Sebenarnya terinspirasi dari novel Dilan, aku ingin seperti Milea yang bisa mengenang masa lalunya. Tapi kali ini aku yang menulis kisahku sendiri, bukan dituliskan orang lain seperti Pidi Baiq.
Ada harapan kelak ada yang membuat versinya. Suara dari seseorang yang kutuliskan. Meskipun aku tau, kalau dia menulispun aku hanya bagian sangat kecil dari hidupnya. Hadirku tidak terlalu penting baginya. Aku tidak seberuntung Milea yang sempat bersambut cintanya.
Banyak dari mereka yang pasti mengatakan kalau kisahku hanya sebelah pihak saja. Mereka bilang aku sendiri yang kepedean. Aku yang terlalu terbawa perasaan. Tapi biarlah. Mereka berhak berpendapat. Meskipun perasaanku bertepuk sebelah tangan, tetap saja itu adalah bagian kisahku. Dan aku ingin menceritakannya.
Ceritaku bukan tentang anak SMA yang baru jatuh cinta. Tapi bagaimana aku menyikapi rasa cintaku secara dewasa. Cinta bertepuk sebelah tengan itu lebih sulit. Apa lagi kau jatuh cinta dengan temanmu sendiri. Dan temanmu itu sangat perhatian. Meskipun aku tahu dia perhatian dengan semua orang, tetap saja bila kau cinta dengan seseorang, semua akan terasa membahagiakan.
Sebut saja namanya Muh. Bukan nama sebenarnya, ah.. bila kusebut nama aslinya, orang akan menyindirku terus. Dan dia akan terusik lagi pastinya. Muh seorang cowok aquarius yang katanya memang sangat perhatian. Sangat ramah. Sangat baik.
Awal aku mengenalnya, ya itulah pendapatku. Aku langsung suka. Tapi hanya sebatas suka saja. Dia teman yang sangat perhatian. Bukan hanya padaku. Tapi pada semua orang. Teman yang waktu itu membelikan makanan favoritku saat itu tanpa aku minta. Tapi dia memang begitu. Sekali lagi ku jelaskan, bukan hanya padaku. Tapi tetap saja. Aku suka.
Muh sangat asyik diajak chat. Bercandanya selalu lucu. Aku selalu berusaha membuat percakapan menjadi panjang. Atau suka menarik perhatian agar dia chat duluan. Seringnya Muh yang chat duluan, aku cuma wanita biasa dengan gengsi yang besar.
Secara fisik. Dia sama sekali bukan tipeku. Jelas saja, karena aku lebih tinggi sedikit. Dan aku tidak suka laki-laki berambut panjang. Pernah aku menyuruhnya potong rambut. Mengabaikan diriku yang bukan siapa-siapanya. Dia hanya menjawab.
"Nanti saja, tahun baru 2018!" Jawabnya asal.
"Aku tunggu ya! Aku masih disini!" Jawabku.
Awal kedekatan kami, saat dia baru putus dari mantannya. Dan benar-benar dia seperti hilang arah. Aku selalu berusaha untuk selalu ada. Aku ingin selalu menghibur. Tapi hatinya itu tidak mudah digoyahkan. Katanya trauma. Bahkan mungkin sampai detik ini. Entahlah.. kau akan tau, kalau kau mencintai seseorang, kau akan merasa lukanya juga.
Lalu kemudian kedekatan itu menjadi emosi. Lagi-lagi kujelasakan, ini hanya dari pihakku saja. Aku sering cemburu tak tentu. Aku sering khawatir bila dia hilang. Sebelum aku dekat seperti itu, dulu dia sering menggangguku. Hanya bercanda. Hanya sebatas usil dengan temannya. Tapi saat sudah dekat, perasaan aneh muncul saat kita harus bicara. Bahkan matanya tidak mau menatapku. Kadang aku bingung, apa benar dia bicara denganku.
Dia bukan tipe orang yang terbuka. Sepanjang kita kenal, jarang sekali bicara serius. "Jangan lupa mimpikan aku" kata yang selalu dia ucapkan untuk menutup hari. Atau "hati-hati, jatuh tangga tak seindah jatuh cinta" saat aku akan naik menuju rumahku. Dia tidak pernah cerita soal mantannya itu.
Pernah kita bergurau soal istri keempat. Aku istri keempatnya. Kira-kira begini saat itu. Semua berawal saat kita membahas madu.
"Kalau istrinya 4, anaknya berapa?" Tanyaku."Aku mau 3 orang anak, biar biasa bikin kesebelasan! Nanti kita satu rumah semua!"
"Haha.. kalau satu rumah, bisa-bisa berantem anak istrinya!" Kataku.
![](https://img.wattpad.com/cover/159692386-288-k131405.jpg)