Summary : “Heh, mengganggu saja mereka” gumam Dimas disela berisiknya suara teriakan para siswi yang kegirangan itu, “Yah, ini lah resikonya jika jadi orang terkenal” jawab Adit seraya merangkul leher Dimas dengan lengan kirinya dan merangkul Rangga dengan lengan kanannya,
Chapter 1
Pemandangan yang selalu sama dari setiap sekolah pada pagi hari, para siswa mulai berdatangan dari balik pintu gerbang sekolah, tidak terkecuali ketiga anak muda tersebut yang dikenal dengan sebutan Gold Ace. Rangga diikuti di belakangnya oleh Dimas dan Adit melangkah masuk dari luar gerbang sekolah menuju lapang utama di mana kelas mereka dekat dengan lapang utama. Saat mereka berjalan memasuki lingkungan sekolah beberapa siswa putri telah bergerumut dan memanggil-manggil nama mereka bertiga,
‘KYAAA... Rangga...!’
‘Adit, I Love You’
‘Kak Dimas....!’Kira-kira seperti itulah suara suasana di gerbang sekolah BJHS pagi ini, hal ini ditanggapi berbeda oleh mereka bertiga, dimulai dari Dimas yang sangat acuh dan dingin kepada para siswi putri dan hanya bergumam, Rangga yang malah membentak-bentak salah seorang siswi putri yang ingin berfoto dengannya dikarenakan siswi tersebut tidak berdandan dahulu, meski siswi tersebut dibentak tapi siswi tersebut tidak terlihat kecewa, dan Adit yang menanggapinya dengan senyum dan melambaikan tangan seraya menjawab semua ucapan salam para siswa putri tersebut.
~Normal POV~
Setelah sampai dikelas Adit berbicara dengan Rangga dan Dimas mengenai sifat mereka terhadap para siswi tadi,
“Kenapa kalian berdua tidak bersifat sedikit peduli terhadap para siswi tadi?” mengawali pembicaraan, jujur saja memang Adit yang memiliki sifat paling normal di antara dua temannya itu merasa sedikit tidak nyaman akan perlakuan kedua temannya kepada para siswi tadi, meski Adit telah terbiasa dengan sifat kedua temannya tersebut.
“Dasar mereka itu anak kampungan, gak tau apa-apa selain minta fotolah, minta tanda tanganlah” jawab Rangga ketus tanpa menghiraukan pertanyaan Adit.
“Itu adalah hal yang tidak penting, mereka hanya membuang-buang waktu”, jawab Dimas dengan nada datarnya selagi mengeluarkan sebuah buku dari dalam tas di atas mejanya.
“Heh, memang sulit jika kulit telah menyatu dengan daging...” ujar Adit seraya menghela nafas,
“Apa itu mengganggumu, hah?” Rangga bertanya sembari melempar Deathglare kepada Adit.
“Tidak, tidak... aku hanya sekedar belajar menerapkan pembelajaran dalam setiap percakapan” jawab Adit yang langsung mengalihkan pandangannya untuk menghindari Deatglare Rangga.
Saat waktu istirahat juga mereka bertiga selalu berpergian bersama-sama, dimanapun mereka berada pasti banyak siswi yang mengikuti mereka,
“Heh, mengganggu saja mereka” gumam Dimas disela berisiknya suara teriakan para siswi yang kegirangan itu,
“Yah, ini lah resikonya jika jadi orang terkenal” jawab Adit seraya merangkul leher Dimas dengan lengan kirinya dan merangkul Rangga dengan lengan kanannya, ini memungkinkan dilakukan karena tinggi Adit hampir sama dengan Dimas dan Rangga.
“Mereka paling hanya mau numpang terkenal aja” lanjut Rangga dengan nada ketusnya.
Adit hanya Sweetdrop mendengar perkataan kedua temannya ini,
‘Apa aku bisa merubah sikap kalian ini’ pikir Adit.
‘DWWAARRRR... ! ’
Suara ledakan itu sontak membuat seluruh penghuni BJHS kaget, tak terkecuali para siswi yang tadi berkerumun segera beralih menjadi suara histeris, Dimas yang melihat kesempatan ini segara mengambil tindakan,
“Ini kesempatan kita, ayo cepat” ucap Dimas kepada dua temannya sembil berlari meninggalkan kerumunan siswi,
“T-Tunggu Dimas, kau mau kemana...?” ucap Adit yang terdengar masih kaget dengan kejadian ledakan tadi,
“Dah cepat kita pergi” sambung Rangga seraya lari mengikuti Dimas,
“Hey hey tunggu aku...” ucap Adit segera menyusul kedua temannya itu,
Mereka berlalri memutari bagian belakang sekolah, beberapa siswa yang melihat mereka bertiga hanya menatap aneh karena berlari berlawanan arah, ya tentu saja ledakan tadi berada sekitar 100 meter dari tempat tadi.
“Ledakan dimana tadi itu?” Adit bertanya ditengah larinya,
Dimas hanya menaikan pundaknya tanda tidak tahu, “Peduli amat, yang penting kita bisa terbebas dari kumpulan kaum marjinal tadi” ketus Rangga yang membuat Adit dan Dimas sweetdrop bersama,
Ketiga pasang mata siswa tersebut membulat, “Ternyata Kantor Kepala Sekolah yang terbakar” Dimas menghentikan larinya dibekas tribun Lapangan Utama,
“Apa yang terjadi disana?” Adit yang kaget dengan apa yang dilihatnya,
“Disini berantakan dan berisik sekali” ketus Rangga.
Memang banyak terlihat beberapa siswa dan guru tengah membantu memadamkan api yang masih berkobar melewati jendela-jendela kecil diruangan itu, beberapa puing kayu juga terlihat berserakan di depan mereka bertiga,
~End Normal POV~
KAMU SEDANG MEMBACA
UnderHighSchool - Under Class
Science Fiction"Terlibat dengan bingungnya kenyataan, sejarah, pengetahuan, keingintahuan, cinta dan persahabatan mereka terpaksa terlibat dengan Relikui Kehidupan membuat sebuah ingatan menjadi hal yang sangat berharga."