TIGA

17K 802 64
                                    


NYARIS pukul sepuluh malam aku tiba di rumah. Mbak Andini dan Mas Imam sepertinya sudah tidur karena Mbok Surti yang membuka pintu untukku. Aku segera menuju kamar untuk mandi dan ganti pakaian. Tubuhku terasa amat lelah setelah seharian mengikuti training yang cukup berat dan menguras otak.

Kuguyur tubuhku dengan air hangat dari pancuran. Rasanya segar. Seolah rasa lelah terlepas dari seluruh badanku. Kupakai kaos putih polos dan celana boxer longgar, baju kebangsaanku ketika tidur.

Kurebahkan tubuhku di atas kasur. Ahhh...rasanya nyaman.

PRAKKK...

Kudengar suara dari kamar sebelah. Kamar Nicky. Sepertinya dia belum tidur. Mungkin sedang mengerjakan PR. Aku kemudian bangun, hendak ke kamarnya, ingin mengobrol dengannya.

Kuketuk kamar Nicky. Terdengar jawaban tergesa dari dalam. Nicky muncul dengan senyum manisnya.

"Om belum tidur?" ia tampak kikuk.

Aku menggeleng. "Boleh masuk?"

Nicky berpikir sebentar lantas membuka pintu lebar membiarkanku masuk.

Kulihat kamar khas remaja yang berantakan. Kabel charger menempel di colokan, buku-buku berserakan, sprei yang kusut masai, dan baju-baju menumpuk di meja belajar.

"Kamu lagi apa?" tanyaku sambil duduk di atas tempat tidurnya.

"Abis...hmmm... ngerjain PR Om," kata Nicky. Ia tampak gugup.

"PR ap..." kata-kataku tiba-tiba terhenti, aku mendengar suara mendesah. "Suara apa itu?"

Nicky menggigit bibir. Ia menyadari kecerobohannya.

Aku meraih remote tv dan menyalakannya. Tampaklah adegan porno dari layar berukuran 32 inchi itu. Film porno laki-laki dan perempuan lagi ngentot. Sepertinya Nicky lupa mematikan loudspeakernya.

"Om jangan bilang...mama papa ya?" wajahnya berubah pucat.

"Katanya ngerjain PR?" aku mencibirnya.

"Om, please..."

"Kamu ngapain nonton beginian? Belum pantas!" tak sadar aku membentaknya.

"I...iya Om, Nicky janji nggak akan nonton beginian lagi." Nicky segera mematikan tv dan cd playernya.

Nicky naik ke kasur dan duduk di depanku. Ya ampun celana pendek itu lagi? Kenapa Mbak Andini membeli celana seperti itu buat Nicky?!

Dan... Nicky ereksi?

"Janji ya, Om, jangan bilang ke mama papa. Nicky baru sekali ini kok nonton begituan, ini juga punya temen. Nicky cuma pengen tau aja kok Om." Nicky memelas. Tatapannya membuatku tak berdaya.

Jantungku kembali berdebar-debar.

Nicky meraih tanganku dan menggenggamnya. "Om jangan marah lagi ya." Sinar matanya meluluhkanku dalam sekejap.

Aku menunduk dan mengangguk. Tak berani melihat kedua bola berwarna kecoklatan itu yang hanya akan membuat hatiku meleleh.

"Sekarang mending kamu tidur, Om janji nggak akan bilang ke orangtua kamu." Aku turun dari ranjang dan keluar dari kamar Nicky.

Kuraba dadaku. Aku menyesal masuk ke kamarnya. Seandainya dia bukan keponakanku...

Aku masuk ke kamar dan menguncinya dari dalam.

"Dari mana kamu?"

Aku kaget, nyaris menjatuhkan kunci pintu.

"Mas Imam?" kulihat kakak iparku berdiri di belakangku. "Aku... dari kamar Nicky, Mas. Bantuin PR." Salah tingkah. Aku menarik kursi dan mempersilahkan Mas Imam duduk.

Pria gagah itu menolak duduk. Ia mendekatiku.

"Aku  kangen sama kamu, Dik," tatapnya, ia meraih tanganku dan  menggenggamnya. "Sepuluh tahun ini kamu sudah membuat Mas  menderita. Kamu tega!"

Aku melepas genggamannya. Ada perasaan tak nyaman di dadaku. "Lupain saja, Mas. Aku tak ingin berurusan dengan Mas lagi."

"Tapi Mas cinta sama kamu, Dika!"

"Mas!"  aku bangkit dan mundur beberapa langkah. "Aku sengaja pergi ke Jerman  agar Mas tidak menggangguku lagi. Kupikir Mas sudah melupakan semuanya.  Aku tidak bisa mengkhianati Nicky dan Mbak Andini, aku sayang sama  mereka!"

Mas Imam berdiri dan menatapku. Lantas memelukku. "Mas nggak sanggup, Dik. Perasaan ini terlalu besar untuk Mas lupakan."

Aku mematung dalam dekapannya, dalam dada bidangnya yang kokoh. Pelukannya masih seperti dulu. Hangat dan nyaman.

Kulepas  pelukan pria yang pernah kucintai itu. "Aku nggak bisa Mas. Aku mohon,  lupain sem..." belum tuntas ucapanku, Mas Imam menyergap bibirku. Aku  terkunci. Kedua tangannya memegang erat tubuhku.

***BERSAMBUNG***

My Cute NephewTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang