.
.
.
"Aku?"
Mata emerald itu membulat, seolah-olah berfikir keras dimana letak kesalahannya hingga membuat perkelahian antara Sasuke dan Sasori. Sakura menelengkan kepalanya, menghapus air mata dengan susah payah lalu membantu sang kakak berdiri,"Aku? Apa yang kuperbuat hingga Sasuke-san harus memukul Sasori nii-san?"
Sasuke tidak menjawab, hanya menatap angkuh Sakura. Wajah gadis klan Haruno itu kini kian cerah, dimana matahari musim panas menerpa wajahnya yang bersimbah air mata.
"Dia menyuruhku berhenti menyakitimu." jawab Sasuke datar, wajahnya tak berubah "Kutegaskan pada kalian, Haruno. Sakura yang mengganggu disini. Adik bodohmu ini mengusikku dengan benda-benda manis yang membuatku ingin muntah."
Sai menahan lengan Sasori yang hendak memukul Sasuke karena tahu ia akan kalah dengan sia-sia. Ditempatnya berdiri, Sakura mematung. Antara patah hati dan tak percaya dengan pendengarannya.
Kalau ucapan bisa melukai, Sakura yakin kini ia sudah hancur berkeping-keping diubin lapangan sekolah yang panas.
Tapi, nyatanya gadis itu hanya membeku. Tidak ada airmata yang meluncur dipipinya yang mulus. Ia menatap Sasuke dengan dingin, dengan begitu aneh dan asing bagi Sasuke.
"Sasuke..." Sakura menunduk, merasakan tubuhnya bergetar hebat "Mengapa kau begitu membenciku?"
Mengapa?! Gadis ini masih bertanya mengapa?! Sasuke mendecih, menatap Sakura rendah dan tak ternilai "Karena kau lemah, Sakura. Dan makhluk lemah hanya bisa mengganggu saja."
Sakura tertawa. Respon yang membuat kaget si Uchiha. Wajah lugu gadis itu kini mengeras, begitu penuh sesak oleh luka akan ucapan Sasuke yang tak kenal perasaan. Dingin dan tajam "Kalau begitu, aku akan berhenti mengganggumu, Sasuke."
"Saku-" Sai, sahabatnya meraih bahu Sakura, berusaha menenangkannya. Sekarang, mereka menjadi tontonan gratis siswa-siswi Konoha SHS. Tapi Sakura bergeming. Ingin sekali ini saja, ia melawan. Berusaha menjelaskan kepada Sasuke betapa rapuhnya ia untuk bertahan karena Sakura sudah meletakkan hatinya pada Sasuke. Serta betapa sakitnya luka yang Sasuke berikan pada dirinya.
"Hn." raut itu masih datar "Akhirnya kau tahu diri juga."
Sakura meremas rok seragam sekolahnya. Ingin sekali ia menangis, tapi tak bisa. Apalagi saat sosok tampan menjulang itu berbalik, meniti lapangan sebelum tenggelam digedung utama sekolah.
"Sakura-"
"Nee.. Kalian tak apa-apa?" Sakura berbalik, memeriksa bibir Sasori. Wajah gadis itu pucat, dan walau tanganya sibuk mengecek luka ditubuh sang kakak, pikirannya masih melayang kepada kejadian barusan.
"Sakura, aku minta maaf-"
"Niisan lain kali nggak usah nglakuin itu." Sakura tersenyum tulus "Ah, aku memang tak pantas bersama Sasuke-san"
"Uchiha itu memang harus diberi pelajaran." sungut Sasori, menepuk pelan kepala adiknya "Sudah. Aku baik-baik saja. Kau sendiri? Dia melukaimu lagi dengan perkataannya barusan, kan?"
"Tidak." dusta Sakura. Ia tersenyum lebar, kontras dengan suasana hatinya. Sakura merasakan air matanya turun saat berkata pelan kepada Sasori "Aku lebih dari baik-baik saja."
.
.
❄❄❄
.
.
Sakura memasukkan buku-buku keloker sambil meratap diam-diam. Wajahnya begitu tersiksa, setelah kejadian tadi siang antara kakaknya dengan Sasuke, kini ia harus mendapat tugas dari Tsunade-sama untuk membuat perincian kepala ekstrakurikuler disekolah. Terutama basket, sebagai tanggung jawab gadis Haruno itu karena melupakan pertemuan organisasi sekolah minggu lalu.
"Sakura-chan!" Sakura tersentak kaget hingga buku-bukunya berjatuhan. Ia menoleh, tersenyum lega mendapat Hinata berdiri dengan tampang meminta maaf disebelahnya "Aku mengagetkanmu, ya? Gomen, Sakura-chan."
"Tak apa-" Sakura turut membungkuk mengambil buku-bukunya yang jatuh bercecer dilantai "Ada apa, Hinata-chan-?"
"Neji nii-san ingin bertemu denganmu." mendengarnya, Sakura menghela nafas. Neji adalah ketua organisasi sekolah tempat Sakura turut andil didalamnya. Tanpa perlu otak Einstein, Sakura sudah tahu Neji pasti akan menanyakan ketidak hadirannya dirapat minggu lalu.
"Ano, Tsunade-sama sudah memberikan tugas kepadaku-"
"Ini lain, Sakura-chan." potong Hinata "Neji nii-san ingin memberitahumu tentang hasil rapat minggu lalu."
"Baiklah." Sakura mengedikkan bahu, mengikuti Hinata sampai ke-ruang rapat organisasi sekolah.
"Ano, aku hanya mengantar sampai sini. Aku ada janji dengan-"
"Naruto?" sambung Sakura. Wajah Hinata memerah, sementara Sakura hanya tertawa kecil dan melangkah masuk.
"Uhm-, Hyuuga-senpai me-" Sakura baru tersenyum saat masuk dan melihat Neji ketika pandangannya juga bertemu dengan manik hitam pekat itu. Sakura melepas ucapannya, tanpa sadar wajahnya memerah.
"Oh, Sakura. Ayo, masuk. Kalian berdua yang belum tahu hasil rapat minggu lalu, kan?" Neji tersenyum ramah, seolah-olah tak paham ada bara kesungkanan diemerald Sakura.
"Ano, Uchiha-sen-"
"Dia juga anggota organisasi ini, tapi memang jarang datang rapat." Neji menjelaskan,"Dan minggu lalu kau kenapa tak datang rapat, Sakura?"
"Ano, ada beberapa tugas yang tak bisa kutinggal Hyuuga-senpai. Gomen."
"Tak apa." Neji tersenyum manis. Memandang Sakura ramah. Sementara ditempatnya, Sakura menahan mati-matian agar tidak melirik Sasuke. Ia menunduk, menautkan jari-jari lentiknya dipangkuan.
"Nee, dua pekan lagi kan ada Pesta Kostum Sekolah. Rapat minggu lalu adalah rapat pembagian tim. Aku hanya ingin menyampaikan, karena minggu lalu kalian tidak datang dan tersisa aku, maka kita menjadi satu kelompok dalam menyiapkan Pesta Kostum." kejar Neji tanpa basa-basi "Bagian dekor. Nah, hanya itu."
"Hn."
"Satu kelompok, Hyuuga-senpai?" mata Sakura menyala bahaya. Tidak, tidak bisa! Bagajmana mungkin ia sekarang berada dekat-dekat dengan Sasuke, yang beberapa jam sebelum ini menyatakan ketidaksukaannya.
Kami-sama pasti tengah mempermainkannya!
"Ada apa, Sakura?"
"Eh-" Sakura menggeleng. Tersenyum kecut "Tak ada apa-apa, kok."
"Oke, kalian boleh keluar." Neji tersenyum lagi. Bangkit dari duduknya dan mendahului Sasuke dan Sakura yang masih membatu ditempatnya. Sasuke menatap dalam-dalam Sakura, lalu mendesis tidak suka.
"Kau bilang tak akan menggangguku." kata Sasuke "Lakukanlah, bodoh. Menjauhlah dari hidupku."
Sakura mendongak, dengan sisa kekuatan menatap onyx kelam itu. Kebencian tersirat darisana, begitu nyata dan fana. Membuat Sakura takut, dan lagi-lagi menunduk.
Sadar Sakura tak akan bicara, Sasuke melangkah melewatinya dengan satu langkah lebar, menyisakan aroma musk yang menggoda penciuman Sakura.
Saat itulah Sakura paham, ada beberapa hal yang tak bisa dipaksakan, dan salah satunya meminta Sasuke menjadi miliknya dan balas mencintak Sakura.
Tidak, selama kebencian itu masih ada.
.
.
❄❄❄
.
.
"Sai! Naruto!"
Sakura menyusul dua sosok didepannya terengah-engah. Membuat kedua sahabatnya itu berhenti dan menoleh. Yang berambut kuning tersenyum lebar, sementara yang lainnya hanya menatap hambar.
"Sakura-chan! Hinata-chan bilang kau ada diruang organisasi sekolah bersama Neji-senpai!" Sakura melangkah mundur saat Naruto hendak memeluknya.
"Kau ini, belum puas memeluk Hinata, ya?! Dasar baka!"
"Aduh!!"
Sakura hanya tertawa melihat Naruto mengusap-usap kepalanya yang baru ia getok dengan kepalan tangan. Sementara disampingnya, Sai masih menatapnya hambar.
"Kau kenapa, Sai?"
"Kau seolah-olah tak terbeban dengan kejadian tadi siang." ucap Sai, membuat pias datang lagi diwajah Sakura. Gadis itu menghela nafas, lalu kembali memberikan wajah ceria.
"Hei! Itu bukan apa-apa, Sai! Lihat, aku baik-baik saja. Sasuke-san tak akan membuatku sedih! Akukan cuman ngefans sama ketampanannya!" dusta Sakura. Sementara ditempatnya, Sai hanya mangut-mangut.
Ketiga sahabat itu berjalan menuju gerbang sekolah, saat bel tanda pelajaran berakhir. Naruto masih saja bicara tentang cara mengajar Orochimaru-sensei yang memusingkan, sementara Sakura hanya menimpali dengan tawa atau jitakan, dan Sai memilih diam mendengarkan.
Dan lagi-lagi, tawa Sakura berhenti saat melihat Sasuke berjalan melintasi mereka bertiga dengan acuh. Tanpa menoleh kearah Sakura. Tanpa senyum. Tanpa sapa.
Seolah-olah Sasuke hanya melewati sampah yang mengganggunya
Seolah-olah, Sakura hanya sekelbat angin yang tak berarti apa-apa.
Makhluk lemah yang pabtas hancur dimata Sasuke.
Dan ketika menyadarinya, Sakura tahu, ia memang hanya bernilai seperti itu bagi Sasuke, dan akan selalu begitu.
.
.
❄❄❄
.
.
Gomen, gaje. OOC dan typo(s). Arigatou yang masih mau baca^^