Page IX

2.7K 115 0
                                    

Acara resepsi pernikahan mereka yang pertama digelar di Italia tempat kelahiran seorang Reansdra beserta asal usulnya, lalu akan menyusul resepsi di Amerika dan setelahnya baru resepsi terakhir di negara asal Quilda, Indonesia-Kaltim, sedangkan untuk akad suci pernikahan akan diadakan dirumah keluarga Quilda yang berada di negara Inggris. Seorang wanita yang kini sedang mengenakan gaun putih panjangnya sedang berjalan menuruni tangga hingga ia melihat seseorang yang teramat sangat ia cintai, seseorang yang telah melahirkannya dan merawatnya hingga ia berkeluarga sendiri, wanita itu tersenyum sambil melangkah dan memeluk tubuh seorang wanita paruh baya yaitu ibunya hingga membuat ibunya terkejut namun seketika tersenyum dengan membelai kepala putrinya.

"Ibu sedang apa?" tanyanya.

"Ibu sedang membuatkan teh hangat untuk tamu yang datang, sayang." Quilda hanya ber-oh ria, ia melihat sekeliling rumahnya yang kini sudah dihiasi berbagai pernak pernik pernikahan seperti bunga-bunga yang sudah tersusun rapi ditempatnya dan juga berbagai pelayan yang juga masih sibuk dengan mendekor rumah Quilda. Senyuman itu tidak pernah luntur dan akan tetap tercetak dibibirnya siapa pun yang melihatnya pasti akan mengenalnya. Itu senyuman bahagia.

"Bu." ibunya hanya berdeham membalas seruan Quilda.

"Dimana Reans?"

"Ibu tadi melihatnya di taman belakang bersama kakakmu, coba kamu cek. Memangnya ada apa sayang, perutmu sakit?" Quilda menggelengkan kepalanya dengan tersenyum dan langsung pamit pada ibunya untuk menyusul suaminya karena suatu hal yang tak bisa ia tahan lagi.

Quilda melihat suaminya itu kini sedang berlatih memanah bersama kakaknya, wajah tampan, hidung mancung serta bibir sexy itu terus menggodanya hingga tatapan matanya menatap tubuh suaminya yang bertelanjang dada tanpa baju dan hal itu membuat wajahnya cemberut karena cemburu. Tanpa kata lagi ia berteriak dan mengalihkan tatapan dua orang didepannya.

"sayang. " Reansdra mendekati istrinya yang masih cemberut dengan memajukan bibirnya karena gemas Reansdra segera melumat bibir yang selalu dirindukannya. Setelahnya ia menatap mata Quilda dengan menempelkan kedua dahi mereka dan tersenyum lembut.

"Apa yang kau rasakan, istriku?" ucap Reans masih menatap mata Quilda dengan dalam.

"Cemburu. Aku cemburu dan marah padamu Reans, aku tidak suka para mata wanita lain menatap milikku seakan menjadi milik mereka, aku tidak suka, rasanya mata mereka itu akan aku keluarkan dari tempatnya." Reansdra bergidik ngeri mendengar omelan istrinya, dengan tampang polos ia menatap istrinya dengan diam dan membawa Quilda melangkah menuju kesebuah ruangan.

"Jangan membuka bajumu selain denganku saja, aku tak suka mereka melihat dan menatap milik Quilda." Reans terkekeh pelan, ia mengecup kedua pipi merona wanitanya dan dengan sayang ia mendudukkan Quilda diatas pangkuannya.

"Aku janji, sayang." ucap Reansdra dengan serius, Quilda tersenyum dan langsung memeluk erat tubuh suaminya.

"Sayang, aku harus kembali keruangan ku dan kau juga harus bercahaya diatas altar bersamaku nanti. Aku menunggumu sayang." ucap Reansdra sambil keluar dari ruangan rias istrinya sembari mengedipkan sebelah matanya dan membuat kedua pipi Quilda memerah padam.

"Aku datang, suamiku."

Reansdra Pov'S

dimana hari yang telah lama kutunggu akan segera terkabul dan menjadi titik batas terakhir langkahku, sungguh. Sebenarnya antara aku dan istriku, Quilda, kami sepatutnya hanya mengadakan resepsi saja karena ibu mertuaku yang ingin melihat putrinya berganti latar diatas altar suci dihadapan pendeta dan ribuan manusia sehingga mau tidak mau aku menuruti perintahnya karena kalau tidak maka jatah-ku akan berkurang. Dan saat ini sekarang aku lagi menunggu rusuk jiwaku diatas altar dan tatapanku bertemu dengannya yang masih melangkah perlahan diatas karpet merah dengan bergandeng lengan ayahnya.

Mate For Reansdra [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang