya, gak ada hubungannya" ujar rhujin.

Rhujin mendekatkan wajahnya ke telinga hyunjin "bercak merah di leher gue, bisa jadi bukti kalo lo emang udah ngelecehin gue" bisik rhujin.

Rhujin menjauhkan wajahnya, menatap santai wajah hyunjin yang sudah mengeras akibat kemarahannya.

"Gimana ?" Tanya rhujin, hyunjin tidak menjawab. Dia hanya menatap rhujin dengan penuh emosi.

Rhujin terkekeh, "gue kayaknya tau jawabannya" ujarnya.

Rhujin memajukan wajahnya, mengecup bibir hyunjin. "Take it easy, gue gak buruk buruk amat untuk dijadikan pacar" ujar rhujin sambil mengusap sisi wajah hyunjin lembut.

"Gue tunggu di depan mobil lo nanti, kita pulang bareng" ujar rhujin lalu kembali mengecup bibir hyunjin.

Rhujin mendorong bahu hyunjin, melewati laki laki itu dan pergi meninggalkan gudang.

Hyunjin mengacak rambutnya frustasi, "bangsatttttt"

💚

Rhujin sudah berdiri di depan mobil hyunjin. Sesekali dia merapihkan rambutnya, atau seragam press bodynya itu.

Entah kenapa, ia berpikir harus terlihat sempurna dihadapan hyunjin.

Rhujin tersenyum ketika melihat hyunjin yang berjalan kearahnya, "selamat siang sayang" sapa rhujin ramah.

Bukannya membalas sapaan rhujin, hyunjin malah langsung masuk kedalam mobilnya. Rhujin memutar bola matanya, "musti deh jutek" gerutunya lalu membuka pintu mobil hyunjin dan masuk kedalamnya.

"Kalo gue nyapa di bales kek" pinta rhujin.

Hyunjin diam, melirik rhujin sekilas lalu menjalankan mobilnya tanpa memperdulikan rhujin yang semakin kesal.

"Kita jalan besok" ujar rhujin tiba tiba.

Hyunjin diam,

"Hyunjin lo denger gue gak sih ???? Jawab dong" Ujar rhujin frustasi.

Hyunjin menghela nafas, "gue gak bisa"

"Bohong" ujar rhujin dengan jari telunjuk yang tertunjuk kearah hyunjin. "Gue tau lo bohong" uhar rhujin lalu menyenderkan punggungnya.

"Beseok kan hari minggu, kita pergi dari jam 6 sore. Gimana ?" Tanya rhujin.

Hyunjin diam,

"Kita makan, terus nonton, terus belanja" rhujin dengan senyumannya yang terbentuk akibat bayangannya tentang hari esok.

Rhujin menoleh, menatap hyunjin yang hanya fokus menyetir.

Tangan rhujin tergerak untuk mengelus rambut hyunjin, "jauhin tangan lo dari rambut gue" ujar hyunjin dingin.

Tidak memperdulikan omongan hyunjin, kini rhujin malah mengusap tengkuk hyunjin.

"Lo tau gak" ujar rhujin tiba tiba, "kadang gue mikir, kapan gue bebas dari pengawal yang ngawasin gue 24 jam itu"

Hyunjin yang awalnya ingin menepis tangan hyunjin itu kini terdiam,

"Orang tua gue gak pernah percaya sama gue, karena itu mereka selalu nyuruh seseorang untuk ngawal gue" jelas rhujin.









"Gue rasa, satu satunya cara untuk bikin orang tua gue percaya itu lo"

Your Way | s.rhujin✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang