END (Page I)

2.6K 114 2
                                    

20 tahun kemudian ...

Mobil sport mewah berwarna silver terang masih melaju diantara jalanan kota yang belum terlalu padat karena masih terlalu pagi untuknya berkendara. Sebuah deringan ponsel mengalihkan tatapan dari mata hijau gelap kehitaman yang menatap jalanan kota pada sebuah panggilan dari nomor yang sudah tak asing baginya.

Klik

"KAK ARTHUR! CEPAT KEMBALI KERUMAH!" Arthur meringis pelan karena teriakan melengking dari adik imutnya diseberang telepon, lalu ia kembali meletakkan ponselnya ditelinga dan mulai berucap dengan sangat lembut.

"Nora maafkan kakak, aku tidak bisa kembali karena sudah hampir sampai dikampus, kau bisa pergi bersama Tyson atau Noah." ucapnya.

"Kak Tyson sudah berangkat dan kak Noah tidak tahu kemana apalagi kak Lily, dia sudah pergi bersama kekasihnya. Huwaaaa, kakak! Jemput aku kembali atau aku akan mengadu pada daddy dan mommy." Arthur tertawa kecil mendengar celotehan adik perempuannya itu, sebenarnya mereka tidaklah disebut sebagai kakak dan adik karena mereka lahir dihari bulan dan tahun yang sama hanya berselang dua atau tiga menit saat persalinan. Mereka kembar lima bersaudara seorang putra dan putri yang tampan serta manis dari pasangan bersejarah yaitu ayah dan ibu mereka, Reansdra dan Quilda.

"Kalau begitu mintalah diantar sama daddy." katanya.

"Ck, lebih baik aku jalan kaki saja daripada uang saku ku dikurangi oleh daddy. Kakak seperti tidak tahu saja apa yang saat ini sedang mom dan dad lakukan, huh, pasti mereka mau membuat adik baru untukku." pria itu terkekeh pelan mendengar ucapan sang adik.

"Kalau begitu kau jalan kaki saja."

Tut

Setelah puas mengerjai adiknya pria yang kini berusia 20 tahun itu tertawa senang lalu ia keluar dari dalam mobil mewahnya setelah sampai diarea parkiran kampus dan jangan lupakan kacamata hitam yang selalu menjadi gaya dalam langkahnya, tatapannya mengedar pada sekelilingnya merasa diawasi, Arthur menolehkan kepalanya kebelakang dan tidak ada siapapun, hanya ada dirinya bersama para wanita yang selalu memuji pesonanya.

Mata bulat itu masih menatap objeknya dengan sangat lekat tanpa berkedip sedetikpun, merasa yang dilihatnya sudah menghilang ia lalu berbalik namun tiba-tiba ia terjatuh karena menubruk sesuatu yang keras sehingga membuatnya terjungkang kebelakang. Kedua matanya menatap sepatu hitam mengkilap didepannya lalu mulai naik keatas hingga menatap wajah yang baru beberapa detik dilihatnya dan sebuah mata yang juga menatapnya intens.

Ia kembali berdiri dengan perasaan takut dan gugup dan mencoba menatap mata yang masih menatapnya.

"Ma.. maafkan aku." cicitnya dengan bibir bergetar dan tanpa diduga bukannya mendapatkan sebuah amarah besar, wanita manis bermata bulat tersebut malah mendapatkan sebuah pelukan hangat didalam dada bidang yang kekar dan keras.

"Bisakah sekali saja kau melihatku tanpa bersembunyi, sayang." ucapnya sembari meregangkan pelukannya dengan menatap mata bulat dihadapannya.

"Tidak bisa. Hehe.." tawa wanita didepannya itu, Arthur tersenyum masih memeluk erat pinggang wanita tersebut dan dengan gemas ia mencium ujung hidung wanitanya.

"Arthur."

"Emm?"

"Matamu sangat indah." ucapnya sambil membuka kacamata Arthur dan menatap mata hijau kegelapan itu.

"Hanya untuk menatapmu." kedua pipinya merona padam dan memukul dada Arthur lalu menenggelamkan wajahnya dalam dada bidang pria tersebut.

"Ayo masuk kelas sebelum dosen absen." wanita itu mengangguk dan berjalan tetapi tangannya ditahan oleh Arthur ia berbalik dan sebuah benda kenyal menyentuh bibirnya.

Mate For Reansdra [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang