"Van,"
"hmmm.." Vano sibuk mengetik sesuatu di ponselnya karna mas Babas ditelponin gak ngangkat. Mereka ini udah di bandara mau balik ke Malang dan ntar minta jemput. Iya mereka cuma sebentar di Jakarta, selama di Jakarta pun Kevan malah nginep di rumahnya Rena karna percuma di rumah mewahnya dia cuma sendirian. Papanya sedang sibuk mengurusi yayasan yang baru beliau dirikan, apalagi mamanya yang sebagai kepala departement bedah sudah kembali lagi ke rumah sakit, abangnya yang mempunyai sebuah bisnis sendiri juga tidak kalah sibuknya.
Jadi Kevan lebih memilih menginap dan stay di rumah Renata, menemani ayah memancing dan bunda berkebun apalagi Samantha, adik Renata yang baru SmP sudah pulang setelah mengikuti kegiatan perkemahan di sekolahnya.
Makin betah Kevan di rumah Rena, cowok itu sudah dianggap seperti anak lelaki ayah dan bunda sendiri.
"Kalo gak ada yang jemput, pesen grab atau gojek aja."
"Jauh anjir jalannya, Tiffany ntar yang jemput. Nih anaknya mumpung nganggur,"
Renata terdiam. Sumpah dia langsung terdiam denger nama yang baru diucapin sama Kevan.
***
"Ta, gue lupa mau nanya,"
Rena yang padahal udah mau merem bentar jadi membuka matanya, "apa?"
"Tiffany,"
Sumpah ya, nama itu bagi Renata udah kaya nama kematian aja. Tiap denger soalnya bikin spot jantung mulu.
"Ke-napa?"
"Itu pas SmP kan dia kena bully sama mantannya,"
Nick. Batin Rena.
"Gue penasaran orangnya dimana sekarang, cowok lo siapa tau ngerti keberadaan tuh bajingan." Cerocos Kevan,
"Nickolas udah ga di indo, dia udah lama pindah ke Thailand." Ungkap Rena mencoba cuek tapi tidak sadar malah bikin Kevan memercing curiga.
"Kok lo tau nama mantan sodara gue Ta??"
Rena bodoh karna menggali kuburannya sendiri, cewek itu kebingungan sendiri sampai akhirnya mutusin jujur dan cerita semuanya ke Kevan.
Bagaimana dia mengejar Amir, jatuh cinta sedalam-dalamnya pada seorang Farahmir dan ketakutan sedirian dihantui bayang-bayang cinta pertama pacarnya.
Semua Renata ceritakan pada seorang Kevano Benara yang notabennya adalah saudara cinta pertama pacarnya.
"Gue bodoh banget kan Van?" tanya Rena, tidak terasa dia menumpahkan semua bebannya tentang Amir pada Kevan.
Kevan mengangguk, "ga cuma bodoh, lo juga gila. Itu namanya bukan lagi bucin tapi masuk kategori psycho Ta!"
Cowok itu memegang pipi Rena dan memaksa Rena melihat kedua matanya. "Pada akhirnya lo tetep akan kesakitan kalo maksain, janji sama gue lo ga akan menyakiti diri lo sendiri cuma gegara Amir. Stop minum pil-pil sialan itu Ta!! Lo punya gue, punya warga Kosan yang selalu peduli. Liat ketulusan mereka seperti gue menganggap mereka."
Kalimat Kevan bikin air mata Renata ngalir pelan, di rumah dia ga pernah bisa seleluasa ini bercerita tentang Amir pada kakaknya ataupun bundanya. Yang keluarga Rena tau memang anak keduanya itu sangat mencintai seorang Farahmir dan tidak dapat diganggu gugat.
Sampai masuk tahun ketiga ini pun baru obsesi Renata pada Amir mulai berkurang karna kehadiran Kevan, Johan, Jeanara sama Rose di kosan. Seketika Renata berubah.
Bagi Sabrina, dulu pertama kali waktu kenalan sama Rena rada males liat betapa bucinnya Renata ke Amir, tapi pas udah sekosan cewek itu melihat hal lain dalam diri Renata. Sabrina yang memang pernah belajar ilmu psikolog melihat bahwa Rena punya kepribadian yang sulit didekati namun aslinya butuh banyak perhatian.
Dan ya, Sabrina yang banyak mengajarkan Rena bahwa hidup cewek itu tidak harus berpusat hanya pada Amir, dia mengajak Rena shoping, holiday, nongki dan lain-lain. Dia juga yang sering ngajarin Rena biar terbuka sama anak-anak kosan yang lain termasuk sama Kevan, sejauh ini Rena lumayan bisa banyak berubah.
"Hidup lo bukan cuma buat Amir, masih ada bunda, ayah, Ka Vio sama Mantha termasuk gue sama anak-anak yang lain," Kevan mengelus lembut pipi Rena dan tiba-tiba aja batin cowok itu berteriak,
'Coba lo liat gue Ta,'
***
Buka lapak tida ya,
duda keren dengan tiga orang anak yang mencoba menarik hati seorang guru dance di sekolah anak-anaknya.