Bab 15

116 24 6
                                    

"Jangan tutup hatimu, nanti tidak ada seseorang yang akan mencintaimu."

-Athena Putri Senjani

×××

Petualangan dunia Jani

×××

Begitu berhasil membungkus tubuh mungilnya dengan jaket berwarna hitam, Jani keluar rumah bersama Gio tak lupa sebelum itu Jani mengunci rumahnya.

"Mau kemana?"

"Mas Gio udah makan?"

"Kenapa? Mau beliin gue gitu?"

"Kalo mau ayo aja,"

"Yaudah gue mau,"

"Kepaksa nggak? Kalo kepaksan, aku-nya yang nggak mau,"

"Cerewet!" Gio berdecak, lantas menggiring Jani menuju mobilnya setelah Jani brrhasil mengunci pagar rumahnya juga. "Duduk, jangan ngebacot mulu!"

"Dasar pemarah!"

Namun Gio tidak menanggapi. Cowok itu lebih sibuk menyalakan mesin mobilnya daripada melihat wajah Jani yang sedikit ditekuk.

"Jadi, mau kemana? Ngomong yang jelas, nggak perlu panjang kali lebar!"

Dalam hati Jani terkikik geli. Meskipun ia tahu Gio itu sangat tempramental, tapi ia tetap ingin menggodanya.

"Keluar dari sini, lurus sampe ketemu perempatan jalan raya, baru belok kanan,"

Lalu tanpa mengucapkan apa-apa lagi, Gio segera menjalankan mobilnya ke tempat yang Jani maksud. Entah mau diajak kemana lagi, Gio menurut saja. Padahal dalam hati ia tahu, kemana saja Jani membawanya pergi, pasti akan ada sesuatu yang berbeda.

Di mata Gio sekarang, Jani memang begitu. Berbeda sekali saat ia pertama kali bertemu dengan Jani. Rasanya melihat gadis itu saja sudah sangat tidak menarik di matanya. Apalagi senyumnya yang terkadang membuatnya muak. Namun kini tidak lagi.

Gio salah. Gio sudah menjilat ludahnya sendiri. Kini, dirinya benar-benar jatuh ke dalam pesona Jani walaupun hanya dengan hitungan beberapa hari saja.

"Mas Gio, cenayang?"

"Ha? Maksud lo?" Gio menoleh sebentar ke arahnya. "Nggak usah main tebak-tebakan sama gue, males banget!"

"Tadi pagi aku bilang ke ibu, kalo mas dateng bangunin aku aja. Padahal 'kan aku cuman asal ngomong aja, eh datang beneran,"

"Serius lo ngomong gitu?"

"Iya," Jani mengangguk. "Soalnya udah lama nggak ketemu sama, mas Gio."

"Lo sendiri yang ngilang, lo sendiri juga yang kangen gue,"

Dengan polosnya Jani menatap Gio seraya berkata, "Emang mas Gio nggak kangen aku juga? Kalo enggak sih, yah aku kecewa berat."

Deg ... deg ...

Jantung Gio kembali berdetak cepat. Wajahnya seakan panas mendengar ucapan Jani yang lagi-lagi membuat jantunya melorot. Sungguh ia tidak suka Jani yang begini. Benar-benar membuatnya merasa aneh.

"Jaga ya mulut lo! Siapa juga yang kangen sama lo?!"

"Tapi kenapa, mas Gio, tadi mampir ke rumah? Bukannya, mas Gio, barusan bilang kalo nggak kangen sama aku?"

Dear, JaniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang