"Mengapa mereka menyerang manusia, bukannya Modoki adalah budak bagi Manusia?" Rangga terheran-heran,
"Sepertinya mereka adalah Modoki liar" ujar Adit,
'Syut'
Salah satu panah melesat kearah mereka, kemudian mereka berlari kedalam hutan meninggalkan Gafar tergeletak disana, mereka berlari terus berlari tanpa arah,
'Syut.. Syut... Syut'
Beberapa panah terus meluncur kearah meraka,
"Sepertinya Modoki itu tidak sendirian" ujar Rangga,
"Kita harus berpencar" saran Adit,
"Kita berkumpul lagi di~"
'JLEBB!' salah satu panah itu mengenai punggung Adit dan kemudian terjatuh tersungkur ketanah, keempat sahabatnya sempat berhenti berniat menolong Adit,
"Terus berlari, jangan pedulikan aku" ujar Adit disela menahan rasa sakitnya,
"Kita harus menyelamatkannya" ucap Fitria,
'Syut... Syut... Syut...' Panah terus meluncur kearah mereka,
"Cepat pergi" teriak Adit, dengan berat hati Dimas dan Rangga membawa Fitria dan Aulia pergi meninggalkan Adit,
Tapi sepertinya para Modoki itu tidak berhenti mengejar, sesuai dengan saran Adit tadi, mereka berempat berpencar, Dimas dengan Fitria sedangkan Rangga bersama Aulia.
~Aulia's POV~
Aku terus berlari bersama dengan Rangga menyusuri pepohonan dan akar yang menjalar dibawah tanah tempat kami pijak.
"Adit..." aku terus memikirkannya bagaimana aku tega meninggalkannya terluka dibelakang sana.
"Jangan khawatir, Adit tidak akan mati secepat itu" yakin Rangga,
Rangga tiba-tiba berhenti berlari, "Ada apa?" tanyaku heran.
"Sepertinya tidak ada jalan keluar" ujar Rangga, aku kemudian melihat kesekitar,para Modoki telah mengepung kami berdua.
Aku bersembunyi dibalik punggung Rangga, mereka mulai mendekat dengan berbagai senjata seperti panah, belati dan tombak,
"Heh kalian para Modoki, kalian adalah budak manusia jangan berani menyakiti kami" teriaknya, aku hanya diam sambil terus memegang kaos yang di kenakan Rangga,
"Apa yang kamu katakan belagu?" ujarku,
"Diamlah cewek cerewet, aku sedang mencoba berdiskusi dengan mereka" Rangga kemudian mulai berbicara,
"Aku a~" belum sempat berbicara salah satu Modoki menodong Rangga dengan tombaknya, aku terpekik kaget,
"Hoh, jadi kita tidak diperbolehkan berbicara" ujarnya,
"Lebih baik kamu diam Rangga, kalau tidak mereka akan membunuh kita" ujarku melihat kelakuan Rangga yang hanya membuat para Modoki marah,
"Tenang saja" ucapnya santai,
'Apa maksudnya tenang saja. Si belagu ini malah terlihat seperti menyulut emosi meraka. Dasar bodoh' runtukku dalam hati,
"Jika mereka berencana membunuh kita, pasti telah mereka lakukan sejak tadi bukan?" ujar Rangga, ketika dia berbalik salah satu Modoki mengayunkan belatinya kearah Rangga dan mengenai pipi kirinya,
"Argh..." erangnya,
"Rangga!" aku langsung menahannya yang terseungkur jatuh.
"Kau baik-baik saja?" tanyaku sepertinya pipinya terluka keluar darah dari luka tersebut.
"Apa yang kamu lakukan sebenarnya bodoh, sekarang lihat kamu terluka" ujarku kesal dengan kelakuannya.
"Lihat buktinya"
Aku bingung.
"Mereka tidak membunuhku bukan?" ujar Rangga polos.
'Dasar bodoh, dia sudah terluka juga' pikirku,
Kemudian para Modoki mengikat kami layaknya seorang penjahat, digiring. Sepertinya kami akan dibawa menuju markas mereka, tapi nyatanya kami dikurung dalam sebuah sangkar yang terbuat dari kayu lengkap dengan seorang penjaga diluarnya.
Hari sudah mulai senja, sinar matahari tidak terlalu terlihat karena tertutupi rindangnya dedaunan pada pohon disekeliling hutan.
"Bagaimana dengan lukamu Rangga?" tanyaku khawatir,
"Tidak apa-apa, darahnya sudah mengering" ujarnya polos,
Aku bersandar pada salah satu tiang sangkar yang cukup rapat berukuran sekitar 2x2 meter sempit sekali,
"Obat-obatan aku tinggal di rakit" ujarku,
"Sudah aku bilang aku tidak apa" ujar Rangga terlihat meyakinkan.
"Hm?"
"Eh?" aku heran 'Ada apa?' pikirku.
"Kau terluka" ujar Rangga sambil menunjuk lehernya,
"Hah? Dimana?" aku mencari-cari, kemudian aku menarik rambutku dari belakang, sepertinya memang ada luka.
Rangga merangkak mendekatiku,
"Disebelah sini" ucapnya sambil terus mendekatkan kepalanya,
Rangga di sampingku, mendekatkan kepalanya ke leherku dan terasa seperti sesuatu yang basah menyetuh leherku.
"Ra~Rangga?" ucapku tidak didengarnya aku sedikit geli dan badanku terasa terdorong ketika kepala Rangga menekan leherku.
'Sepertinya ini bibirnya'
Rangga terus menekan bibirnya sesekali aku meras ada sesuatu yang bergerak dan basah pada lukaku.
'Lidahnya'
Rangga terus menekan dan mendekatkan badanya kemudian aku merasa ada yang menjalar dipingggangku tanganya meraba, posisi badanku telah miring, dia mengelus-ngelusnya kemudian mulai naik bagian atas aku tidak bisa menahnya, aku melepaskan topanganku dan sekarang aku teringkuk di bawah Rangga sambil terus merasakan sensasi yang terasa di leherku tanpa henti.
KAMU SEDANG MEMBACA
UnderHighSchool - Under Class
Ciencia Ficción"Terlibat dengan bingungnya kenyataan, sejarah, pengetahuan, keingintahuan, cinta dan persahabatan mereka terpaksa terlibat dengan Relikui Kehidupan membuat sebuah ingatan menjadi hal yang sangat berharga."