Part 13: Sembunyi

11.9K 621 103
                                    

AKU TAHU TAPI AKU PURA PURA TIDAK TAHU

PART 13:  Sembunyi

(PUTRI)

Aku menatap lekat pada bangunan rumah dihadapanku saat ini. Begitu banyak kenangan di sana. Akhirnya selain kebahagiaan di awal pernikahan aku dengan Mas Rama, yang tersisa kini adalah rasa kecewa yang belum bisa aku terima dengan ikhlas. Sulit rasanya untuk bisa memaafkan Mas Rama. Aku masih belum bisa paham dan mengerti dengan sikap Mas Rama padaku. Aku ingin sekali mengetahui apa kesalahanku, apa alasannya hingga Mas Rama bisa dengan tega memperlakukan aku seperti ini. Apakah benar karena aku belum mampu memberinya keturunan?.

Sudah saatnya berkemas, sudah terlalu banyak waktu terbuang karena mengeluh. Lebih baik aku menata kehidupan baru.

“Dunia belum berakhir Putri, hadapi saja, Kamu pasti bisa,” Senandikaku dan aku pun melangkah masuk ke halaman rumah.

Mas Rama masih di Kantor. Suasana rumah sama seperti saat terakhir aku tinggalkan masih rapi hanya debu saja yang terlihat. Aku masuk ke dalam kamar, di sana pun tidak begitu berantakan, sepertinya Mas Rama juga jarang pulang ke rumah.

Ah apa peduliku, biarkan saja. Sudah pasti Mas Rama lebih banyak menghabiskan waktunya bersama wanita itu. Sekarang Mas Rama lebih leluasa bersama dia, tidak ada lagi aku di sini yang membatasi Mas Rama untuk bisa bersama wanita itu.

Aku segera membereskan berkas-berkas pekerjaan di lemari buku sudut kamar, lalu aku juga membereskan semua pakaian, tas dan sepatu. Tidak begitu banyak barang yang akan aku bawa. Aku sengaja meninggalkan semua barang hadiah yang diberikan Mas Rama, termasuk cincin pernikahan. Aku tinggalkan cincin nikah di meja rias. Aku tahu Mas Rama pasti akan tidak nyaman melihatnya, tapi dia harus menerimanya, aku akan memudahkannya dalam mengambil keputusan untuk dapat menyelesaikan semua permasalahan ini.

Senyumku begitu getir saat melepaskan cicin itu, terbayang kembali saat akad dahulu ketika semua terasa begitu manis. Saat itu, aku mantap menerima Mas Rama sebagai suami. Tidak pernah terbayangkan bahwa akhir ceritaku begitu menyakitkan seperti sekarang.

Kutatap Kembali semua potret yang tergantung di dinding rumah, dan yang terpajang di lemari. Semua memori bergantian datang di kepalaku. Aku harus belajar merelakan melepaskan semua mulai hari ini. Aku tak akan bisa bertahan terus dalam ketidakpastian dari Mas Rama. Bertahan hanya akan membuatku semakin rapuh, aku tak akan sanggup menahan rasa sakitnya. Mas Rama sudah menghancurkan rasa percayaku. Aku tidak bisa tahu lagi apa dia sedang jujur atau berbohong. Kalau bukan karena Rina mungkin hingga saat ini aku tidak pernah tahu kebenarannya.

“Hallo, Fia.” Fia menelepon.

“kamu dimana, Put?”

“Aku di rumah Mas Rama. Baru selesai berkemas, ada apa Fia?”

“Rama terus menghubungiku, Put.”

“Abaikan saja Fia.”

“Rama bilang dia sangat ingin bertemu, dia ingin bicara denganmu. Aku katakana aku tidak tahu kamu dimana. Dia tidak percaya, jadi dia tetepa berpesan agar kamu bisa menghubunginya dan memberinya kesempatan untuk berbicara.”

“Aku belum bisa, Fia. Biarkan sajalah.”

“Iya, Put. Gimana kamu aja, tapi lambat laun kamu memang perlu bicara dengannya menyelesaikan semuanya, kamu tidak bisa terus-terusan menghindari Rama.”

“Iya, Fia. Sebentar lagi aku akan ke rumahmu untuk berkemas ya.”

“oke, Put. Nanti aku kabari lagi, selesai ngantor.”

“Iya.”

Aku harus segera memasukan barang-barang ini ke dalam taxi yang sengaja aku panggil untuk mengantarkan aku ke tempat Fia. Setelah semua selesai aku mengunci rumah dan sengaja aku melepas kunci rumah dari gantungannya, celat pintu bagian bawah cukup untuk ukuran kunci rumah. Aku sengaja menyelipkan kunci ke dalam rumah melalui celah itu, biar Mas Rama tahu aku tak akan lagi datang ke rumah ini, aku mengembalikan kunci rumahnya tanpa pesan.

AKU TAHU: Tapi Pura Pura Tidak TahuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang