SEMBILAN

4K 400 8
                                    

Chantika diterima kerja di salah satu stasiun TV swasta, jadi Floor Director. Dan dia seneng banget sama kerjaan itu.

Sementara itu, gue makin sibuk. Bukan sibuk sama cewe-cewe ataupun cowo-cowo, gue sibuk karena jadwal les gue padet banget. Gue gak ngerti kenapa Mama daftarin gue di banyak tempat les, padahal gue rasa les yang dari sekolah pun sudah cukup.

Siang ini, gue cabut les matematika, gue sekarang udah punya KTP dan berencana ingin memindahkan uang di rekening lama ke rekening baru yang beneran. Biar gue gak usah pake ATM yang ada gambar tom and jerry-nya ini. Malu-maluin.

Gue membawa semua berkas, seperti fotokopi kartu keluarga dan KTP punya gue sendiri. Untungnya, masih di bank yang sama, jadi perpindahan uang ke rekening baru pun gak begitu sulit. Gak makan waktu berjam-jam, mungkin hanya sekitar 45 menit dan urusan gue di bank selesai.

Janjian dengan Radith, dia mengajak gue nongkrong di vape store yang terkenal di Bogor.

Radith sudah sampai ketika gue celingak-celinguk nyari dia.

"Lo kenapa sih, Chan?" Tanya Radith.

"Kenapa apanya?"

"Jingga sama Rima nanyain lo lewat gue, katanya lo tiap diajak ketemu gak bisa mulu."

"Salahin jadwal les yang padet."

"Tante Fahira juga nanya, katanya lo gak ada kabar lagi setelah kakak lo diterima kerja."

"Gue lagi males, Dith." Kata gue akhirnya, mencoba jujur.

"Males kenapa lo? Tumben amat."

Gue menganggkat bahu sekenanya, bingung harus menjelaskan apa.

"Yaudah, mungkin lo lagi jenuh aja, Chan. Take your time!"

"Iya Dith, beres UN kayanya gue mau liburan deh."

"Wah kemana? Ajak-ajak lah!"

"Gak tau, hahah!" Ucap gue sambil menghisap uap rasa vanilla ini kemudian menghembuskannya banyak-banyak.

"Lo mau ditemenin apa sendiri, Chan?" Nada suara Radith mendadak serius.

Gue menggeleng. Gue gak tau.

"Chan? Lo bisa cerita apapun sama gue! Kita sodara!" Serunya menepuk bahu gue pelan.

"Gue cuma lagi gak tau, Dith. Gue merasa gak kenal sama diri gue sendiri. Gue gak tau mau gue apa? Gue bingung."

"Yaudah, bener. Lo butuh liburan sendiri."

Gue mengangguk.

Sisa-sisa jam berikutnya gue pakai untuk mendengarkan ceritanya Radith. Cerita tentang dia yang diajak ke luar negeri sama tantenya, sekalian kerja katanya, dia bisa ikut karena perginya jauh yang gak memungkinkan suami si Tante bakal nyusul.

Gue berkomentar selayaknya, sementara kepala gue pusing. Pikiran gue melayang kemana-mana. Dan mendadak, gue takut.

"Dith, sorry, gue balik ya?"

"Yee? Kenapa?"

"Pusing gue, beneran pusing." Kata gue sedikit memijat kepala yang pusing ini, jantung gue gak enak banget.

"Lo mau gue anter?"

"Gak usah, gue bawa motor kok."

"Bener? Gue bisa ninggalin mobil gue di sini biar bisa anterin lo!"

"Gak, gue bisa kok. Sorry gue duluan!"

"Yo! Hati-hati lo! Kalo ada apa-apa di jalan, telefon gue, Chan!"

SETARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang