8. Suatu malam

2.4K 373 34
                                    

Hyunjin berjalan masuk ke dalam rumah besarnya itu, berdecak pelan ketika merasakan betapa sepinya rumah itu.

"Darimana jin ?"

Hyunjin yang masih berdiri di depan ruang tv itu menoleh, menemukan kembarannya yang berada di tangga.

"Biasa" jawab hyunjin.

Yeji mengangguk lalu menghampiri hyunjin, "lo gak pergi sama rhujin kan ?" Tanya yeji.

Hyunjin diam,

Dia tadi emang memutuskan untuk mengantarkan perempuan itu pulang. Hyunjin gak sejahat itu, dia gak mungkin membiarkan rhujin pulang sendiri dalam keadaan menangis seperti tadi.

Hyunjin menghela nafasnya, "gue sama rhujin tadi" ujar hyunjin mengaku, dia memang tidak bisa sekalipun berbohong pada kembarannya ini.

Alis yeji mengerut, "kok lo gak dengerin omongan gue sih ?" Tanyanya dengan nada kesalnya.

Hyunjin mendudukan dirinya di salah satu sofa, "gak tau gue ji, terjadi begitu aja" ujar hyunjin.

Yeji menatap hyunjin kesal, "gue curiga sama lo, lo suka sama dia ?" Tanya yeji curiga.

Hyunjin terlihat kaget, "engga, suka apanya ? Gue malah benci di ganggung terus, lagian kan gue udah jelasin sama lo semuanya"

Yeji menatap hyunjin lekat, "kali ini lo mau ngebohong dan bawa bawa perusahaan ayah lagi ?"

Hyunjin menatap yeji tak mengerti,

"Gue rasa ini bukan masalah perusahaan" ujar yeji, "tapi masalah perasaan"



💚



Hyunjin menggosok rambut basahnya menggunakan handuknya. Ia berjalan kearah meja kecil disamping tempat tidurnya untuk mengambil hpnya.

Tak ada line dari rhujin. Terakhir sekitar 3 jam yang lalu.

Hyunjin menaruh kembali hpnya dan berjalan kearah lemarinya, mengambil baju dan memakainya.

Setelah itu hyunjin mengambil laptopnya dan membawanya keatas tempat tidur, memainkannya di atas sana.

Tetapi ketika dirinya sedang fokus ke layar laptopnya, hpnya berbunyi. Hyunjin pun mengambil hpnya, berdecak malas ketika tau siapa yang menghubunginya.

Rhujin is calling.....

Hyunjin menaruh hpnya kembali, berusaha tidak peduli walaupun sedikit mengganggu konsentrasinya.

Beberapa kali panggilan itu berhenti, tetapi tetap berbunyi lagi. Hingga sekitar yang ke 21 kali, hyunjin menatap hpnya itu kesal.

Hyunjin kembali mengambil hpnya, melihat layar hpnya dengan penuh kekesalan.

21 misscall

You have a new line

Hyunjin menerutkan keningnya, tangannya entah kenapa bergerak untuk membuka aplikasi line.

Rhujin:
Rhujin dibawa paksa sama pengawalnya, dia ketahuan pergi ke club malam. Ini gue jisoo.
Gue kira lo bisa bantu, tapi ternyata engga.
Gue tau lo kesel sama rhujin, tapi gue gak nyangka lo bakal ngabaiin puluhan panggilan darurat atas nama dia.

Badan hyunjin sontak menegang, tangannya segera mencari kontak rhujin untuk menelfonnya.

"Kenapa ?"

Hyunjin meneguk ludahnya ketika yang ia dengar bukan suara rhujin, "rhujin dimana ?"
Tanya hyunjin.

Jisoo berdecak, "kalo lo mau bantuin dia sekarang, lo telat"

Hyujin menarik nafasnya panjang, berusaha tenang "lo tau kemana pengawalnya bawa dia ?" Tanya hyunjin, mengabaikan kesinisan somi.

"Gue gak tau, palingan di bawa kerumah orang tuanya" jawab jisoo.

"Oke gue kesana-"

"Gausah" potong jisoo membuat hyunjin tak mengerti.

"Rhujin udah habis"

💚



Hyunjin berjalan masuk kedalam sekolah bersama yeji, mata hyunjin terus mencari seseorang yang membuatnya dihantui rasa bersalah semalaman.

"Lo nyari siapa ?" Tanya yeji.

Hyunjin menoleh, lalu menggeleng "bukan siapa siapa" ujar hyunjin.

Yeji menghela nafasnya, "gue udah bilang sama lo, stop berhubungan lagi sama rhujin" ujar yeji tegas.

Hyunjin menatap yeji dengan tatapan sulit diartikan, "terjadi sesuatu sama dia, ji" ujar hyunjin pelan.

Yeji mencibir, "emang lo siapanya dia ? Peduli apa lo ?" Tanya yeji kesal.

Hyunjin memegang kedua bahu yeji, "gak peduli gue siapa, yang jelas gue udah bikin dia celaka semalem"

Yeji menatap hyunjin dingin, "bagus kalo dia celaka"

"Yeji masya cakra" panggil hyunjin dengan menguatkan pegangannya di bahu yeji, "gue gak suka denger omongan lo" ujar hyunjin dingin.

Yeji menghela nafasnya lalu menepis kedua tangan hyunjin yang memegang bahunya, "oke oke, sana lo cari rhujin"

Hyunjin menatap yeji, lalu terkekeh "lo gak boleh terlalu benci sama orang, suatu saat lo mungkin bisa deket dengan orang itu dan bahkan gak mau kehilangan"

Yeji menutar bola matanya malas, "kayak lo maksudnya ?"

Hyunjin menatap yeji aneh, "apaan dah kok bawa bawa gue"

Yeji terkekeh, lalu jalan meninggalkan hyunjin,

"Sana cari tuan putri lo"

💚

Hyunjin berdiri didepan sebuah kelas yang sama sekali tidak familiar. Melewati kelas ini saja rasanya tidak pernah.

Hyunjin dipenuhi keraguan melihat seseorang yang harusnya berada di dalam kelas itu.

"Nyari siapa ?"

Hyunjin menoleh, mendapati seorang perempuan sedang menatapnya bingung.

"Rhujin" jawab hyunjin singkat,

"Rhujin gak masuk" ujar perempuan itu cepat.

Hyunjin diam, memikirkan kemungkinan kemungkinan yang mungkin saja terjadi pada rhujin sekarang.

"Woy" hyunjin sedikit tersentak ketika perempuan itu memukul bahunya.

"Rhujin gak masuk, gimana ? Gue panggilin siapa ?" Tanya perempuan itu.

Hyunjin diam,

"Jisoo"

Perempuan itu mengangguk, "yaudah tunggu bentar gue panggilin anaknya" ujarnya lalu masuk kedalam kelas.

Hyunjin berdiri didepan kelas rhujin, memasukkan tangannya kedalam kantung celananya selagi menunggu jisoo.

"Yaelah ternyata lo"

Hyunjin menoleh, jisoo kini sudah berdiri lima langkah di depannya.

"Rhujin, dimana ?" Tanya hyunjin.

Jisoo menghela nafasnya,



"Oke gue share loc"

Your Way | s.rhujin✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang