Closer

3.5K 251 74
                                    

Aey membawa Pete masuk ke dalam rumahnya dengan perasaan khawatir. Setelah beberapa kali menawarkan diri untuk mengantar pulang, Pete bersikeras tidak mau kembali ke rumahnya untuk sementara waktu. Aey faham bahwa kejadian kemarin bukanlah sebuah perampokan, melainkan masalah keluarga yang sedang dihadapi oleh lelaki dihadapannya membuat Aey cukup tau diri bahwa ia akan terlalu jauh apabila ikut campur.

"Aey keberatan jika aku disini?" Pete bertanya sambil memainkan jarinya tanda gelisah.

"Tidak. Aku hanya khawatir jika ayahku kesini dan membuatmu kaget."

"Aku eumm.. sudah sering melihat hal seperti itu." Ungkapnya ragu.

"Dimana?"

"Aku... sebenarnya ayahku yang kemarin membuat ricuh rumah. Kalau diceritakan sih panjang sekali. Intinya aku benar-benar merasakan neraka di rumahku. Ayahku juga memiliki banyak wanita simpanan." Pete tersenyum getir menerawang berbagai kejadian buruk yang menimpanya.

"Ibumu tau?" Tanya Aey ragu.

"Inilah letak permasalahannya. Ibuku tau tapi tidak mau berpisah. Mereka berdua bertengkar hebat setiap saat membuat kepalaku serasa pecah. Awalnya aku fikir ibu tidak mau berpisah karena aku, tapi itu semua hanya omong kosong. Ibu takut saham ayah yang tertanam di kantornya akan ditarik dan membuatnya bangkrut. Hidupku benar-benar menyedihkan, bukan?"

"Istirahatlah dulu, nanti baru kita bicara lagi ya?" Aey memilih untuk mengakhiri perbincangan yang menyesakkan dengan membaringkan Pete diatas tempat tidur kecil yang dimilikinya.

"Eumm, Aey?"

"Ya?"

"Maaf aku malah curhat hal-hal yang kurang menyenangkan."

"Tidak, aku tidak keberatan sama sekali. Kita bisa bicara lagi nanti, kau butuh istirahat."

"Eumm, terima kasih."

"Tidak masalah." Aey tersenyum menenangkan.

"Aey nanti tidur dimana?"

"Aku bisa tidur dimanapun."

"Kalau aku memintamu tidur disini, apa boleh?"

Kegiatan Aey melepas kancing baju terhenti. Ia menghampiri Pete dengan duduk di pinggiran tempat tidur. Aey setengah sadar mendekatkan kepalanya kearah Pete. Telapak tangannya mengelus pipi yang begitu halus dihadapannya. Pete hanya tertegun melihat tindakan yang dilakukan oleh Aey. Matanya berkedip sangat pelan dengan raut polos mendorong Aey untuk mendekat dan mengecup ujung bibirnya. Tidak sampai mengecup penuh layaknya drama yang selalu ia tonton, hanya saja kecupan kecil itu membuat jantungnya berdegub sangat kencang. Pete bahkan sangsi apakah ia masih bisa bernafas normal atau tidak.

Aey menatapnya dalam, sangat dalam hingga Pete merasa tatapan itu dapat mengisapnya. Cegukan kecil yang keluar dari tenggorokannya membuyarkan tatapan Aey pada dirinya. Aey terlihat mati-matian menahan tawa hingga muncul senyuman tipis yang malah membuat Pete merona malu.

"Aku baru tahu ada orang yang dicium malah cegukan." Ucap Aey menggoda Pete.

"Aku tidak. Biasanya tidak begitu."

"Biasanya? Kau sering melakukan itu?"

"Ehhh, bukan seperti itu!"

"Lalu?"

"Berhenti menggodaku, Aey."

Pete dengan cepat membungkus dirinya dengan selimut tipis yang berada dibawah kakinya. Ia merasa pipinya terbakar akibat ucapan yang dilontarkan oleh lelaki disampingnya. Aey hanya tersenyum simpul melihat tingkah menggemaskan Pete.

Love by ChanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang