Pesanan Bagas
×××
Setelah kelas terakhir, Gio berniat untuk segera pulang menuju apartementnya namun sayang sebelum ia benar-benar melakukan hal itu, Bagas lebih dulu mengacaukan isi pikirannya untuk bersantai.
"Yo, nemuin Jani lagi yok!" Bagas tiba-tiba datang sambil merangkul bahunya.
Gio reflek memberikan tatapan sinis pada cowok itu, namun Bagas justru hanya cengar-cengir saja. "Gue nggak mau ya dianggep homo sama orang-orang," Gio melirik tangan Bagas tak kalah tajam. "Lepasin."
"Sinis amat sih lo!" Bagas buru-buru menarik tangannya sebelum Gio berbuat kejam padanya. "Emang temen iblis ya lo doang, Yo!"
"Bodo amat!" Lantas Gio tetap meneruskan langkahnya, mengabaikan raut masam Bagas.
Sedangkan Bagas buru-buru mengikuti langkah Gio sambil merengek padanya, meminta Gio untuk kembali pada kafe tempat kerja Jani. Entah tujuannya apa, namun Gio yakin betul jika Bagas hanya akan mempermalukannya disana.
"Ayolah, Yo!" Rengek Bagas.
"Lo naksir sama Jani? Yaudah elo aja yang ke sana sendiri!" Tandas Gio seraya membuka pintu mobilnya.
"ENGGAK!" Bagas berteriak tepat di depan wajah Gio. "Gue udah ada calon dan itu bukan Jani,"
"Yaudah santai aja, enggak perlu ngegas juga di depan wajah gue!" Sungut Gio. "Kalo lo mau pulang gue tebengin, tapi kalo lo nyuruh gue buat ke kafe, sorry gue lagi enggak mood buat menuhin permintaan konyol elo."
"Gue ngapain pulang? Biasanya juga gue selalu nginep di apartemen elo,"
"Yaudah ayo balik, muak gue disini,"
"Dimana-mana pasti elo juga udah muak!" Cicit Bagas.
Gio hanya menghela napas berat, lelah menanggapi ocehan temannya yang satu itu dan memilih untuk segera masuk ke dalam mobil. Masa bodo dengan Bagas yang akan mengikutinya atau tidak, yang penting ia ingin cepat-cepat beristirahat.
"Ini anak emang bahan dasarnya batu, keras banget!" Umpat Bagas begitu Gio menyalakan mesin mobilnya, dan ia cepat-cepat memutari mobil untuk duduk di samping Gio.
Akhirnya Bagas melupakan permintaannya untuk pergi ke kafe Jani dan memutuskan untuk kembali ke apartemen Gio. Dengan raut wajah yang ditekuk, Bagas memasang sabuk pengaman sambil sesekali mengomel. Sementara itu Gio masih acuh saja, ia buru-buru menggas mobilnya hingga mobilnya berhasil keluar dari pelataran parkir kampusnya.
×××
Bagas berguling di ranjang besar milik Gio seraya memainkan ponselnya. Tangannya seperti sedang mengetikan sesuatu tanpa memperdulikan Gio yang sedang merokok di balkon apartemennya.
"Lama gak ya?" Gumam Bagas.
"Ngapain lo?" Gio menatap Bagas dengan satu alis yang terangkat. "Pesen makanan?" Tebaknya.
"Kepo lu kayak dora!" Sewot Bagas.
"Ya ya ya, bacod!" Kesal Gio, lalu kembali memandang ke arah luar pemandangan dari atas sana.
"Gue mau berak dulu, entar kalo pesenan gue udah dateng tolong bayarin dulu," ujar Bagas yang sudah berlari kecil menuju kamar mandi.
"Pengen gue lempar aja elo dari atas sini, Gas. Taek banget jadi orang!"
"HAHAHAHA!" Gelak tawa bagas memenuhi suasana apartemennya yang selalu sepi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear, Jani
Romance[PROSES REVISI] Jani hanyalah seorang gadis biasa yang tidak terobsesi dengan dunia maya. Akrab dengan aroma kopi juga musik sebagai teman hidupnya selama duduk di bangku perkuliahan. Tak ada yang istimewa dari dirinya, menurut Jani begitu. Tapi tid...