Worry

3.6K 198 41
                                    

Roda kehidupan pasti akan berputar pada poros yang telah ditentukan. Pun begitu dengan hati dan perasaan manusia. Jika ada kesempatan untuk mencoba masing-masing poros, bukankah itu merupakan hal yang sangat menguntungkan? Tidak akan terjadi perputaran diluar kendali yang diinginkan. Tapi percayalah, semua itu tidak lebih dari omong kosong belaka.

Fajar menyingsing menyapa langit yang membiru cerah. Aku sudah terjaga sejak beberapa saat yang lalu namun hanya terdiam menatap Aey yang masih terlelap. Senyum tidak pernah luntur menunjukkan ada perasaan membara yang jelas membuncah di dalam diriku apalagi saat mataku menatap gelang yang melingkar manis di pergelangan tanganku. Aku bahkan tidak segan untuk membenarkan surai Aey yang sedikit berantakan.

"Terima kasih untuk gelang dan semuanya." Bisikku lemah tanpa ada sahutan.

Tanganku ingin sekali menggapai lengan yang terlentang nyaman di samping kepalaku, namun aku terlalu takut untuk melakukannya. Aku menatap kelopak matanya yang terpejam sambil menyentuh pelan. Garis wajah Aey benar-benar sempurna tanpa celah membuatku betah untuk memandanginya.

"Aku mencintaimu." Bisik Aey secara mengejutkan membuatku terlonjak kaget.

Aku berusaha untuk memastikan apakah ia mengigau atau tidak. Namun tatapan lembut dari retina matanya membuat hatiku berdegub dan aku memilih untuk berpaling menghindar. Tidak sampai beberapa detik kemudian, aku merasakan sepasang lengan melingkari pinggangku. Posisiku yang membelakanginya membuat deru nafas Aey menyentuh tengkukku.

"Aey sudah bangun?" Tanyaku mencoba memecah keheningan.

"Hmm." Gumamnya membuatku bergidik.

Aku merasakan deru nafas hangatnya dan itu mampu menggetarkan perasaanku. Aku berinisiatif untuk berbalik namun kecupan-kecupan kecil yang diberikan Aey pada sisi leherku membuatku terhenyak. Aku dapat merasakan nafasnya memberat dan ia bahkan mulai memberikan lumatan-lumatan basah yang semakin membuatku meremang.

"Aey...sudahh, aku gelihh."

Ia hanya menatapku dengan tatapan lembut yang mendambakan ketika aku membalikkan tubuh untuk menatapnya. Aey tersenyum samar sambil menarik tubuhku ke dalam pelukan hangatnya. Rasanya aku bisa hidup dengan pagi seperti ini untuk selamanya.

"Pete, boleh aku menanyakan sesuatu?"

"Ya?" Aku mendongak ke arah wajah menawannya.

"Saat pertama kali kita bertemu, siapa yang membuatmu patah hati?"

Aku terkejut dengan pertanyaan diluar topik yang diajukannya. Fikiranku serasa kosong dan tidak berfungsi untuk menjawab apa yang ingin Aey ketahui.

"Kenapa Aey membahas hal yang sudah berlalu?" Tanyaku mencoba untuk berkilah.

"Apa itu menyinggungmu?"

"Tidak, Aey tidak menyinggungku hanya saja pertanyaan itu tidak pernah terlintas dibenakku." Aku mencoba untuk menjelaskan.

"Aku hanya ingin bertanya saja, Pete."

"Boleh aku tidak menjawabnya?"

Aey tertawa kecil sambil mencubit gemas pipiku. Ia bahkan memainkannya bak anak kecil yang sedang memegang jeli. Giginya menggelatuk seolah menahan rasa gemas membuatku ikut tersenyum.

Love by ChanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang