Chapter 6
~Aulia’s POV~
"Lama banget sih. Si cowok belagu itu datang. Katanya jam empat sore. Sekarang sudah lewat sepuluh menit tapi dia belum juga datang!" keluhku kesal.
Aku rebahkan diriku di atas tempat tidur bermodel single berwarna merah marun.
"Bersabarlah Aulia" ujar Rika. Dia duduk di samping tempat tidurku.
Kami berdua sekarang berada di dalam kamarku yang bernuansa merah marun, untung saja Rika mau menemaniku. Kalau tidak. Aku tidak tahu apa yang akan terjadi padaku? Jika nanti aku dan Rangga hanya berdua di kamarku. Bagaimana pun juga Rangga adalah seorang laki-laki.
Berhubung rumahku sekarang tengah dalam perbaikan. Ruang tamu dan ruang santai tidak bisa digunakan. Akibatnya aku harus mewawancarai Rangga di dalam kamarku sendiri nantinya. Inilah alasan utamaku menentang keras mewawancarai Rangga di rumahku. Tapi si Rangga belagu itu mengancam tidak akan mau diwawancarai kalau tidak di rumahku. Dengan terpaksa aku harus mengalah. Aku tidak mau kehilangan upah yang dijanjikan Sukma padaku. Yah aku memang butuh uang untuk membantu perbaikan rumah. Aku tidak mau menjadi beban dalam keluargaku yang hanya beranggotakan 3 orang wanita yaitu aku, Tifani kakakku, dan bibi Reiko. Kedua orangtuaku sudah meninggal sejak aku berumur lima tahun akibat kecelakaan. Dan semenjak saat itu, bibi Reiko lah yang merawat kami berdua. Aku dan Tifani.
Meskipun bibi Reiko adalah dokter, tidak menutup kemungkinan sewaktu-waktu dia berhenti, aku tidak ingin menunggu itu terjadi. Kami tidak boleh terus bergantung dengan beliau. Sementara Tifani mulai bekerja sambilan, sebenarnya aku juga ingin kerja sambilan seperti Tifani. Tapi berhubung masih dibawah umur, lamaranku ditolak. Satu-satunya kesempatanku mendapatkan uang hanyalah saat ini.
'Akh! Menunggu memang menyebalkan!'. Aku mulai bosan.
Aku lirik Rika yang sedang membolak-balik album fotoku. Tiba-tiba rasa penasaran tentang cerita Rika muncul kembali. Mumpung dia ada disini, kenapa tidak aku tanyakan saja. Segera aku bangkit dari tidurku dan duduk di samping Rika, belum sempat aku bicara.
“Aulia?”
“Eh, ya ada apa?” aku kaget baru mau aku bertanya,
“Kamu pernah bilangkan bahwa ada yang memanggil-manggil namaku di mimpinya Fitria?” tanyannya.
“Eh, iya, Fitria pernah cerita soal itu padaku, kenapa?” tanya balikku
“Aku juga sempat mendengar suara seperti memanggil namaku” aku terkejut mendengarnya, “Saat di perkemahan aku mengalami hal aneh, kata teman-temanku aku ditemukan pingsan didekat Hutan Ruby saat jelajah” jelasnya yang membuatku penasaran.
“Ceritakan semuanya” ujarku semangat.
“Baiklah” Rika mengangguk, akupun siap memasang telingaku dengan baik.
~End Aulia’s POV~
~o0o~
"Merepotkan sekali" ujar pemuda dengan rambut cepak dengan bagian atasnya klimis
Ia menggunakan kaos biru tua lengan pendek dengan lambang Riyansyah Corp berbentuk pena di bagian dada kirinya. Kedua tanganya dimasukan ke dalam saku celana panjang yang berwarna putih.
Langkah kakinya terus berjalan melambat.
"Ayolah Semangat! Jangan bicara seperti itu. Aku sudah meluangkan waktuku untuk mengantarmu ke rumah Aulia",
“Dan kamu akan tahu bahwa Aulia akan terlihat lebih cantik jika dirumah” ujar pemuda berambut hitam dengan golef kesamping yang juga berjalan di samping Rangga. Ia menggunakan kaos lengan panjang berwarna Biru hitam dan celana panjang Biru. Sedangkan kedua tangannya ia lipat di belakang kepalanya sebagai bantal berjalan.
KAMU SEDANG MEMBACA
UnderHighSchool - Under Class
Fantascienza"Terlibat dengan bingungnya kenyataan, sejarah, pengetahuan, keingintahuan, cinta dan persahabatan mereka terpaksa terlibat dengan Relikui Kehidupan membuat sebuah ingatan menjadi hal yang sangat berharga."