EMPAT PULUH SATU

2.9K 493 29
                                    

Baru seminggu Adel pergi, tapi gue udah kangen banget sama dia. Asli, gue jadi orang gak jelas yang nyemprotin parfume Adel ke guling tau gak, biar berasa ada dia.

Untunglah ada Miwi, kucing piaraan kami yang mau tidur barengan sama gue. Kalo gak, beneran sepi idup gue.

"Miwi? Kamu kangen mama gak?" Tanya gue sambil mengelus kucing berwarna abu ini.

Miwi gak menjawab, ia sudah bergelung pasrah di atas kasur, memang sih sudah hampir larut malam. Gue bahkan sudah pakai piyama biar tidurnya enak.

Membentangkan selimut, gue mencoba terlelap, tapi baru sesaat, ponsel gue berdering. Sebuah panggilan masuk, dari nomor Adel yang khusus Austria.

Semangat, gue menjawab telefonnya.

"Chandraaa!" Suara Adel terdengar sedih, bikin gue ikutan sedih, asli deh kalo gue punya pintu doraemon, langsung ke sana gue sekarang.

"Kenapa sayang?" Tanya gue.

"Mamaaaa," isaknya.

Gue bangkit, terduduk di kasur agar fokus dengan apa yang akan dibicarakan Adel. Kali ini, tante Oza bikin ulah apa??

"Kenapa sayang??" Gue mengulang pertanyaan.

"Mama mau aku hamil, Chan. Katanya udah 4 tahun lebih nikah masa gak punya anak juga, mama mau aku sama Krisna program."

Gue terdiam.

Ya kalau dipikir pakai logika, wajar sih orang tua bertanya kenapa anaknya belum juga punya keturunan setelah 4 tahun menikah, ada masalah kah atau apa. Pertanyaan seperti itu memang biasa. Tapi...

"Kamu mau program?" Tanya gue.

"Ya gak mau lah! Kalau aku bakal punya anak, ya kamu bapaknya!"

"Terus gimana?"

"Bawa aku kabur aja Chan, aku udah gak kuat begini. Gak mau jadi orang lain, aku mau jadi diri aku sendiri, kaya yang selalu aku rasain saat sama kamu."

"Del, kita gak bisa kabur gitu aja." Gue mengingatkannya.

"Aku gak mau punya anak dari orang lain, jangankan punya anak, tidur sama orang selain kamu aja aku gak mau."

Gue menelan ludah, agak sedikit marah juga membayangkan Adel bersama orang lain.

"Del, coba obrolin sama Krisna, biar kalian bisa jelasin berdua ke Tante Oza."

"Kalo udah Mama yang ngomong, biasanya Krisna pasrah, Chan. Kamu kaya gak kenal dia aja."

Iya juga sih, tapi...

"Del, kalo kamu kabur sama aku terang-terangan, nanti Krisna dianggap lalai, Ibunya Krisna gimana?" Gue mencoba agar Adel tenang, gue percaya segala hal punya jalan keluar yang baik.

"Heuh, gimana doong?"

"Coba telefon Kak Alvin." Saran gue, dari semua keluarga Adel, hanya kak Alvin yang tahu cerita yang sebenarnya, karena ia adalah sahabat dari Krisna.

"Eh boleh tuh, coba nanti aku tanya ya?"

"Iya sayang, tanya aja."

"Chan? Kamu gimana di sana?"

"Sedikit sibuk, banyak rindunya."

"Hahaha, bisa aja. Aku juga kangen." Ujarnya sedikit tertawa. Bagus lah kalau gue bisa bikin Adel tertawa di tengah kegilaan ini.

"Kamu gimana di sana?"

"Baik, seneng sih ketemu Mama, cuma ya itu bawelnya gak ada obat."

SETARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang