Page V

2.9K 185 1
                                    

Quilda Pov'S

Sepulang berkunjung dari istana ibu angkatku, kini aku sedang berada di dapur masih dengan memikirkan perkataan ibu ratu bahwa Membutuhkan bukan berarti tak mencintai. Kalimat itu terus memutar dipikiranku hingga sebuah suara membuatku terkejut dan hampir membuatku memotong jari tanganku dengan pisau ditanganku. Aku menoleh kebelakang dan mataku menatap mata yang dingin tersebut yang menatapku lalu menatap kearah pisau ditanganku.

"Apa yang kau lakukan disini?" ucapnya dengan melangkah mendekatiku.

"Aa...aaku sedang memasak untukmu." oh ya Tuhan, aku benar-benar gugup.

"Untuk apa?" kenapa pria ini terus bertanya sih.

"Kau belum makan malam, bukan. Jadi aku memasak untukmu, kita makan malam bersama."

"Reans." aku menahan dadanya dan menatap matanya, tiba-tiba aku merasakan tubuhku melayang dan tiba-tiba aku sudah duduk dimeja dapur dengan tubuh Reansdra yang menghimpitku sedangkan pisau yang tadi kupegang terlempar entah kemana. Aku merasakan hembusan nafasnya dan sorotan dingin itu ada dalam tatapannya yang kini menatapku.

"Darimana saja kau seharian ini? Pergi keluar tanpa izin dariku. Aku sangat tidak menyukai ada orang yang tak menghargai kedudukan dan peraturan ku, Quilda." kulihat rahangnya yang mengeras lalu aku menatapnya dengan membendung air mataku.

"Aku ... aku minta maaf, Reans. Aku ingin izin padamu tapi kau terlihat sangat sibuk jadi aku pergi saja. " jelasku.

"Aku membutuhkanmu." aku mendengarnya lagi, kalimat itu kembali ia ucapkan dan membuatku tersenyum sambil mengusap wajah tampan suamiku.

"Tapi kau belum makan malam Reans, aku akan menyelesaikan pekerjaanku dan kita makan bersama lalu----"

"Quilda!" aku semakin melebarkan senyumku melihat tatapan marahnya padaku, aku berinisiatif mendekatkan wajahku pada wajah tampan suamiku itu dan lalu menciumnya lembut sembari memejamkan kedua mataku. Ciuman kami semakin berlanjut cukup lama sampai kami saling melepaskan dan menatap.

"Reans." kulihat suamiku menatapku dingin dan datar lalu aku kembali berucap.

"Aku telah berjanji pada diriku sendiri bahwa aku akan selalu mencintaimu, tidak ada alasan apapun untukku mencintaimu, suamiku. Kau tahu selama ini aku hidup penuh dengan tekanan batin dari seorang pria yang tidak aku kenal, yang menganggapku adalah miliknya. Selama ini aku mencari seseorang yang bisa melindungi dan menjagaku dari hal apapun dan aku menemukanmu, aku tahu bulu yang tebal berwarna putih bercampur biru adalah dirimu. Kau mengajarkan aku apa yang tak aku ketahui, tentang arti hidup, cinta, dan kekuatan. Hanya satu yang aku pinta darimu, bertahanlah disisiku selamanya, Reans. Aku benar-benar membutuhkanmu. " aku menundukkan wajahku menatap kebawah dengan tetesan air mataku yang terus mengalir dikedua pipiku.

"Apa kau tahu?" aku mengangkat wajahku menatapnya.

"Bahwa aku telah berjanji tidak akan mencintaimu selamanya." sakit, perih, dan sangat ngilu dibatinku, sungguh akhir yang bukan yang aku harapkan. Seharusnya aku sadar bahwa memiliki hatinya tidaklah mudah seperti membidik panah. Aku memejamkan mataku ketika suamiku berlalu pergi tanpa berkata lagi bersamaan aliran air mataku kembali menetes untuk semua yang menyakitkan.

'Aku tidak inginkan kau tersakiti. Aku tak bisa menghakimi diriku sendiri yang salah dan selalu salah dalam membelamu sebagai penguatmu.'

Author Pov'S

"AKKKHH!!!" pecahan dan berbagai benturan sangat jelas terdengar dibalik sebuah kamar yang gelap tanpa pencahayaan. Deru nafas itu semakin cepat tak beraturan dengan mata yang memerah dan kedua tangan yang mengepal erat.

PRANG!

Sebuah kaca kembali menjadi sasaran kemaharannya, mata itu gelap dan biru tidak ada yang berani mendekat bahkan untuk menenangkan sang pemilik yang sedang mengamuk, tidak pernah terpikirkan.

"Reans!" satu pikiran yang melintas semuanya, sebuah pekikan nyaring dari luar kamar sambil terus menggedor pintu berwarna putih itu, gadis cantik tersebut terus berteriak nyaring hingga bisa terdengar sampai halaman belakang istana.

"Reans buka pintunya atau aku akan merusaknya!" teriak Quilda lagi, gadis itu sudah mengambil ancang-ancang dengan berjalan mundur dan mulai menghitung dan kemudian ia berlari.

"Reans!"

"Awww. Huhh, sakit."

"Apa?" ucap Reansdra menatap Quilda yang masih terduduk dilantai dengan menatapnya.

"Aku mengandung anakmu."

Boooommmmm!








"""""""""""""""""
Jangan lupa 🌟🌟🌟🌟🌟and share sama teman-teman yang lain ya guys..
See you reader😘😘😘

Mate For Reansdra [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang