Yang terlihat hanyalah gelap, hampa, dingin nan sunyi tidak ada suara sedikipun terdengar.
'Dimana ini?'
Teringat apa yang sebelumnya terjadi.
"Sepertinya aku sudah mati"
"Jadi dimana aku Surga kah? atau Neraka?" tanya ini entah pada siapa.
Kemudian seberkas cahaya terlihat dari arah depan.
'Silaunya'
Cahaya itu semakin lama semakin mendekat dan semakin silau. Retina ini sudah tidak bisa menerima cahaya lagi, sesaat kemudian yang terlihat sekarang hanyalah putih yang terasa hangat.
Perlahan pandangan ini mulai fokus terlihat menampilkan sebuah objek kaligrafi, mencoba memfokuskan mata setelah semuanya jelas. Menyapu setiap sudut, memperhatikan sekitar.
'Pemandangan yang tidak asing'
Cahaya yang menyilaukan kembali menerpa, mencoba menghalanginya dengan lengan, kemudian mulai terasa hangat.
Bergerak kemudian bangun, sesaat kemudian diam, termenung melihat apa yang ada disekitar,
"I~ini... ini kamarku" mata ini tidak percaya.
Berlari keluar menuju pintu yang ada didepan, menuruni tangga dan membuka kembali sebuah pintu. Cahaya matahari menyambut, aroma tanah basah memenuhi udara. Menyapu seluruh sudut tempat.
'Ini benar daerah rumahku' meyakinkan diri.
Begitu senang dengan semua hal ini, kemudian terpikir,
"Aku... " menanggah, mencoba menahan air mata ini agar tidak menetes karena senang.
"Ku kira aku telah mati".
~o0o~
Terlihat dari ujung jalan empat orang anak yang tidak asing, aku memincingkan mata.
"Rangga!, Aulia!, Dimas!, Fitria!" teriakku yakin dengan apa yang aku lihat.
Tanpa pikir panjang aku berlari kearah mereka sambil memanggil nama keempat sahabatku itu.
Mereka kemudian berhenti dan berbalik melihat kearahku.'Syukurlah itu benar mereka'
Aku langsung menghambur memeluk mereka.
"Aku senang kalian baik-baik saja"
"KYYYYAAAA!" Aulia berteriak kemudian mendorongku hingga terlepas pelukanku.
"Oh, maaf Aulia aku terlalu bersemangat"
"Syukurlah kalian baik-baik saja" aku meletakkan tanganku dibahu Rangga sesaat kemudian Rangga menepis tanganku.
'BUGHT' sebuah pukulan mendarat di perutku, aku terpukul mundur.
"Hey hey hey, berani sekali memeluk seorang perempuan" ketus Dimas.
Aku tidak mempermasalahkan pukulannya.
"Maaf-maaf" ucapku masih tersenyum.
"Jangan so akrab dasar anak aneh" ujar Rangga kasar.
Aku melihat kearah mereka dan aku terkejut.
'Ada apa dengan pandangan mereka?, mereka seperti meilhat orang asing' pikirku,
"Kamu siapa hah?, berani memeluku dan Fitria?" tanya Aulia, aku tersentak.
"Ini aku Adit, Adit sahabat kalian" ujarku meyakinkan mereka.
"Sahabat? Sejak kapan aku punya sahabat anak aneh sepertimu" ujar Rangga kasar.
'Dia masih saja kasar'
"Kalian jangan bercanda, ini aku Adit sahabat kalian, dan aku masih hidup" aku melihat kearah mereka, betapa terkejutnya aku melihat ekspresi mereka, seperti benar-benar tidak mengenaliku.
"Jangan bercanda, kami tidak pernah memiliki sahabat sepertimu" Ujar Rangga.
"Maaf mungkin sepertinya kamu salah orang" ujar Fitria sopan.
"Tidak mungkin aku salah orang Fit" balasku.
"Aku tahu kamu pernah bertemu dengan hantu pada saat kita berkemah, bukan?" Fitria terlihat terkejut kemudian bergerak kearah belakang Dimas.
"Jangan asal bicara kamu, mungkin kamu mengenal kami, tapi kami tidak mengenalmu" ujar Dimas.
'JLEEEBBB'
Dadaku seperti tertancap oleh kata-katanya, aku tidak percaya mereka...
Sahabatku tidak mengenali aku...
Sahabat mereka sendiri...
'Hukumannya adalah... Kematian yang nyata...'
Kemudian aku menyadari dan teringat apa yang diucapkan Tetua Agung.
"Ternyata..."
"Ternyata ini yang dimaksud dengan Kematian yang nyata"
Mereka berempat hanya heran melihat tingkah laku-ku.
"HAHAHA..." aku tertawa entah kenapa aku ingin sekali tertawa.
"Apa yang lucu anak aneh?" tanya Rangga.
Aku menatap mereka. "Maaf... "
"Maaf sepertinya aku salah orang" ujarku sambil berbalik pergi dan kembali tertawa.
'Jadi...'
'Jadi ini maksudnya. Mereka semua tidak lagi mengenal diriku karena aku memang tidak ada diingatan mereka.'
'Uh...' Desahan nafas ku terasa sangat berat.
'Sungguh hukuman yang sangat menyakitkan' pikirku sambil memegang dadaku yang terasa sesak. Air mataku menetes, kali ini berisi kesedihan.
Kematian adalah hilangnya nyawa dari suatu raga menuju alam baka dan sudah merupakan hal yang biasa para orang yang ditinggalkan mengingat seluruh jasa-jasanya, tetapi Kematian yang nyata maksudnya menghilangkan semua ingatan orang tersebut dari dunia ini tanpa tersisa, ini seperti hidup disebuah tempat tanpa ada seorangpun disana hanya sendiri,.....
"Sangat menyakitkan"...
~o0o~
"Siapa sebenarnya anak aneh itu?" tanya Dimas.
"Mungkin dia ngefans ke kita, dan mulai so akrab dengan kita" Rangga melihat kearah Aulia.
"Kamu menangis?" tanya Rangga.
"Eh? Menangis?" Aulia memegang pipinya dan mengusap air yang tiba-tiba keluar dari sudut matanya.
"Kenapa aku menangis?" Aulia bingung.
"Apa anak tadi menyakitimu?" tanya Rangga lagi.
"Tidak, tidak apa-apa. Hanya saja...", Aulia menggantungkan bicaranya.
"Aku seperti merasa sedih dan merasa kehilangan yang sangat dalam ketika melihatnya" lanjut Aulia.
"Hah?"
"Ini aneh, kenapa pula di tahu kalau aku pernah bertemu dengan hantu saat berkemah waktu itu, apa dia salah satu siswa BJHS?" Fitria heran.
"Aku belum pernah melihat anak aneh itu di sekolah, tapi sepertinya aku melupakan sesuatu" ujar Rangga.
"Aku juga sama dengan kalian, seperti ada sesuatu hal penting yang aku lupakan" tambah Dimas.
'Tinit.. Tinit' Alarm jam tangan Fitria berbunyi.
"Astaga, kita terlambat" ucap Fitria setelah melihat jam tangannya '07.00'.
"Ayo cepat berangkat" ujar Rangga.
Kemudian mereka berlima berlari pergi menuju sekolah. Dengan meninggalkan sebuah kenangan aneh bersama seseorang yang mereka lupakan begitu saja bagaikan angin lalu.
"Do you hear me?" The Man who asked started smile.
KAMU SEDANG MEMBACA
UnderHighSchool - Under Class
Fantascienza"Terlibat dengan bingungnya kenyataan, sejarah, pengetahuan, keingintahuan, cinta dan persahabatan mereka terpaksa terlibat dengan Relikui Kehidupan membuat sebuah ingatan menjadi hal yang sangat berharga."