4

23 5 1
                                    

"Arin!"

Arin dan Syua menoleh ke arah kearah sumber suara. Yg di pikirkan Arin kini adalah 'Dia siapa?'

"Lo Arin kan?" Tanya seorang gadis yg kini berdiri di depan Arin dan Syua.

"Iya. Uhm... lo siapa?"

"Gue Alisha. Nih! Tdi ada cowok yg nitipin ini buat lo." Arin pun menerima bingkisan yg berikan Alisha.

"Lo ketua ekskul musik kan?!" Syua terlihat heboh ketika mengingat siapa yg ada di hadapannya kini. Alisha mengangguk sambil tersenyum melihat respon Syua terhadapnya.

"Ini dari siapa?" Tanya Arin sambil mengangkat bingkisan yg ada di tangannya.

"Gue nggak tau, soalnya dia pake hoodie hitam gitu. Eh gue ke kelas dulu ya, bye bye!" Kata Alisha sambil melambaikan tangannya dan pergi ke kelasnya.

Arin masih terdiam melihat bingkisan yg di pegangnya. Ia masih memikirkan siapa yg memberikan ini padanya. Alisha bilang yg memberi ini memakai hoodie hitam? Pasti dia orang yg sama dengan yg menaruh kotak makan dan note di loker gue!, pikir Arin.

Arin pun membuka bingkisan itu. Ia terkejut melihat isinya. Ternyata isi bingkisan itu adalah kalung peninggalan dari Bundanya yg telah lama hilang dan kertas note. Arin mengambil note itu dan membacanya.

Sebenernya gue udah lama nemuin kalung itu, tpi baru gue kasih ke lo. Sorry ya.. Lo pernah penasaran nggak sama orang yg selalu ninggalin kotak makan sama note di loker lo? Kalo lo penasaran, gue tunggu ntar pulang sekolah di atap.
-A-




*****



Terlihat seorang lelaki yg sedang duduk sambil memejamkan matanya di atap sekolah. Ia tak sabar menanti gadis pujaannya datang untuk menemuinya. Kurang beberapa menit lgi maka ia akan bisa bertemu langsung dengan gadis pujaannya tanpa perlu bersembunyi lgi. Lelaki merasa sangat bahagia saat ini.

Mendengar adanya suara langkah kaki yg mendekat, lelaki itu pun menoleh ke arah pintu. Entah mengapa ia merasa bahwa itu bukanlah gadisnya. Lelaki itu pun berjalan ke arah dinding sebelah kanan atap, ia bersembunyi di sana. Entah apa pula yg membuat lelaki itu bersembunyi disana.

Di sisi lain Arin yg telah mendengar bunyi bel pulang sekolah langsung membereskan buku-buku miliknya dan memasukkannya ke dalam tas. Setelah selesai, Arin langsung pergi ke atap sekolah. Ia ingin segera tau siapa lelaki dengan hoodie hitam itu. Sesampainya di pintu atap, Arin menarik dan menghembuskan nafasnya beberapa kali. Arin merasa sedikit gugup saat ini.

Setelah sekian lama akhirnya Arin akan tau siapa yg selalu meninggalkan kotak makan dan note di lokernya. Arin membuka pintu atap dengan pelan, ia tak ingin membuat orang di balik pintu itu terkejut. Namun, malah Arin lah yg terkejut melihat orang yg kini tengah berdiri beberapa di depannya. Walaupun dari belakang, tpi Arin kenal betul siapa lelaki itu.

"Galen?" Lelaki itu pun menoleh ke arah sumber suara. Ia pun tersenyum ketika melihat siapa yg memanggilnya.

"Galen!" Arin mendekat ke arah Galen dan memeluknya. Galen pun membalas pelukan Arin.

"Ih lo kemana aja sih len? Gue kangen sama lo tau. Terakhir kita ketemu pas hari kelulusan dan lo nggak pernah nemuin gue lgi. Lo nggak kangen apa sama temen lo yg cantik ini?" Kata Arin setelah melepaskan pelukannya. Galen tertawa kecil melihat tingkah Arin.

"Ih malah ketawa! Eh!" Arin teringat tujuan awalnya kemari. Ia ingin menemui lelaki hoodie hitam itu. Di sini hanya ada Galen, tpi Arin lihat Galen tidak memakai hoodie hitam melainkan kaos warna biru dan celana jeans. Mungkin Galen sengaja nggak pake hoodie hitam supaya gue nggak tau kalo dia lelaki hoodie hitam itu, pikir Arin.

"Kenapa rin?" Tanya Galen.

"Lo kenapa selalu ninggalin kotak makan sama note di loker gue? Kenapa nggak ngasih langsung ke gue aja? Lo dapet kunci loker gue dari mana? Apa alesan lo ngelakuin itu? Bukannya lo nggak sekolah di sini ya? Tpi kenapa lo bisa ngelakuin itu terus?"

Sejujurnya Galen bingung dengan pertanyaan pertanyaan Arin. Kotak makan? Note? Kunci? Loker? Galen tak tau apa maksud Arin dengan semua hal itu. Bahkan Galen baru pertama kali ke sekolah ini, itu pun karena ia akan pindah kesini.

"Ish! Kenapa diem aja sih len?! Jawab dong!" Arin menunggu jawaban dari Galen. Ia ingin tau semuanya sekarang. Namun Arin tak tau kalau Arin tak akan pernah mendapatkan jawaban yg sebenarnya.

"Lo jdi cerewet ya rin. Padahal dulu lo nggak cerewet sama sekali." Ucap Galen sambil menepuk pelan kepala Arin.

Arin menjadi bingung mendengar jawaban Galen. Kenapa Galen tak menjawab pertanyaannya dan malah mengalihkan pembicaraan? Arin benar benar bingung sekarang.

"Udah sore nih. Gue anter pulang yuk!" Kata Galen sambil menggandeng tangan Arin pergi dari atap.

Tanpa mereka berdua sadari, di balik dinding sebelah kanan atap ada seorang lelaki yg mendengarkan percakapan Arin dan Galen. Ia mengepalkan tangannya erat, ia merasa marah saat ini. Bukan ini yg dia inginkan, seharusnya Arin bertemu dengannya, bukan dengan lelaki yg telah mengaku sebagai dirinya.

Lelaki itu keluar dari persembunyiannya. Lelaki itu merutuki dirinya sendiri, kenapa tdi ia malah bersembunyi? Sekarang ia jdi tidak bisa bertemu dengan gadis pujaannya.

It's okay kalo sekarang gue nggak bisa ketemu lo gara-gara cowok itu rin. Tpi apa bisa cowok itu ngejelasin kenapa kotak makan dan note itu masih selalu ada di loker lo. Gue bakal nunggu untuk bisa ketemu langsung sama lo rin - batin lelaki itu.




*****



Pagi ini Arin terkejut melihat ada kotak makan dan note di lokernya. Bukankah lelaki hoodie hitam itu adalah Galen? Arin sudah bertemu dengan Galen kemarin, lalu kenapa Galen masih meninggalkan ini di lokernya? Arin kembali merasa bingung sekarang. Ia mengambil note itu dan membacanya.

Mungkin seorang Putri memang tak akan pernah pantas bersanding dengan pemuda biasa, hingga meski sang pemuda selalu menjaga Sang Putri, namun Sang Putri tak pernah menatapnya dan malah menatap seorang Pangeran yg ada di depannya.
Bagus nggak kata kata yg gue buat? Lgi belajar jdi puitis nih gue.
-A-

"Apa maksudnya? Kenapa gue ngerasa aneh baca kalimat ini?" Lirih Arin.

Dengan cepat Arin membawa kotak makan dan note itu. Ia berjalan menuju kelasnya.Arin berhenti berjalan ketika melihat Galen dan Syua yg duduk lumayan jauh dari tempatnya berdiri. Mereka berdua terlihat mengobrol dan sesekali tertawa. Mereka tampak.... akrab? Arin mengurungkan niatnya untuk menceritakan semua pada Syua.

Saat hendak berjalan berbalik, bel masuk berbunyi. Akhirnya Arin kembali berjalan menuju ke kelas. Arin berjalan menunduk. Ia tak memikirkan tentang Galen dan Syua yg tampak akrab itu, melainkan tentang lelaki hoodie hitam.

Karena tak memperhatikan jalan, Arin tak sengaja menabrak seseorang. Beruntung Arin bisa mengendalikan keseimbangan tubuhnya dengan baik sehingga ia tak terjatuh, namun note yg di pegangnya terjatuh.

"Maaf, gue nggak sengaja." Ucap Arin seraya berjongkok mengambil note tersebut.

Setelah itu Arin langsung berdiri dan kembali berjalan menuju ke kelasnya tanpa melihat ke arah orang yg di tabraknya. Orang yg di tabrak Arin pun berbalik dan menatap Arin yg kian menjauh darinya. Ia hanya tersenyum tipis melihat Arin membawa kotak makan dan note yg ia tinggalkan di loker milik Arin.

ArinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang