cr'*XI

10 1 0
                                    

Masih melanjutkan cerita bagian kemarin ya Sob.

"Gue harus cepatan keluar dari sini."-ucap dalam hati Michael dengan segera mempercepat langkahnya, dan dari arah berlainan Zahra terlihat cepat-cepat ingin masuk ke dalam Cafe untuk bertemu Horline.
Saat membuka pintu tiba-tiba mereka  berdua saling menubruk satu sama lain sehingga dua-duanya terjatuh.

" Aduh maaf,  maaf Mas saya enggak sengaja"-Ucap Zahra

Dengan matanya yang masih belum melihat sesosok pria yang barusan Dia tabrak kemudian saat Melihat seketika menyadarinya lalu dia menanyakan kabar dan saling menjawab satu sama lain tapi di sisi lain perasaan Michael ingin segera keluar dari ruangan tersebut, apalah daya karena tidak enak dan takut curiga akan kepanikan dirinya sendiri maka Ia menjawab semua pertanyaan yang di lontarkan Zahra dan setelah kecemasan semakin memuncak karena menyadari bahwa Horline sedang berjalan menuju ke arah dimana Dirinya dan Zahra berdiri akhirnya Michael memberanikan diri untuk pamit pada Zahra
"Zah sorry ya Gue duluan"-Ucap Michael dengan segera meninggalkan Zahra.
" Kenapa Si Michael terburu-buru dan wajahnya pucat begitu, aneh banget"-ucap Zahra.

Di satu sisi Horline memperhatikan Zahra, dan segera mendekatinya tapi setelah Michael pergi.
"Zah Lho di sini juga?"- Tanya Horline.
Seketika Zahra segera memegang tangan Horline tanpa menjawab pertanyaan yang Horline lontarkan dan langsung membawa ke tempat dimana Horline duduk.
Zahra tahu tempat duduknya Horline karena dari awal masuk Dia melihat Horline langsung saja Zahra membawa Horline ke tempat duduk paling pojok.
" Lho kenapa sih seperti orang ketakutan begitu?"-Tanya Horline.

Memang Zahra memiliki masalah dan Ia tidak ingin Orang Tuanya mengetahui keberadaan dirinya, malahan Zahra berfikir ingin menginap di rumah Horline.
"Tidak kenapa-napa, Lin nanti malam Gue boleh tidur di rumah Lho enggak?"-Tanya Zahra.
" Tumben emangnya kenapa?"
Dari dulu semenjak Horline dan Zahra berteman sepanjang kehidupannya tak pernah mau di ajak menginap di rumah, jadi Horline sedikit merasa curiga atas permintaan nya itu, kemudian ia terus mengkorek dan memancing Zahra akhirnya zahra terpancing dan mengaku lalu menjelaskan semuanya pada Horline. Horline memperbolehkan Zahra menginap di rumahnya dengan tujuan untuk sedikit menenangkan pikirannya, karena pikiran yang kacau, nasihat tidak akan masuk walaupun dari orang yang paling terbaik sekalipun.
"Iya boleh dong,  apa sih yang enggak buat sahabat sendiri"-jawab Horline.

Perasaan hati Horline saat ini sedih dan merasa iba melihat permasalahan Zahra, padahal niat orang Tuanya mulia dan memang butuh sedikit waktu untuk mencerna semua itu.
Horline memesan makanan lagi untuk zahra,  setelah makanan datang mereka berdua melahapnya dengan penuh kenikmatan dan sambil bercerita-cerita, Horline merasa senang nanti malam saat mendengar siaran Radio ada yang menemaninya dan di sisi lain merasa bingung bagaimana caranya agar Zahra dapat memenuhi kemauan kedua orang Tuanya, saking asiknya tak terasa makanan di meja habis mereka berduapun segera pergi keluar meninggalkan Cafe.
" Alhamdulillah akhirnya kenyang juga, makasih ya Lin"-Ucap Zahra.
"Iya sama-sama, sekarang ayo kita pergi"- ajak Horline.

***

Setelah malam tiba akhirnya mereka berdua mendengarkan siaran Radio. Zahra pertama kali mendengar siaran radio nya, dan Ia merasa ada yang enggak asing dengan suara yang sedang Ia dengarkan tapi Zahra tidak ingin mengangkat suara dulu, dengan alasan agar tidak merusak konsentrasinya  Horline. Horline sangat terlihat begitu konsentrasi dan khusyuk mendengar suara yang di anggap tidak asing di telinga Zahra.
Saat sesi dimana Horline bertanya pada orang yang berada di balik suara itu, dan Zahra melihat gerak-gerik dari mimik wajah Horline  benar-benar sangat jelas dan terlihat bahwa semua itu menunjukkan Horline menyukai orang yang ada di balik suara. Horline memberik kesempatan kepada Zahra untuk bertanya.
" Zah ini sekarang Lho yang nanya, ayo ngomong"-suruh Horline.

Akhirnya Zahra ngomong dan saat smendengar ketawanya Ia semakin yakin banget bahwa ketawa ini pernah ia dengar sebelumnya dan mengenalinya. Detik, menit, jam pun berlalu siaran nya pun berakhir.

***

English and LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang