12

4.8K 347 4
                                    

Halo..
Hanya sekedar mengingatkan
Ini konten dewasa..
.
.
.

Yakugawa pov...

Harada...
Dia mendekatiku..
Menggenggap pisau yang berlumur darah dengan erat...
Tatapannya ....
Tatapannya membuat tubuhku kaku...
Dia berlari...
Dia berniat membunuhku...

Aku terbangun dari mimpiku, melihat sekeliling, aku berada di tempat tidur rumah sakit, mendudukkan tubuhku yang semula berbaring.

Aku merasakan perutku yang keram, lubang dubur ku sakit, aku ingat sakit di tubuhku ini karena kejadian kemarin di gedung sekolah.

"Ah syukurlah kau sudah bangun"

Suara ryuko di balik pintu, melangkah masuk dan membawa bingkisan berupa biskuit dan susu, meletakkannya di meja dekekat tempat tidur, menarik kursi dan duduk di dekat tempatku berbaring.

Menarik tanganku dan mendekatkan ke pipinya yang hangat.

"Apa kau baik baik saja ?"

Tanyaku melihatnya sambil mengusap pipinya yang memerah, dia mengangguk.

Wajahnya yang semula senang berubah, senyum itu hilang dan berganti amarah, amarah yang cukup besar.

"Apa perlu aku membunuhnya di depanmu ? Sayang?"

Perkataannya membuat tubuhku merinding, dia mencium beberapa kali tanganku.

"Jangan lakukan itu.."

"Dia sudah berani melukaimu, dia dan temannya sudah mengambil keperjakaanmu!!"

"Ku mohon hentikan pikiran jahatmu"

Dia menepis tanganku, menarik kasar baju rumah sakit yang ku kenakan .

"Apa kau lupa, yang jahat itu mereka, para baj*ngan itu harus di beri pelajaran!, Mulai besok aku akan membunuhnya, kau takkan bisa mencegahku"

Aku menampar pipinya dengan keras, aku terpaksa melakukannya, dia tertunduk, masih dalam posisinya, aku mengangkat wajahnya yang merah sebelah karena tamparanku.

"Kenapa... Kau..."

Belum selesai dia berbicara, aku mendaratkan bibirku, bukan biasanya dia begini, ciumanku tak berbalas, dia hanya diam.

"Maafkan aku, ini terpaksa ku lakukan karena pikanmu yang gelap itu"

Dia menatapku, tatapannya dalam sekali.

"Aku tak mau tangan ini ternodai, aku tak mau tangan yang indah ini akan penuh dengan dosa.. ku mohon mengertilah"

Matanya berkaca kaca, meneteskan beberapa air mata, mengalihkan pandangannya dan mendudukkan tubuhnya.

"Kita akan cari jalan keluar, dengan cara yang benar.. ya ?? Ryu..??"

Menenggelamkan wajahnya yang basah karena air mata, dia mengangguk pelan.

"Bisakan aku meminjam ponselmu?"

"Untuk apa ?"

Suara parau keluar dari mulutnya, dia menggosok matanya.

"Menelfon ibuku"

"Tidak!"

Potongnya cepat.

"Apa yang terjadi jika ibumu tau?"

"Lebih baik ibuku mengerti tentang situasiku, aku tak mau masalah ini tambah panjang"

****

Ibu berlari dari balik pintu, dia menangis, menanyakan beberapa kali kondisiku.

POSESIF (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang