"Ah, gomen Hyuuga-senpai!" Sakura meletakkan dirinya disamping Neji yang tengah sibuk dengan lembar-lembar kertas diatas meja perpustakaan. Neji menoleh, memandang Sakura dengan sedikit kesal.
"Nee, kau telat hampir 30 menit." Neji menunjuk arlojinya, membiarkan Sakura mencari nafas dulu sebelum menuntut jawaban.
"Ano, gomennasai. Tadi dipanggil sama Tsunade-sama." Sakura nyengir, mengingat dirinya yang baru saja berhadapan dengan guru gemuk berambut pirang pasir itu, menagih tugas Sakura yang seinci pun belum ia kerjakan.
"Uhm, mana Uchiha-senpai, Hyuuga-senpai?" lanjut Sakura. Bukankah kelompok mereka terdiri dari tiga orang, lantas dimana pemuda tampan itu sekarang? Apakah ia membolos pertemuan diskusi kelompok organisasi sekolah tim mereka yang Neji selenggarakan diperpustakaan?
"Aku tidak tahu. Sasuke memang seperti itu, suka telat." Neji mengedikkan bahu, tertawa kecil "Aku heran mengapa kau terus memanggilku dengan sesopan itu, padahalkan aku kakak sahabat baikmu, Sakura."
"Eh?" Sakura mengernyitkan dahi bingung.
"Hinata." Neji memperjelas ucapannya "Berhenti memanggilku Hyuuga-senpai atau Neji-san. Cukup Neji, atau lebih baik, Neji-kun."
"Neji-kun?" muka Sakura memerah tanpa sadar, lalu gadis emerald itu menggeleng dalam-dalam "Ano, itu terdengar seperti kita sudah sangat dekat, Hyuuga-senpai!"
"Tidak apa, lagian aku tidak suka dipanggil terlalu formal. Toh beberapa pertemuan kelompok kita beberapa hari kedepan akan mendekatkan kita, bukan begitu?"
"Hn."
Sakura tersentak mendengar suara dingin menyahut dari atas kepalanya. Gadis itu memutar leher hampir 180 drajat, dan akan mati karena jantungnya sudah melompat dari rongga dada saking terkejutnya.
"Aku mengganggumu, Neji? Atau harus kupanggil Neji-kun?" Sasuke mendecih, duduk disamping Neji, membuat pemuda Hyuuga itu terhimpit ditengah.
"Tsk." Neji mengumpat tidak suka "Kau telat hampir satu jam, Sasuke."
"Ada latihan basket yang tak bisa kutunda."
"Oke-" Neji berdeham, kembali menjadi sosok yang tegas dan berjiwa pemimpin "Nee, kita sudah lengkap. Aku hanya akan meminta pendapat tentang dekorasi pesta kostum sekolah minggu depan. Aku membawa beberapa sampel, kalian bisa memilih mana yang terbaik."
Neji menunjuk gambar-gambar desainannya sendiri yang tercetak diatas kertas. Sakura memilihnya bergantian, sementara Sasuke diam bergeming.
"Apa temanya?"
"Earth and Azure." jelas Neji akan pertanyaan Sasuke. Sementara ditempatnya, Sakura tersenyum kecil pada salah satu desain gambar.
"Neji-kun, ini siapa yang menggambarnya?" Sakura menunjuk tanda tangan diujung kertas "Aku seperti kenal tekstur coretan dan tanda tangannya."
Neji tersenyum sekilas "Oh, itu Sai yang mendesain. Tentu saja kau kenal, diakan sahabatmu, Sakura."
"Sai?" Sakura terperangah "Bagaimana gambarnya ada disini?"
"Ino mengatakan padaku kalau gambar Sai sangat bagus." puji Neji, yang langsung ditanggapi oleh anggukan Sakura "Maka aku meminta tolong padanya untuk membuat satu desain untuk dekorasi pesta kostum sekolah."
Sakura tercenung sesaat, lantas mengangguk lagi dengan mata menatap kertas ditangannya "Neji-kun, aku pikir desain Sai yang terbaik dari semuanya-"
"Jadi desainku tidak baik?" potong Neji dengan suara kecewa main-main. Tetapi Sakura tidak menyadarinya, ia terperanjat karena merasa bersalah.
Gadia soft pink itu menunduk kaku "Gomen, kalau menyinggungmu, Neji-kun. Bukan maksudku begitu."
Neji tertawa, tanpa sadar menepuk-nepuk kepala Sakura "Astaga, Sakura! Aku hanya bercanda! Oke, kita pilih desainnya Sai, saja ya! Nee, sebentar, aku mau mencari buku tentang alat-alat dekor dulu."
Neji bangun dari kursinya, beranjak sebelum tenggelam didalam lautan rak buku raksasa diperpustakaan.
Sakura menghela nafas, mengangkat muka dan berniat meletakkan kertas ditangannya kemeja sebelum sadar kalau Sasuke sedang tajam mengamatinya.
Sakura menahan nafas, tercengang. Melupakan fakta satu hal yang entah bagaimana bisa hilang dari kepalanya; Sasuke masih berada disana!
"Kau begitu murahan, Sakura."
.
.
❄❄❄
.
.
Sakura mengernyit saat mendengar ucapan Sasuke. Gadia itu hanya menghela nafas, berusaha mengacuhkan hal-hal yang mampu merusak perasaannya.
"Sejak kapan kau memanggil Neji dengan embel-embel 'kun'?" tanya Sasuke. Sakura masih diam, pura-pura sibuk dengan kertas diatas meja.
"Jawab aku bodoh."
Sakura bergeming, masih berpura-pura hanya ada sekelab angin yang melewati telinganya, bukan Sasuke yang sedang bertanya. Mendapat respon semenjengkelkan itu, Sasuke bergeser satu tempat duduk, mencengkram lengan Sakura kuat-kuat hingga gadis itu terhenyak, merintih kesakitan.
"Gomen, Uchiha-senpai." Sakura mengernyit menahan sakit, tak mampu menatap Sasuke "Ano, sa..sakit!"
Sasuke tak menggubris, justru mendekatkan bibirnya ketelinga Sakura "Jawab aku!"
"Nee, Neji-kun memintaku memanggilnya seperti itu. Baru sejak tadi!" jawab Sakura cepat. Namun alih-alih melepaskan Sakura, Sasuke makin erat mencengkramnya hingga Sakura merasakan kulitnya tersobek kuku-kuku Sasuke.
"Kau suka Neji, Sakura?"
"Eh?"
"Lihat mataku!" tangan Sasuke yang lain merengkuh dagu Sakura hingga membuat mata hijau itu terpaksa bersitatap dengan onyx si Uchiha. Sakura menggeleng, antara ketakutan dan sakit, matanya sudah berkaca-kaca lagi.
"Dasar lemah. Berhentilah menangis dihadapanku!" Sasuke melepas cengkramannya, membuat Sakura mendesah lega, cepat-cepat menjauhkan lengannta dari Sasuke takut-takut pemuda itu mencengkramnya lagi.
Sasuke mendengus keras "Kau mulai menyukai Neji, benar?"
Sakura menggeleng. Ketika melihat onyx Sasuke bersinar berbahaya, Sakura lekas melanjutkan ucapannya "Aku hanya suka sama Sasuke-kun."
Entah bagaimana, sinar berbahaya dari onyx Sasuke berubah wajar; tenang dan dingin. Sakura menunduk dalam-dalam, berharap Neji cepat muncul dengan buku yang dicarinya agar Sakura tidak perlu menghadapi kekejaman Sasuke seorang diri.
"Kau tahu Sakura, mengapa aku membenci dan menganggapmu pengganggu?" Sasuke merengkuh pipi gadis itu, membuat Sakura menggeleng tanpa sadar, seolah terhipnotis "Karena kau selalu membuatku hilang pengendalian."
"Maksud Sas-"
Ucapan gadis itu terpotong, saat detik selanjutnya Sasuke mendekatkan wajahnya, merengkuh bibir Sakura dengan bibirnya sendiri. Mengulum dengan lembut bibir Sakura yang sama terkejutnya dengan wajahnya.
Sakura tercengang, antara heran dan kaget saat Sasuke mencium bibirnya. Apalagi, pemuda itu menyesap bibir Sakura dengan amat lembut, seolah-olah menggambarkan kerinduan yang amat sangat.
Sakura diam, tidak membalas ciuman Sasuke pun tidak menolaknya. Hingga mendadak, tubuh hangat yang sedang merengkuhnya itu tertarik dengan paksa dan menjauh dari Sakura.
"Brengsek kau, Uchiha! Kau apakan lagi adikku, ha?"
.
.
❄❄❄
.
.
Sasori mulanya ingin keperpustakaan karena ingin mengembalikan buku cetak biologi yang dipinjamnya minggu lalu. Pemuda berambut merah itu masuk dengan tenang, meletakkan buku biologi kembali keraknya sebelum melihat kejadiaan itu.
Ia melihat Sakura, duduk ditempatnya dengan muka terkejut. Dan tepat disanapula, Sasori melihat Sasuke mencium gadis itu, merengkuh tubuh mungilnya dalam dekapan yang hangat.
Dan terang sekali, Sakura tampak benar-benar heran. Ia hanya membeku, seolah-olah bingung dengan sifat Sasuke.
Sasori serasa terbang mendekati mereka menarik seragam Sasuke dan menyentakknya menjauh dari sang adik. Tidak peduli lagi akan keributan yang amat dilarang dilakukan di perpustakaan, suaranya menggelegar.
"Brengsek kau, Uchiha! Kau apakan lagi adikku, ha?"
Sakura terpekik melihatnya, langsung bangun dan berdiri didepan Sasori, berusaha mencegah satu pukulan menghantam wajah tampan Sasuke.
"Nii-san! Sudah!"
Sasuke menatap Sasori datar, mendesis kesal "Aku hanya mencium adikmu. Apa salahnya?"
"Apa salahnya?" mata Sasori melotot, membuat diam-diam Sakura takut mata kakaknya akan keluar dari tempatnya "Dia tidak pantas kau perlakukan seperti itu, bodoh!"
"Kenapa? Kupikir adikmu sudah terlalu murahan hanya untuk sebuah ciuman."
Sasori mendesis marah, sementara Sakura-,lagi-lagi terhenyak ditempat mendengar ucapan menyakitkan Sasuke. Baru saja Sasori akan melayangkan pukulan, Sakura mengatakan sesuatu yang mencegah Sasori, dan membuat si Uciha bungsu kaget bukan main.
"Kau tahu, Sasuke--" Sakura menatap Sasuke tajam. Tanpa airmata "--kun. Kau boleh membenciku, menyakitiku, atau bahkan membuat oniican marah dengan kata-katamu. Tapi satu hal, jangan katakan aku sebagai wanita murahan."
Sasuke balik menatap Sakura.
"Kau tahu, Sasuke-kun. Kuharap aku salah pernah menyukaimu." Sakura menunduk "Kau bahkan tak punya perasaan untuk menjaga hati seseorang. Aku membencimu, Sasuke-kun. Aku benci kau mengataiku murahan."
Lalu, isak itu terdengar. Sasori menghela nafas, menarik Sakura kedalam pelukannya, membiarkan sang adik menangis dalam dekapannya.
Sementara didepannya, Sasuke membatu, seolah-olah kata-kata Sakura seperti kutukan yang membuatnya tak mampu bergerak.
Karena dilingkupi perasaan bersalah yang mendalam.
.
.
❄❄❄