Pertemuan Kedua
×××
Ada hal asing yang dilihat Gio saat pertama kali membuka matanya, yaitu wajah seorang gadis berponi yang sedang menatapnya secara terang-terangan.
"Ayah, mas-nya udah bangun!" Teriak Jani begitu Sergio berhasil membuka matanya.
Ayah Jani pun segera datang dan memeriksa keadaan Gio. "Ada yang luka nak? Atau kamu masih ngerasa nggak enak badan?"
Sergio masih kelihatan kebingungan. Seolah paham dengan ekspresi itu, ayah Jani, Yudha, menjelaskan kejadian semalam pada Gio. "Kamu semalam pingsan nak, bapak yang bawa kamu kesini. Kamu mabuk waktu itu, dan bapak nggak tau harus ngantar kamu kemana."
"Shh..." Gio berusaha bangun dari tidurnya sambil memegang kepalanya. "Makasih, Pak, tapi saya harus pergi sekarang."
"Mau kemana kamu? Keadaanmu saja belum baik, ayo kita sarapan dulu," Yudha beralih menatap Jani. "Jani, ibumu sudah selesai masak?"
Jani mengangguk. "Udah yah,"
"Ayo nak sarapan dulu, baru setelah itu kamu bisa pulang."
Awalnya Gio berniat untuk menolaknya, tapi tangan Yudha lebih dulu terulur ke arahnya untuk membantu Sergio bangun dari atas kasur. Mau tidak mau akhirnya Sergio hanya menurut, berjalan mengekor pada Yudha yang memimpin jalannya menuju ruang makan. Sedangkan Jani sendiri mengawasi Sergio dari belakang, takut cowok itu akan terjatuh.
"Bu, udah masaknya?" Tanya Yudha pada seorang wanita paruh baya yang menampilkan senyum hangatnya.
"Udah, Yah, ayo kita berempat cepet sarapan. Nanti supnya jadi keburu dingin dan enggak enak."
"Ayo nak duduk dulu," Yudha membantu Gio menarik salah satu kursi dan membiarkan cowok itu duduk disana. "Sarapan yang banyak, biar kamu kuat lagi."
"Biar, Mas-nya nggak pingsan lagi kayak semalem," celetuk Jani yang duduk tepat di sebelah ibunya.
Gio hanya menatap Jani sekilas, tak menaruh minat apa-apa saat melihat wajah gadis itu. Ia hanya memikirkan bagaimana caranya sarapan dengan cepat agar ia bisa kembali ke apartemennya.
"Kok ngelamun?" Ibu Jani bersuara. "Sini ibu ambilin,"
Sita kemudian mengambil piring Gio dan mengisinya dengan bubur yang sengaja ia buat. Melihat Yudha membawa Gio semalam, wanita itu yakin sekali bahwa Sergio pingsan karena alkohol yang dikonsumsinya. Maka dari itu, pagi tadi Sita sengaja membuat bubur pereda pengar supaya Gio merasa baikan.
"Kamu makan bubur ini," Sita menyerahkan piring yang sudah berisi bubur itu kepada Gio. "Ini bukan sembarang bubur loh. Kalo tante yang buat, bubur ini jadi ada khasiatnya."
"Kok cuman mas-nya aja yang dikasih bubur, bagian Jani mana bu?"
"Kamu kan nggak lagi mabuk, kenapa ibu harus kasih kamu bubur?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear, Jani
Romance[PROSES REVISI] Jani hanyalah seorang gadis biasa yang tidak terobsesi dengan dunia maya. Akrab dengan aroma kopi juga musik sebagai teman hidupnya selama duduk di bangku perkuliahan. Tak ada yang istimewa dari dirinya, menurut Jani begitu. Tapi tid...