"Tidak, aku tidak mau." Tubuh Sasuke menengang mendengar apa yang diucapkan Sakura. Sasuke mendekati Sakura, menangkup pipinya dengan tangannya yang besar, memaksa emerald penuh air mata itu menatap kepadanya. Tak ada perlawanan, Sakura yang sudah terlalu lemas karena tak berhenti menangis bergeming, menentang onyx yang sedang tajam nenatapnya.
"Dengarkan aku," ujar Sasuke, "Aku tak ada apa-apa dengan Karin."
"Oh, ya?" Sakura tertawa sinis, "Sudah, aku tak mau mendengar apa-apa dari mulutmu. Aku sudah melihatnya sendiri, Sasuke! Dan kau masih bisa mengelak?"
"Aku menciumnya karena itu yang dia minta, dia mengancam akan menyakitimu, Sakura!" Sasuke menahan Sakura yang meronta-ronta. Ditariknya gadis musim semi itu kepelukannya. "Aku tak mungkin.. membiarkannya.."
"Kau bahkan selama ini sudah banyak menyakitiku." cecar Sakura. Ia menyenderkan kepala dalam dada bidang Sasuke, mendengar jantung pemuda itu berdetak sangat kencang, "Kau bahkan menghilang empat hari ini, kan?"
"Ada sebuah hal yang tak bisa kujelaskan padamu." jawab Sasuke, "Tentang aku dan Sosori."
"Tak usah bawa-bawa oniichan!" raung Sakura, didorongnya keras-keras dada Sasuke hingga kini ia terlepas, tangannya teracung menuding Sasuke. "Ternyata benar kata oniichan, kau brengsek! Kau hanya akan menyakitiku! Kau.. kau.. kau bahkan tak pernah menghargai perasaanku!"
Sakura berbalik, masih menenteng wedges ingin lekas-lekas enyah darisana. Ia menoleh kearah Sasuke saat mendengar langkah kaki pria itu yang hendak mengikutinya, "Jangan ikuti aku!"
"Sakura.."
"Pergi!!" Sakura berlari, kaki-kakinya yang mungil serasa kedinginan saat bebas mencium aspal. Ia tak peduli apa-apa, yang ingin Sakura lakukan hanyalah menghilangkan luka dan sakit hatinya. Menghapus nama Sasuke dalam hatinya.
Sakura menyebrangi jalan dengan geram. Tak mengindahkan langit malam yang mulai bocor, gerimis sekecil jarum menghantam kulitnya. Sakura berjalan tergesa-gesa, hingga suara Sasuke jauh tertinggal dibelakang, dan mendadak ada bongkahan sinar menembus jalannya, menerangi Sakura yang menoleh dengan panik.
Truk besar itu seperti hendak menerkam Sakura. Sakura tercekat, hendak berlari tapi kakinya terpaku ditanah.
"Sakura!!"
Sakura memejamkan mata, merasakan tubuhnya dihantam kabin depan truk dan ia melayang beberapa meter dikegelapan malam, lantas menghantam tanah dengan keras. Kepalanya serasa mau pecah. Ada bau anyir menyengat dan Sakura tak ingat apa-apa lagi karena semuanya berubah gelap dan kesadarannya perlahan memudar.
.
.
☀☀☀
.
.
Langkah kaki panjang itu berlarian mengikuti bankar yang didorong oleh para perawat, dan entah bagaimana Sasuke merasakan ada cairan diantara kedua matanya. Ia menangis. Tapi Sasuke tak peduli. Ia hanya menatap sesosok gadia mungil berambut merah muda yang kini terbaring digenangi darah.
Sasuke menghantamkan dirinya didinding, merasakan sesak luar biasa saat menyadari apa yang terjadi. Sakura tertabrak truk, dan sekarang sedang menantang maut didalam ruang operasi.
Sasuke merosot jatuh, tampak kesedihan nyata dalam dua mata onyxnya.
Sasuke bersumpah akan membunuh dirinya sendiri jika ada sesuatu yang fatal terjadi pada Sakura. Ini semua kesalahannya. Jika Sakura tak melihatnya mencium Karin, atau seharusnya Sasuke tak terperdaya oleh ucapan gadis berambut merah itu, ini semua tak akan terjadi.
"Mana Sakura, mana?"
Sasori muncul dari koridor, wajahnya panik dan khawatir bercampur jadi satu. Sulung Haruno itu menghampiri Sasuke, lantas langsung memberikan satu pukulan pada rahangnya yang kokoh.
"Kau apakan Sakura?!"
Sebuah pukulan melayang lagi. Tapi Sasuke bergeming. Ia tak mengelak, ini semua memang kesalahannya.
Sasori hampir akan mencekik Sasuke ketika pintu ruang operasi terbuka, menampilkab wajah tegang sang dokter.
"Bagaimana Sakura?" Sasuke bertanya penuh harap. Sang dokter berperut buncit itu menghela nafas.
"Dia selamat," ucapannya membuat Sasuke dan Sasori menghela nafas lega bersamaan. "Sayangnya, ada penyumbatan darah disaraf penglihatannya. Sakura, akan mengalami gangguan pada matanya."
"Maksud dokter?"
"Sakura buta."
.
.
☀☀☀
.
.
Sakura's point of view
.
Aku mengerang, merasakan tubuhku seperti tumpukan luka yang amat menyiksa. Suasana hening, dan dengan perlahan aku membuka mataku.
Gelap.
Dimana ini? Apa aku sudah mati?
Aku tersentak saat ada tangan hangat menggenggam jemariku. Aromanya kukenal.
"Imouto, bagaimana keadaanmu?" suara Sasori-nii, aku memaksakan diri tersenyum.
"Niisan, aku masih hidup?"
"Tentu saja."
"Dimana ini?"
Kudengar ia menghela nafas, "Kau dirumah sakit, Sakura. Kau tertabrak truck."
"Uhh," aku akhirnya ingat apa yang menimpa diriku, "Niisan bisa nyalakan lampunya? Terlalu gelap, aku tak bisa melihat apa-apa."
Hening.
"Niisan?"
"Sakura.." lagi-lagi kudengar suara helaan nafas, "Kau.."
"Kenapa?" Potongku.
"Kau buta."
.
.
☀☀☀
.