10. Kebenarannya

2.2K 391 10
                                    

Rhujin menatap hyunjin yang sedang menyetir itu dengan penuh rasa penasaran. Sebenarnya apa yang dibilang hyunjin sampai sampai ia bisa membawa rhujin keluar dari rumah.

"Lo bilang apa sama mami gue ?" Tanya rhujin.

Hyunjin tidak menjawab, melainkan fokus menyetir.

Rhujin menghela nafasnya, "baru aja lo tadi bikin gue terbang, sekarang udah cuek lagi" keluh rhujin.

"Mata lo kenapa bisa sampe kayak gitu ?"

Rhujin menoleh, menatap hyunjin "nangis" jawabnya singkat.

"Kenapa nangis ?" Tanya hyunjin lagi, tetap singkat padat dan jelas.

"Menurut lo aja ? Gimana gak sakit kalo di katain pelacur, cewek gak bener, ditambah di kurung di kamar" ujar rhujin.

Hyunjin diam, tidak merespon omongan rhujin.

"Lo udah makan ?"

Rhujin lagi lagi menoleh ke hyunjin, kali ini dengan tatapan tak percayanya. Rhujin menggeleng, "belum" jawabnya.

"Diapartemen lo ada bahan makanan ?"

Rhujin menggeleng,

"Yaudah kita beli sekarang"



💚



Rhujin sedari tadi hanya mengikuti langkah hyunjin sambil mendorong troli belanjaan.

Sedikit kesal karena hyunjin masih terlihat cakep dengan seragam sekolahnya sedangkan dirinya malah seperti terlihat pembantu hyunjin dengan celana pendek dan baju rumahnya.

"Mau beli apa sih ? Gausah yang aneh aneh, mi instan aja" ujar rhujin.

Hyunjin tidak memperdulikan omongan rhujin, ia terus memilih sayuran didepannya.

Rhujin mengembungkan pipinya, sedikit geregetan dengan hyunjin yang terus terusan mengabaikan omongannya.

"Lo suka wortel ?" Tanya hyunjin tiba tiba, rhujin mengangguk.

Tanpa berbicara lagi, hyunjin langsung memasukan wortel kedalam troli belanjaan mereka.

Selama kurang lebih 45 menit mereka belanja, akhirnya mereka pergi menuju apartemen rhujin.

Rhujin membuka pintu apartemennya, sedangkan hyunjin mengikutinya dibelakang dengan keresek belanjaannya.

Tanpa berbicara apa pun hyunjin langsung berjalan menuju dapur, membuka kulkas dan menaruh belajaannya.

Rhujin diam terbengong, ini sebenarnya apartemen siapa ?

Rhujin mutusin untuk menyusul hyunjin ke dapur, menonton setiap gerakan dari laki laki itu yang sedang sibuk memasak.

"Masak apa ?" Tanya rhujin dengan tangan yang menumpu pipinya.

"Lo tinggal makan aja nanti, gak perlu banyak nanya" ujar hyunjin dingin.

Rhujin mencibir, lalu kembali fokus melihat hyunjin memasak.

Tapi, rhujin rasa ada yang mengangganggu. Rambut depan hyunjin menjuntai kedepan, rhujin yang geregetan melihatnya.

Perempuan itu bangkit dari duduknya, menghampiri hyunjin dan membalikkan badan laki laki itu.

"Kenapa lagi-"

Protes hyunjin terhenti ketika merasakan tangan rhujin yang menyisir rambutnya kebelakang.

Ia menatap rhujin dalam.

"Rambut lo panjang, gak mau di potong ?" Tanyar rhujin, tangannya masih sibuk merapihkan rambut hyunjin.

Hyunjin diam,

Merasa pertanyaannya tidak di jawab, rhujin menatap hyunjin, menunggu jawaban dari laki laki itu.

Pada akhirnya, mereka berdua sama sama terdiam. Saling menatap.

Rhujin mengerjapkan matanya beberapa kali, sedikit merasa terbebani dengan tatapan hyunjin yang entah kenapa membuat sesuatu di dalam dirinya bergejolak.

"Lo kenapa natap gue kayak gitu ?" Tanya rhujin pelan.

Hyunjin menghela nafasnya, "jangan ganggu gue masak" ujarnya, lalu membalikan badannya dan lanjut memasak.

Rhujin diam, tangannya beralih memegang dadanya. Ada yang aneh.


💚


Hyunjin meletakkan sebuah mangkuk berisikan sup wortel di hadapan rhujin, "makan" ujarnya.

Rhujin mengangguk, lalu mengambil sendok dan memakannya.

"Lo mau kedokter ?"

Rhujin mendongak, alisnya berkerut "untuk apa ?"

Hyunjin tidak menatap rhujin, ia hanya fokus ke makanannya, "lo gak kayak biasanya, efek dari sakit ?" Ujar hyunjin.

Perlahan senyum rhujin mengembanng, "lo kangen gue ya ????" Tanya rhujin iseng.

Hyunjin mendongak, menatap malas rhujin, "sakit jiwa lo" ujarnya.

Rhujin terkekeh, "bilang aja lah kalo kangen sama gue yang kemarin kemarin, sekarang gue lagi capek aja" jelas rhujin.

Hyunjin menghela nafasnya, "terserah lo"

Rhujin menatap hyunjin kaget, "terserah gue ?" Tanyanya.

"Kenapa emangnya ?" Tanya hyunjin balik.

Rhujin menggeleng, "engga, barusan lo kayak ngomong seolah olah lo ngebenerin omongan gue"

Hyunjin berdecak, "lo habisin aja itu makanan, jangan banyak ngomong dulu"

Rhujin mencibir, "iya iya ihhh, bawel" ujarnya.

Akhirnya mereka berdua melanjutkan makan, dalam diam tentunya.

Rhujin meletakkan sendoknya ketika supnya sudah habis, meminum air putih yang berada di sebelah mangkuknya.

"Enak. Lo bisa masak ya ?" Tanya rhujin.

"Menurut lo" ujar hyunjin malas, jelas jelas sup yang rhujin makan sampai habis adalah sup buatannya. Masih juga bertanya.

"Belajar dimana ?" Tanya rhujin lagi, dia sedikit antusias.

"Gue punya tv, hp dan apapun itu yang gue bisa pake buat belajar masak"

Rhujin memanyunkan bibirnya, "galak banget masnya" ujarnya dengan menunduk.





"Lo kenapa tinggal di apartemen ?"

Rhujin mendongak, menatap hyunjin yang sedang menunggu jawabannya.

Rhujin menghela nafasnya, "siapa yang betah tinggal di rumah yang lebih kayak penjara itu ? Gue gak bakal bisa pergi kalo di rumah itu"

Hyunjin menaikkan sebelah alisnya, "maksud lo ?"

"Gini jin, papi gue itu terlalu ngekang gue. Kalo disana, gue cuma bakal sekolah terus pulang. Gak bakal boleh kemana mana" jelas rhujin.

"Terus lo sekarang kenapa bisa tinggal di aprtemen ?"

Rhujin menatap hyunjin,






"Gue pernah hampir gila"

Your Way | s.rhujin✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang