ENAM

14.9K 636 12
                                    

AKU hanya terbahak mendengar ajakan Nicky. Aku tidak habis pikir kenapa anak ini begitu enteng mengajakku bersetubuh, seolah itu seperti bermain sepakbola atau main video game.

"Kamu ketagihan, Nick?" tanyaku asal.

Nicky memutar bola matanya. "Emang enak sih, Om. Hmmm... Bukan ketagihan kayaknya, tapi lebih ke..."

"Penasaran?"

Nicky mengangguk.

Aku tersenyum. "Nick, kamu tahu kan kalau hal itu nggak bisa dilakukan sembarangan? Harus menikah dulu, harus punya hubungan dulu."

Nicky mengernyit. "Harus menikah?"

Aku mengangguk.

"Terus yang suka main pelacur? Yang baru kenalan di chat terus ngajak gituan?"

Aku menggaruk kepala. Nicky sedang dalam usia kritis wajar kalau rasa ingin tahunya tinggi.

"Pokoknya, seks itu bukan sesuatu yang main-main," tegasku.

Nicky mengerucutkan bibirnya. "Jadi Om nggak mau?"

"Nick..."

"Udah ah, Nicky sebel sama Om." Nicky memberengut. Ia keluar kamarku dengan kesal.

Aku mengembuskan napas. Semua ini salahku.

Kekesalan Nicky padaku membuatku tak enak hati. Aku tak bisa tidur dibuatnya. Aku berpikir berulang-ulang. Nicky hanyalah remaja yang haus akan sesuatu yang baru. Mungkin memang ia hanya penasaran, tak ada maksud apapun. Seharusnya aku tak terlalu khawatir. Mungkin satu atau dua hari lagi ia akan melupakan semuanya.

Pukul sebelas malam, Nicky masih belum tidur ia sedang sibuk bermain video game. Aku masuk, menutup pintu rapat, dan duduk di sebelah Nicky.

"Kamu masih marah sama Om?" kataku hati-hati.

Nicky tak menjawab. Matanya sibuk memandangi layar televisi yang menampilkan game sepakbola.

"Nick..." panggilku lagi.

"Apa sih Om? Ganggu aja!"

"Jangan marah gitu dong Nick, Om jadi kepikiran terus nih."

"Salah sendiri udah bikin Nicky marah."

"Iya iya Om ngaku salah. Om minta maaf."

Nicky tak menjawab.

"Sekarang Om mesti ngapain biar kamu nggak marah lagi?"

Lagi-lagi Nicky tak menjawab.

"Nick..."

Nicky memencet tombol pause di joystick PS nya, menaruhnya, dan berbalik. "Om tahu kan apa yang Nicky mau?"

"Tapi Nick..."

"Kalau Om nggak mau mending Om pergi aja deh," usir Nicky.

Ya Tuhan ampunilah hamba. Aku tidak tahu kalau perbuatan isengku kemarin akan membuat Nicky jadi seperti ini.

"Nicky bisa nyari cowok lain!"

"Aduh jangan gitu dong Nick," aku berpikir sebentar. "Ya udah sekarang Nicky maunya gimana?"

Nicky berdiri dan naik ke kasur. "Nicky mau kayak kemarin tapi kali ini gantian." Mata bulatnya berbinar.

"Gantian maksudnya?"

"Nicky yang dibawah, yang dicolok."

Tak sadar aku menganga. "Jangan Nick, nanti kamu kesakitan."

"Nicky penasaran Om, pengen ngerasain," rengek Nicky.

Aku menggigit bibir. Aduh bagaimana ini? Aku belum pernah nyoba jadi top. Sejak hubungan seks pertama kali dengan Mas Imam aku selalu jadi bottom, begitupun dengan pacar-pacarku yang lain. Bagaimana kalau kontolku...

"Nicky!" aku kaget. Nicky mendorongku hingga berbaring di atas kasur. Ia menarik celana pendekku dan melumat kontolku.

"Nicky...awww..." ngilu kurasakan ketika giginya menyentuh batang penisku. "Jangan digigit, dijilat aja!"

Nicky memang belum berpengalaman. Jilatan dan kulumannya terasa amat kasar dan terlalu cepat. Sulit kunikmati.

"Pfuiihh... pfuiihhh..." Nicky berhenti.

"Kenapa, Nick?"

"Ada bulu masuk ke mulut." Nicky kembali mengoral kontolku dengan buas.

Walaupun kasar, namun permainannya tetap saja membuatku terangsang. Kontolku menegang sempurna.

"Gantian Om!" katanya sembari berbaring dan membuka celananya.

Aku menatap sebentar keponakanku. Agak ragu. Aku tak tega melakukannya. Tapi melihatnya sangat berharap, aku tidak tega mengecewakannya. Akhirnya aku mencoba memasukkan penisku ke dalam lubang pantatnya.

Awalnya kujilati lubang pantat keponakanku yang tampak sangat menggoda itu. Mulus dan berwarna merah muda. Nicky mendesah nikmat ketika lidahku mendorong-dorong lubang pantatnya hingga berdenyut-denyut. Lalu kumasukkan kontolku pelan-pelan.

"Auww... Om...sakit Om..."

Aku menggigit bibir. "Mau lanjutin apa udahan aja?"

"Terusin aja Om..." ucap Nicky dengan suara tertahan. Ia memejam dan meringis seiring kontolku yang tak sebesar miliknya melesak masuk ke dalam pantatnya.

Aku diam sebentar hingga Nicky tak merasakan sakit, setelah terbiasa aku mulai menggerakkan pinggulku dengan gerakan pelan.

"Auww Nick..." desisku. Aku mulai merasakan kenikmatan. Ternyata seperti ini rasanya jadi top, sensasi rasanya memang berbeda dengan bottom tapi sama-sama nikmat. Aku mulai menggenjot pinggangku dengan cepat.

"Om...terus Om... enak Om... ewek Nicky Om..."

"Hmmmffhhh..." kupercepat gerakan pinggulku. Tanganku bergerak ke dada Nicky, memainkan putingnya.

"Oooommm...." erang Nicky.

Aku menjilati putingnya dengan buas. Nicky menggelinjang penuh kenikmatan.

"Terus Om, enak Om..."

Kuangkat tungkai kaki Nicky yang panjang agar aku leluasa menyodok pantatnya.

"Mmmffhh..." suaranya bergoyang-goyang.

"Nick... Om... Om mau keluar..." kataku.

"Terus... Nicky... mesti gimana, Om?"

Terus kugenjot kontolku dengan kecepatan super hingga akhirnya cairan pejuhku menyembur di dalam pantat keponakanku. Kubiarkan sebentar sampai kontolku lemas dan keluar dengan sendirinya.

Aku kemudian memegang kontol Nicky, kukocok dengan penuh napsu.

"Om...Om...Om..."

Kupercepat kocokanku. Kuludahi kontol Nicky agar licin.

"Oooommmm..." Nicky mengerang bersamaan dengan menyemburnya cairan sperma hangat dari kontolnya.


***BERSAMBUNG***

My Cute NephewTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang