Note : Sangat disarankan untuk membaca chapter sebelumnya karena kemungkinan kalian pasti pada udah lupa😂 typo everywhere~~
Aey melepaskan genggaman tangan kami saat tiba di depan pintu rumahnya yang sedikit terbuka dengan kepala seseorang menyembul keluar. Aku yakin itu pasti adiknya.
"Kak, kau lama sekali sih tadi? Untung ada yang menjemputku." Keluh lelaki mungil itu.
"Aku kan ada urusan tadi. Maafkan aku ya?" Aey membalas seraya melepaskan sepatu yang ia kenakan.
Aku termenung untuk beberapa saat. Jika Aey tidak menjemput adiknya, lalu kemana ia tadi pergi? Apakah mungkin ada sesuatu yang aku lewatkan?
"Kakak lucu ini siapa?"
"Ah, halo aku Pete." Aku menyapanya ramah.
"Halo Kak, aku Tar. Pasti kakak sudah pernah mendengar cerita tentangku kan?" Balasnya penuh rasa percaya diri.
"Ya, sedikit hehe."
Tar tersenyum lebar dan menarik tanganku cepat untuk masuk ke dalam rumahnya. Aku duduk dengan nyaman di salah satu kursi yang bertengger di ruang tamu. Keadaan tidak berubah persis seperti saat terakhir aku menginjakkan kaki disini. Tidak begitu banyak perabot yang terlihat. Semua terkesan sangat sederhana namun kenyamanan yang aku rasakan membuat betah untuk berlama-lama disini.
"Pete, aku mandi sebentar ya?" Pertanyaan Aey menarik atensiku.
"Ya, mandi saja Aey." Aku mengangguk sambil tersenyum kecil.
Aey mengusak pipiku lembut dengan tangan hangatnya. Aku mendongak untuk menatap iris bening dengan bola mata hitam pekat miliknya. Biasanya perasaanku akan berdebar kencang untuk situasi seperti ini, namun karena ada beberapa hal yang mengganggu fikiranku membuat tubuhku kaku untuk bereaksi.
"Pete, apa ada yang kau fikirkan?" Tanyanya halus.
"Kalau aku menjawab ada, apa Aey mau menjelaskannya?"
"Eum?"
Aku menimang-nimang apakah aku harus mengatakan semua hal yang menganggu fikiranku padanya. Kami memang sudah resmi memiliki status sebagai sepasang kekasih tapi bukan berarti aku bisa melemparkan pertanyaan yang mungkin saja bisa melukai harga dirinya.
"Apa ada yang ingin Aey jelaskan?"
"Apa ada yang harus aku jelaskan?" Tanyanya balik.
"Kemana Aey pergi?" Mungkin berterus terang menanyakan hal ini akan lebih baik.
"Pergi? Ah tadi aku dimintai tolong untuk membantu Pond."
Gerakan tubuhnya seperti berusaha menyembunyikan sesuatu dan itu membuatku gusar. Sejak pertama bertemu dengannya, aku tidak pernah menangkap Aey yang kelabakan dalam menanggapi pertanyaan atau keadaan apapun. Biasanya raut wajahnya selalu tenang dan suaranya lugas dalam menjelaskan apapun.
"Pete yang posesif menggemaskan sekali sih." Candanya mencoba untuk mencairkan suasana.
Aey mengecup pipiku kilat sebelum berlalu ke arah kamar mandi. Jika aku mengatakan bahwa jantungku berdetak secara normal maka jelas itu adalah sebuah kebohongan. Hal kecil yang Aey berikan padaku melalui sentuhan-sentuhannya seperti candu yang adiktif.
"Kak, kenapa diam disitu saja? Sini nonton kartun denganku." Tar membuyarkan lamunanku.
Aku berjalan ke arahnya dengan cepat. Ia tersenyum lebar dan menepuk bagian kosong disebelahnya mengisyaratkanku untuk duduk di tempat itu. Aku menilai Tar sebagai adik kecil yang menggemaskan. Bentuk tubuhnya yang mungil dengan tingkah lucunya membuat orang akan dengan sukarela untuk melindunginya. Aku merasa sedikit iri dengan Aey yang memiliki adik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love by Chance
FanfictionAey sadar jika hidupnya tak mungkin seindah novel atau drama picisan di luaran sana. Tapi setidaknya Pete membawanya ke dalam perasaan yang ia harapkan, jatuh cinta. Ya, Aey jatuh cinta sejatuh-jatuhnya pada pemuda bernama Pete. It's bxb Please don'...