05

16.9K 481 10
                                        

Lama tertidur, Dana terbangun tengah malam, perutnya keroncongan karena belum di beri makan sama sekali saat ia tiba di daerah tersebut. Karena Dana lebih memilih mengistirahatkan tubuhnya karena jet leg.

Dana memilih tinggal hotel miliknya daripada tinggal di villa dengan David. Ia akan mengembangkan bisnisnya di daerah tersebut karena untuk ke depan daerah itu akan cukup menjanjikan karena terbukti, hotel dan resortnya berkembang pesat di daerah tersebut.

Setelah membersihkan badannya, Dana memakai kemeja slim fit berwarna putih tanpa kerah dan celana flanel berwarna coklat susu dipadukan dengan sepatu berwarna putih menambah ketampanannya dan terlihat sangat muda dari usianya yang sebenarnya.

Selama Dana sendiri dan sedang menikmati makan malam yang cukup tenang tanpa adanya ocehan demi ocehan Rani seperti saat di ibu kota. Dana melirik ke arah jalan yang cukup sepi karena memang sudah tengah malam. Dana mengerutkan keningnya saat melihat seorang nenek-nenek yang sedang terjatuh di pinggir jalan seraya mengelus-elus kakinya dengan pelan karena terserempet mobil.

Dana segera berhenti makan dan meninggalkan makanannya karena ia segera berlari keluar dari resto yang hampir tutup tersebut untuk menolong wanita tua itu yang terlihat tidak berdaya karena kakinya berdarah.

"Nek, apa Nenek baik-baik saja?" Dana menghampiri wanita tua itu yang tak lain adalah Mila, Neneknya Sri dengan membantunya. Mila mendongak menatap pemuda yang sangat tinggi itu dengan tersenyum.

"Tidak apa-apa, Nak. Terimakasih." Dana berjongkok dan melihat kaki wanita tua itu dan merabanya dengan lembut.

"Nek, kaki Nenek berdarah harus di segera diobati." Dana melirik ke sekitar dan melihat tanda rumah sakit tidak jauh dari tempatnya. "Biar aku antar, kaki Nenek berdarah. Nenek mau kemana memangnya malam-malam begini?"

Mila hanya tersenyum tipis dan menahan nyeri di kakinya karena ia keserempet mobil dan tidak ada yang tahu. Mila hanya bisa berpikir positif aja karena mungkin pengendara mobil yang menyerempetnya itu sedang terburu-buru sama sepertinya karena harus sampai ke rumah sakit menemani Sri dan Aqil.

"Gak apa-apa, Nak." Mila tersenyum karena laki-laki dewasa yang tidak ia kenal itu mau repot-repot memapahnya dan mau menolongnya. "Maaf merepotin."

Dana tersenyum tulus dan mengangguk pelan. "Sama-sama, Nek. Nenek mau kemana memangnya?"

"Mau ke rumah sakit nemenin cucu dan cicit."

"Tengah malam gini?" Mila mengangguk mengiyakan. "Apa Nenek gak capek?"

"Cucu dan cicit di rumah sakit gak punya siapa-siapa lagi, Nak. Kecuali wanita tua ini." Dana membuka mobilnya dan memperailahkan Mila untuk duduk di depan samping kemudi.

Dana tidak berpikir apa-apa saat menolong Nenek itu karena ia melihat sendiri kala Nenek itu terserempet mobil saat ia sedang makan. Jadi, tidak mungkin kalau Nenek yang ia tolong adalah kawanan pembegal atau perampok bukan?

"Sebentar, Nek." Dana menutup mobilnya dan segera berlari kembali masuk ke dalam resto untuk membayar makanan yang ia pesan karena ia akan mengantar nenek barusan ke rumah sakit.

Mila memperhatikan laki-laki itu yang tengah berlari masuk ke dalam resto. Ia melihat laki-laki yang baik hati itu tengah membayar makanan yang belum ia makan sampai habis karena dirinya.

Mila kagum, jarang sekali dijaman sekarang mana ada orang yang mau menolong orang yang tidak di kenal? Mungkin ada, hanya saja 8 : 2. Tidak semua orang mau melakukannya dan itu membuat Mila menilai laki-laki dewasa itu dengan kagum. Kalau Mila tau yang menghamili Sri adalah Dana, apakah akan ada rasa kagum lagi yang saat ini ia lakukan untuk Dana?

Sick Of Love ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang