"DADDY!""Why why? Ada apa sayang? Kenapa kau berteriak begitu?" kata seorang pria yang kini melangkah menghampiri putri kecilnya.
"Dad, aku ingin berbicara denganmu?" dahinya berkerut mendengar permintaan izin yang keluar dari mulut putrinya, bukanlah suatu keajaiban setiap apa yang putrinya itu inginkan pasti berawal dari sebuah permintaan.
"Bicaralah Nora, apa yang ingin kau bicarakan?" Nora menatap ayahnya dengan was-was dan mulai berucap dengan hati-hati.
"Dad, aku... aku ingin berkuliah di Indonesia." ucapnya dengan pelan masih menatap ayahnya yang kini menatapnya diam, merasa suasana yang telah berubah dingin ia kembali berucap.
"Aku tidak bisa jauh dari Raffy, dad." lanjutnya dan detik selanjutnya hanya sebuah keheningan dan langkah kaki yang berlalu, dengan sekuat hati ia menahan tangan ayahnya yang hendak berlalu pergi ia menatap ayahnya masih dengan perasaan takut. Takut akan kemarahan seorang Reans, ayahnya.
"Nora mohon dad, ijinkan aku untuk berkuliah disana. Aku mohon Please.." Nora memeluk tubuh Reans dengan erat sambil terisak ia terus memohon pada ayahnya.
"Tidak." dan hanya satu kalimat yang menjadi jawabannya. Reans melepaskan pelukan Nora dan kembali melangkah menjauh tapi sebelum itu tangannya kembali ditahan oleh Nora, dan tiba-tiba putrinya itu bersimpuh dihadapannya dengan masih menangis Nora kembali berucap.
"Daddy..."
"Kau mendengarnya bukan, putriku. T.I.D.A.K." akhir Reans dan kembali melangkah menjauh menyisakan Nora yang masih menangis kencang dilantai.
"""
ShiitReans menatap lurus kedepan meruntuki kebodohannya yang telah membuat putri kecilnya itu menangis patah hati. Tapi harus bagaimana lagi, orangtua mana yang ingin anaknya pergi jauh dari pantauan ayah ibunya. Nora pergi ke kota yang masih berada di negara yang sama dengannya saja itu membuatnya takut apalagi membiarkan Nora pergi ke suatu negara yang sangat jauh darinya bahkan untuk pulang pergi saja itu akan membuatnya mati.
Suara pintu terbuka itu menyadarkannya dari lamunan dan setitik senyuman terbit di bibirnya ketika matanya menatap seseorang yang sudah puluhan tahun melengkapi rusuknya.
"Reans." ucap Quilda dengan berjalan mendekat pada suaminya, ia tersenyum hangat dan mengecup kening Reans begitupun suaminya yang balas mengecup keningnya juga.
"Sudah selesai?" Quilda mengangguk dan ia duduk diatas pangkuan Reansdra, menatap wajah suaminya itu yang nampak bukan seperti biasanya.
"Bagaimana dengan tokomu, sayang?" tanya Reans dengan menyingkirkan anak rambut kebelakang telinga Quilda.
"Semuanya baik sayang, aku juga tadi sempat mengobrol dengan Naina, ia mengidam ingin makan Cup Cake ditokoku." jawab Quilda dengan sumringah, ia menatap suaminya yang juga menatapnya dengan sendu, Quilda tahu saat ini ada yang mengganggu pikiran suaminya itu.
"Ada apa suamiku?" Reans menatap mata yang sejak dulu menjadi mimpi indahnya ia tersenyum lembut dan menarik quilda lebih merapat padanya.
"Nora."
"Kenapa Nora?" Quilda mengernyit tak mengerti.
"Nora ingin berkuliah di Indonesia." kedua mata Quilda membulat lebar, ia masih menatap suaminya dengan bertanya apakah ini sebuah dunia nyata. Dan tentu jawabannya iya, ini bukan didunia fiksi atau khayalan.
"Kau mengijinkan nya?" tanya Quilda.
"Tidak."
"Kenapa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Mate For Reansdra [END]
Werewolf133 Werewolf /3/9/2018 [Cerita Completed] PLAGIAT dilarang mendekati area sekitar⚠⚠⚠©UUD_©rabiatulatu .Takut.itu yang pertama kali ia rasakan saat tubuh besar dan berbulu itu menatapnya,berwarna dan sangat cantik.bukan didunia aslinya tapi lebih sep...