author note: alur dipercepat. Dan ini part spesial untuk Indonesia.
***
Matahari pagi bersinar terang seolah olah ikut merasa kan kebahagiaan yg berada di Indonesia.
Iyap. Hari dimana para pejuang Indonesia untuk kemerdekaan bngsa dan negara, bahkan sampai merelakan nyawa demi bangsa dan negara.
Fera woren. Perempuan yang sedang tersenyum sambil hormat kepada sang Merah Putih. Fera mengikuti acara reuni yg selalu dibuat tahun ke tahun di sekolahnya dlu. Hari ini ia menyempatkan diri untuk menghormat kepada sang Merah putih serta memberikan Doa dan juga kebanggan tersendiri untuk para Pejuang kemerdekaan.
Fera teringat akan kenangan dimana ia mendapatkan jatah untuk paduan suara. Yang dia banggakan adalah, suatu kehormatan yang diberikan oleh Guru tergalak yang berjiwa seni itu kepadanya, mempercayakan dia untuk menjadi ketua dari tim paduan suara.
Fera merindukan segala hal yang berada di lingkungan sekolahnya dulu.
Ketika lagu 17 agustus di di perdengarkan, dengan sigap fera mengambil naskah puisi yg telah dia catat dengan rapi dan menarik.
Benar sekali, fera kembali dipercayakan oleh guru nya untuk membaca puisi di depan seluruh alumni , guru dan semua yayasan pendiri sekolah tersebut.
"Selamat pagi ibuk dan bapak guru yang saya hormati, selamat pagi buat adek adek semua. Disini saya akan membaca kan puisi karya chairil anwar yang berjudul karawang bekasi "
Diputar lagu gugur dan disaat itu lah, semua pasang mata menatap fera.
Karawang - Bekasi
Kami yang kini terbaring antara Karawang-Bekasi
tidak bisa teriak "Merdeka" dan angkat senjata lagi
Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami,
terbayang kami maju dan mendegap hati ?Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi debu
Kenang, kenanglah kamiKami sudah coba apa yang kami bisa
Tapi kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu nyawaKami cuma tulang-tulang berserakan
Tapi adalah kepunyaanmu
Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakanAtau jiwa kami melayang untuk kemerdekaan kemenangan dan harapan
atau tidak untuk apa-apa,
Kami tidak tahu, kami tidak lagi bisa berkata
Kaulah sekarang yang berkataKami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika ada rasa hampa dan jam dinding yang berdetakKenang, kenanglah kami
Teruskan, teruskan jiwa kami
Menjaga Bung Karno
menjaga Bung Hatta
menjaga Bung SjahrirKami sekarang mayat
Berikan kami arti
Berjagalah terus di garis batas pernyataan dan impianKenang, kenanglah kami
yang tinggal tulang-tulang diliputi debu
Beribu kami terbaring antara Karawang-Bekasi ...................Tepuk tangan yg riuh membuat fera merasa senang. Bahkan guru dan tamu undangan ada yang menangis sangking tersentuh nya dengan puisi yang dibawakan oleh fera.
Fera tersenyum dan memberi hormat.
Sedangkan di sisi lain, ad yang menatap fera dengan tatapan aneh yang sulit sekali di artikan.
" kamu emang ga berubah ra "
****
Hello all my readers. Seblombya aku minta maaf klw selama ini ku ga up mbme.
Klw dah baca postingan ku pasti dah tau. Jadi aku hiatus karena aku sibuk soal 17 agustus. Hariini aku bru aja aku selesai sma lomba 17an. Dimana harus berdiri di tengah lapangan yg terik dan yah menjadi panitia tidak semenyenangkan itu wkwk. Berhubung aku tim paduan suara sekaligus osis. Jdi aku gabisa nge up mbme dan memikirkan jalnnya. Trus gatau kenapa pingin aja gtu menghormati para pahlwan melewati cerita aku. Aku harap kalian ttp suka sama part ini yah.
Btw
Selamat hari kemerdekaan Indonesia yang ke 73
Terimakasih kepada para pahlwan yang telah memberikan dan rela berkorban demi indonesia. Saya bangga pada pahlwan ku.
Merdeka! 🇮🇩🇮🇩🇮🇩🇮🇩💞
Salam.
Follow ig : @riccawij 🥀
KAMU SEDANG MEMBACA
My Boss My Ex (On Going)
Roman d'amour-- cover dri we heart it -- *UP SETIAP HRI RABU DAN SABTU* Niat nya untuk menjadi seketaris bos besar tiba tiba menjadi niat yang ia sangat sesali. Bagaimana tidak. Ternyta ia berhadapan dengan seorang bastard. Tidak lagi tidak bukan. Boss nya sek...