6

32 5 0
                                    

"Aga?"

"Arin?" Ucap Aga bersamaan dengan Arin.

"Loh kalian udah saling kenal?" Tanya Wira sambil memandang Aga dan Arin bergantian. Aga mengangguk mendengar pertanyaan Wira, sedangkan Arin hanya diam saja.

"Kalo Yastha, kamu kenal sama Aga?" Tanya Wira pada Yastha.

"Iya yah."

Wira menatap seorang wanita yg kini duduk di hadapannya. Wanita itu pun tersenyum dan mengangguk pada Wira.

"Kalian berdua pasti belum kenal sama tante kan? Kenalin nama tante Kinan Jevera. Kalian bisa panggil saya tante Kinan." Ucap Kinan seraya tersenyum pada Arin dan Yastha.

"Maksud Ayah ngajak aku sama Arin makan malam apaan?" Tanya Yastha.

"Kita makan dulu baru bicarain itu."

Tak lama kemudian seorang pelayan membawa makanan yg telah di pesan Kinan. Kinan memang sudah memesan makanan untuk mereka semua sebelum Wira, Arin dan Yastha datang. Setelah selesai makan, Yastha kembali menanyakan maksud Wira mengajak dirinya dan Arin untuk makan malam bersama Aga dan Kinan.

"Ayah akan menikah dengan tante Kinan."

Arin dan Yastha kini membulatkan matanya mendengar perkataan Wira. Mereka berdua sangat terkejut. Berbeda dengan Aga yg sudah tau.

Yastha berdiri dan menatap Wira dengan pandangan yg sulit di artikan. Ia merasa kecewa dengan Wira yg dengan begitu mudahnya ingin menggantikan posisi bundanya dengan wanita yg kini tengah duduk depan Wira.

"Ayah mau... menikah dengan tante Kinan?" Lirih Yastha.

"Iya." Tegas Wira.

"Dengan mudahnya Ayah nikah lgi?! Ayah mau ngeganti posisi bunda dengan wanita itu?! Yastha nggak setuju yah!!"

"Jaga ucapan kamu Yastha!! Yg kamu sebut 'wanita itu' punya nama, dan namanya itu tante Kinan."

"Yastha nggak peduli siapa pun namanya! Yastha nggak setuju ayah nikah lgi! Kenapa Ayah nggak minta pendapat Yastha sama Arin dulu?! Kenapa yah?! Apa kami udah nggak penting lgi buat Ayah?!"

Yastha benar benar sedang emosi sekarang. Marah, kecewa, sedih, itulah yg Yastha rasakan sekarang ini. Arin jga merasakan apa yg di rasakan Yastha. Namun Arin tau, jika ia marah marah pun tak akan menyelesaikan masalah. Arin memejamkan matanya, kedua tangannya pun mengepal erat. Sedangkan kini Aga dan Kinan hanya diam melihat Yastha menentang keputusan Wira.

"Ayah nggak butuh pendapat kalian. Dan keputusan Ayah sudah bulat, ayah akan tetap menikah dengan tante Kinan." Ucap Wira.

Mendengar ucapan Wira, Yastha menggenggam tangan Arin dengan erat. Bahkan tanpa Yastha sadari sebenarnya Arin kini tengah meringis sakit. Yastha menarik tangan Arin agar Arin berdiri. Arin pun berdiri dan menatap Yastha. Yastha berjalan menjauh dari meja yg ditempati mereka sambil masih menarik tangan Arin.

"Kita pergi dari sini."  Arin terdiam di tempatnya mendengar ucapan Yastha. Baru kali ini Arin mendengar Yastha berbicara sedingin itu.

"Bang." Lirih Arin. Karena Yastha tak merespon, Arin pun kembali memanggil Yastha.

"Bang Yastha..." Yastha menoleh ke arah Arin.

"Ayo kita pergi dari sini Rin." Nada bicara Yastha melembut. Yastha tak tega berlaku kasar atau mengatakan sesuatu dengan nada yg sangat dingin pada Arin. Ia begitu menyayangi adiknya itu.

"Sebentar bang. Arin mau kesana dulu, sebentar aja."

Yastha pun melepaskan genggaman tangannya pada Arin dan pergi keluar restoran. Arin langsung kembali ke meja mereka. Arin terdiam sebentar melihat raut wajah frustasi pada Wira.

ArinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang