5

27 5 1
                                    

Sepulang sekolah Arin melihat mobil milik ayahnya terparkir di halaman rumah. Mungkin itu adalah pemandangan langka bagi Arin dan Yastha karena Ayah mereka jarang pulang ke rumah.

"Ayah bilang hari ini bakal ke rumah nggak bang?" Tanya Arin pada Yastha yg berdiri di sampingnya.

"Nggak tuh." Yastha berjalan mendahului Arin yg kini masih diam. Karena merasa Arin belum berjalan, Yastha pun berbalik dan menghampiri Arin.

"Kenapa diem aja?" Tanya Yastha.

Arin hanya menggelengkan kepalanya sebagai jawaban. Mereka berdua pun masuk kedalam rumah. Langkah Arin terhenti ketika melihat ayahnya keluar dari kamar. Yastha menghentikan langkahnya melihat Arin yg kembali terdiam.

"Oh kalian sudah pulang. Nanti kita makan malam diluar." Kata Wira. Fyi, Wira adalah ayah Arin dan Yastha.

"Kenapa?" Tanya Arin.

"Nggak apa-apa. Pokoknya nanti jam 7 malem kalian udah siap." Setelah mengatakan itu Wira keluar dari rumah.

Arin pun pergi ke kamarnya sambil menundukkan kepalanya. Yastha tau pasti ada yg sedang di pikirkan Arin, tpi Yastha diam saja karena ia tau pasti Arin akan menceritakan semuanya pada dirinya. Yastha pun masuk ke kamarnya dan merebahkan tubuhnya di atas kasur. Tiba tiba ia teringat sesuatu dan langsung mengambil ponsel miliknya.

Gimana kemarin? Udah ketemu langsung?

Tak lama setelah mengirimkan pesan tersebut, ponsel Yastha bergetar menandakan bahwa ada pesan masuk.

Dia nggak ketemu gue. Dia malah ketemu sama cowok lain bang.

Pasti 'dia' jdi salah paham, pikir Yastha. Di sisi lain Arin membuka kotak tempat note note yg didapatnya. Ia membaca beberapa note tersebut. Jika di pikir kalimat kalimat dalam note itu tidak seperti bukan Galen, Galen tak pernah berperilaku seperti itu.

Di lihat dari interaksi Galen dan Syua tdi, Galen terlihat tertarik dengan Syua. Lalu untuk apa Galen melakukan semua itu untuk Arin. Arin merebahkan tubuhnya di kasur. Ia membiarkan kotak di sampingnya terbuka begitu saja.

Arin teringat perkataan ayahnya saat ia pulang sekolah tdi. Kata ayahnya, mereka akan makan malam di luar. Itu suatu hal yg aneh bagi Arin. Tiba tiba Arin tersentak dan langsung duduk.

"Ayah nggak bakal jodohin aku atau bang Yastha demi kepentingan bisnis kan?" Tanya Arin pada dirinya sendiri.

Kini Arin merasa khawatir jika hal itu akan terjadi. Arin berusaha menghilangkan pikiran itu dari otaknya, namun semakin Arin berusaha menghilangkan pikiran itu, maka semakin banyak pikiran pikiran negatif bermunculan di otaknya.

"Ntar kalo gue di jual buat nglunasin utang perusahaan gimana? Kalo gue harus putus sekolah gara gara dinikahin sama anak rekan bisnisnya gimana? Masih mending kalo anaknya, tpi kalo malah rekan bisnisnya gimana? Kalo gue beneran dijodohin gimana? Huaaa!! Arin nggak mau. Huaaa!!" Arin mengacak acak rambutnya frustasi.

Yastha yg mendengar teriakan Arin pun langsung menuju ke kamar Arin. Sampai di kamar Arin, Yastha terkejut melihat rambut Arin berantakan. Dengan cepat Yastha menghampiri Arin.

"Kamu kenapa rin?" Tanya Yastha sambil merapikan rambut Arin.

"Eh? Emang Arin kenapa bang? Arin nggak kenapa napa kog."

"Kalo kamu nggak kenapa napa, trus kenapa kamu teriak tdi? Rambut kamu jga berantakan nih." Ucap Yastha setelah selesai merapikan rambut Arin.

"Nggak apa-apa sih." Arin tersenyum kikuk.

"Ya udah kalo nggak apa-apa. Cepetan siap siap gih, udah jam setengah 7 nih." Arin terdiam sesaat setelah mendengar ucapan Yastha. Arin memperhatikan penampilan Yastha. Yastha memakai kaos putih polos, celana jeans, dan jga jaket berwarna hitam.

"Bang Yastha keluar sana! Arin mau siap siap dulu."

Yastha pun keluar dari kamar Arin. Yastha menunggu Arin di ruang keluarga sambil memainkan game si ponselnya. Setelah sekitar 15 menit, Arin pun keluar dari kamar dan menghampiri Yastha. Yastha memperhatikan Arin yg kini memakai kemeja biru dan celana jeans.

Menurut Yastha, penampilan Arin kini kurang cocok. Terlebih lgi mereka akan makan malam dengan Ayah mereka dan seseorang. Yastha memang baru saja diberitahu Wira kalau Wira akan mengajak seseorang yg spesial saat makan malam nanti.

"Ganti baju sana!"

"Hah?"

Arin tak paham mengapa Yastha menyuruhnya mengganti baju. Arin melihat pakaiannya sendiri, menurutnya tak ada yg salah dengan pakaiannya. Yastha yg melihat Arin diam saja langsung menarik tangan Arin dan membawanya ke kamar Arin. Sesampainya di kamar Arin, Yastha melepaskan tangannya dari tangan Arin.

Yastha pun membuka lemari Arin. Yastha melihat lihat isi lemari, ia mencari pakaian yg cocok untuk digunakan Arin. Melihat dress selutut berwarna navy yg di gantung dalam lemari, Yastha mengambilnya dan memberikannya pada Arin. Arin pun memberikan tatapan bingung pada Yastha. Arin tak mengerti kenapa Yastha melakukan itu.

"Pake dress itu. Jam 7 nanti aku bakal kesini dan kamu harus udah siap." Ucap Yastha.

"Kenapa emangnya bang?" Tanya Arin yg masih tak mengerti.

"Pake dress itu Arin." Setelah mengatakan itu, Yastha keluar dari kamar Arin.

Arin pun dengan cepat mengganti pakaiannya dengan dress yg diambilkan Yastha untuknya. Setelah selesai, Arin mencari highheels miliknya dan memakainya. Arin membiarkan rambutnya terurai. Dan terakhir Arin memulas make up di wajahnya namun ia memakainya tipis. Arin pun keluar dari kamar dan menemui Yastha. Yastha yg melihat penampilan Arin pun terdiam. Arin terlihat sangat cantik.

"Bang."

"Eh kenapa rin?" Tanya Yastha yg telah tersadar dari lamunannya.

"Ayah mana?"

"Nggak tau. Palingan bentar lgi jga balik."

Tak lama setelah Yastha mengatakan itu, terdengar suara mobil di depan rumah. Arin dan Yastha pun keluar untuk melihat siapa yg ada di luar. Tepat saat Yastha membuka pintu rumah, Wira terlihat hendak membuka pintu.

"Oh kalian udah siap ya. Kita langsung pergi aja kalau begitu." Kata Wira.

Wira pun berjalan ke mobil dan masuk ke dalam mobil. Arin dan Yastha mengikuti Wira dari belakang. Dalam perjalanan semuanya diam, sampai akhirnya Wira memulai perbicaraan.

"Gimana sekolah kalian? Nilai kalian tetap bagus bagus kan?" Tanya Wira.

"Tenang aja yah. Setiap hari Yastha sama Arin belajar kog. Jdi nilai kami tetep bagus bagus." Ucap Yastha.

"Kalian nggak ada masalah di sekolah kan?"

"Nggak ada yah." Karena Arin tetap diam saja, akhirnya Yastha lah yg menjawab pertanyaan Wira.

"Arin kenapa diem aja?" Tanya Wira sambil sesekali melirik ke arah Arin.

"Arin nggak apa-apa kog yah." Kata Arin seraya tersenyum tipis.

"Lihat kamu kyak gini, Ayah jdi ingat sama bunda kalian. Arin keliatan kyak bunda kalian pas masih muda dulu." Wira menatap sendu ke arah kedua anaknya. Melihat Arin, Wira menjadi teringat kembali dengan Kirana(nama Bunda Arin).

Setelah itu tak ada lgi percakapan di antara mereka bertiga. Akhirnya mereka pun sampai di salah satu restoran terkenal di kota mereka. Mereka bertiga pun turun dari mobil dan berjalan masuk ke dalam restoran. Arin dan Yastha hanya mengikuti Wira dari belakang.

Langkah mereka berhenti ketika melihat Wira duduk di salah satu meja, namun bukan itu yg membuat mereka berdua menghentikan langkah kakinya, melainkan orang selain ayahnya yg sedang duduk di meja tersebut. Melihat Arin dan Yastha yg tak kunjung duduk, Wira pun menyuruh Arin dan Yastha untuk duduk.

"Kenapa kalian diem aja? Ayo sini duduk." Ucap Wira.

Arin dan Yastha pun duduk berdampingan. Namun ada yg mengganggu pikiran Arin saat ini. Kenapa dia ada disini?, pikir Arin.

ArinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang