4

324 18 1
                                    


Sebelumnya mohon maaf untuk kesalahan dari penulisan kata dan kesalahan-kesalahan lainnya.

let's start it!



Tiga tahun kemudian...

.

.

Seorang pemuda tampan terlihat sibuk membolak balikkan kertas propossal kegiatan porseni di hadapannya, sesekali ia memijit pangkal hidungnya.

Ia mendesah berat "ini sapa yang nyusun RAB nya sih Ry?" pemuda itu bertanya pada wanita seumurannya yang duduk disampingnya.

Sang pemudi mendongakkan kepalanya kearah kertas yang sedang dipegang sobatnya "emangnya kenapa?"

"asal banget nih buatnya..harga-harganya gak masuk akal! Banyak yang harus revisi sedangkan acaranya bentar lagi" sang pemuda mengacak rambut kecokelatannya frustasi.

"Baraaan...ketua OSIS kita yang ambekan ini gausah khawatir" Ory tersenyum menenangkan.

"kita kerja gasendiri kan? Pasti selesai ko, jangan frustasi gitu deh!" lanjutnya menyemangati.

Baran terdiam lalu menundukkan kepalanya, ia mengangguk setuju "ia lo bener, maaf gue lagi agak sensi..jadi kaya gini hehe, makasih ya"

Ory kembali tersenyum, kali ini lebih lebar "as always Al"

Semenjak bertemu saat seleksi OSN, Baran dan Ory menjadi teman baik sampai saat ini. Keduanya bahkan sama-sama bergabung dalam OSIS dengan Baran sebagai ketua dan Ory sebagai ketua bidang pendidikan. Mereka kembali melanjutkan sekolah menengahatasnya di SMA Pelita Harapan.

"jadi..siapa yang nyusun RAB nya nih Ry"

"masa lupa sih! Pikun ko dipelihara! Hahaha... yang bikinnya tuh Sesil, yang jadi sekretaris acara PORSENI"

Baran berdecak kesal "ck..namanya juga manusia Ry, gamungkin luput dari kesalahan"

Ory merengut "ahh...alesan aja itu! Lo kan emang udah pikun dari sananya!" ejeknya pada Baran yang terlihat mulai kesal.

Baran bankit dari kursinya "mendingan gue ke cafetaria aja daripada ngobrol sama cewek sableng kaya lo!" ia berjalan menuju pintu ruang OSIS.

Ory ikut bangkit dan mengikuti langkah lebar Baran dari belakang "woi woii..lagi PMS lo ya? Sensi banget dih!"

Baran tidak menyahuti teriakan Ory, tidak menolehkan kepalanya sedikitpun, malah semakin mempercepat langkahnya agar tidak tersusul.

"Aldebaraaan....tungguin gue woii!!" Ory berteriak lebih kencang.

Dengan santainya Baran melangkahkan kaki kedalam cafetaria yang cukup ramai karena saat ini adalah jam istirahat. Seorang pemuda jangkung menghampirinya dan menjatuhkan bokongnya pada kursi di hadapan Baran, itu adalah Deon.

Ia terkikik sambil melihat kearah Ory yang berjalan ke arah mereka dengan tampang besungut-sungut.

"lo apain lagi tuh anak orang?"

"dia duluan yang cari masalah" Baran menjawab ringan.

Sebelum mendudukkan dirinya di samping Baran, Ory terlebih dahulu menyenpatkan diri untuk mencubit leher belakang Baran gemas.

Baran memekik cukup keras.

"tega banget lo ninggalin! Sebel gue!"

Deon yang menyaksikan interaksi dari kedua sahabatnya itu tertawa.

Aldebaran [HIATUS]Where stories live. Discover now