Page VII

2.7K 170 1
                                    

"Aku tahu apa yang kau rasa?" Quilda terkejut sembari membalikkan tubuhnya melihat Reansdra yang berdiri dibelakangnya.

"Reans."

"Jangan takut sayang. Aku akan menemui ibumu." ucapnya, Reansdra mendekati istrinya ia mengusap airmata yang menetes dikedua pipi Quilda dengan senyuman lembut. Dan semua telah terungkap isi yang terdapat dalam kotak tersebut adalah sebuah surat dari Jicko pada Quilda. Jicko menceritakan semua tentang ibunya dengan Clote, kakak Reansdra. Clote telah tiada sebelum Reansdra lahir karena pemburuan liar dan menyebabkannya tewas. Ibu Quilda yang tidak merestui pernikahan mereka karena dua hal. Pertama, karena peristiwa tersebut yang terus mengiringi pikiran ibu Quilda hingga membuat ibunya takut bila Quilda mendapatkan perlakuan tak senonoh dari Reansdra. Kedua, karena pernikahan mereka tidak tercatat dalam buku kerajaan dan merupakan pernikahan yang tidak suci.

"Aku tak ingin kau sakit hanya kerena memikirkanku, fokuslah pada bayi kita. Biar ibumu menjadi tanggung jawabku, aku akan menepiskan pikiran buruknya tentangku padamu dan aku akan mensakralkan pernikahan kita dalam tiga negara." Quilda tersenyum sembari mengusap rambut Reansdra, ia mencium kening suaminya masih dengan senyuman.

"Jangan lupa tersenyum." kata Quilda, Reansdra tersenyum dan mengecup bibir istrinya.

"Tunggu aku sayang."

Author Pov'S

Senyuman licik itu terlihat samar di rerumputan semak belukar dan mata itu terus menatap kedepan mencari celah untuknya masuk. Hingga sebuah pedang runcing terangkat dari tangannya dan membawanya melangkah kedepan, menebas siapapun yang mencoba menahannya. Dengan pakaian yang berlumur darah, seseorang itu lalu membuka penutup wajahnya tepat didepan seorang wanita yang sedang tertidur diatas ranjang putih.

"Aku mendapatkanmu, karena makhluk bodoh itu mengusikku." ia mengayunkan pedangnya dan tidak ragu menjatuhkan pedangnya.

"AAAAAA!"

----
Empat pasang mata kini tengah beradu tajam dan semakin tajam hingga sebuah suara menghentikan tatapan mereka.

"Bicaralah, Reans." kata seorang lelaki tua namun terlihat masih muda dan disampingnya terdapat seorang wanita yang berstatus sebagai istrinya dan didepan mereka terdapat dua orang pria tampan.

"Reansdra bukanlah Clote, dan Clote bukanlah Reansdra." kata Reansdra, ia menatap wanita didepannya yang merupakan ibu mertuanya yang menatapnya diam.

"Clote tiada karena pemburuan liar dan Reansdra tiada karena sebuah mata hitam dan rambut coklat yang kemerahan." wanita itu masih diam dan sesekali mendengus tak suka.

"Clote melakukan perbuatan yang menjijikkan diakhir hidupnya sedangkan Reansdra, ia melakukan perbuatan menjijikkan diawal hidupnya."

"Mengapa kau mengatakan hal itu dengan sangat ringan." dan akhirnya wanita tua itu membuka mulutnya dengan menatap tajam pada Reansdra.

"Karena aku bukan Clote, karena aku hanya menantumu, karena aku hanya suami dari putrimu, dan karena aku adalah ayah dari calon anakku." kedua mata wanita itu terbuka lebar ia berdiri dari duduknya dan siap mengeluarkan taringnya.

"Kau membuatnya hamil!" Reansdra tersenyum dan berdiri dihadapan ibu mertuanya sedangkan ayah mertuanya dan Jicko yang sedari tadi hanya fokus pada pekerjaan mereka masing-masing tanpa memperdulikan perdebatan mereka.

"Ya. Tentu saja bu, karena aku suaminya dan putrimu adalah istriku dan janin yang didalam perutnya adalah cucumu." wanita itu menatap Reansdra dan tiba-tiba setitik air matanya menetes, ia menatap pada suaminya yang juga menatapnya.

"Haruskah aku memberinya restu." suaminya mengangguk tenang begitupun dengan Jicko yang juga mengangguk dengan mengangkat satu alisnya.

"Huhh. Aku benar-benar membencimu, menantu. Kau harus menyelenggarakan pernikahan kalian dengan suci dan secara sah dan kau harus memperkenalkan putriku pada publik tentang siapa dia dan status kalian agar cucuku nanti tak dilecehkan oleh orang." ucap wanita itu dengan sedikit mengembangkan senyumnya, Reansdra tersenyum kecil menganggukkan kepalanya.

"Aku tahu apa yang harus aku lakukan, ibu mertua." Reansdra menoleh pada Jicko dan ayah mertuanya.

"Aku harus segera pulang, aku meninggalkan istriku bersama anakku sendirian terlalu lama. Aku tak inginkan hal buruk." mereka mengerti dan segera mengantar Reansdra kedepan gerbang dengan membekali pasukan pengawal panglima berjumlah sepuluh orang untuk menemani perjalanan pulang Reansdra.

Perjalanan yang sepi dan hanya ada suara angin yang terdengar sepoy-sepoy dengan sayup. Pijakan kaki kuda Reansdra dan para pengawal panglima telah memasuki area warrior hingga sampai didepan gerbang yang menjulang tinggi, Reansdra berhenti dengan mengernyitkan dahinya hingga tatapan matanya melihat pengawal gerbang yang sudah kaku tak bernyawa dengan darah yang masih lengket. Tanpa aba-aba Reansdra segera turun dari kudanya dan berlari memasuki kerajaan yang disekelilingnya sudah dipenuhi oleh bercakan darah dan bau-bau anyir.

Matanya gelap dan dingin dengan rahang yang mengeras Reansdra menahan rasa sakit ditubuhnya dan perubahan itu telah terjadi dengan sangat kuat dan penuh amarah, tubuh besar dan berbulu tebal yang berwarna mengiringi langkah kaki besarnya memasuki sebuah kamar yang temaram dan hanya ada cahaya lampu kamar.

Tatapan amarahnya kian memuncak saat mata besar itu menatap satu titik.

AAAAAAAAA
AUUGGHHHHH!!!

"Kau berniat melukai keluargaku dengan pedang busukmu itu. Cuiihh, sangat payah jika kau harus menerima hadiah yang setimpal dariku. Selamat menempuh perjalanan ke nerakamu, tuan Kewzi."











"""""""""""""""'''
Tinggal beberapa page lagi, cerita ini bakal tamat+end yeeee..
Tungguin yaa guys.😉😉😉
Jangan lupa 🌟🌟🌟🌟🌟 buat Author, tatahhh🙆😘👐😙

Mate For Reansdra [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang