Juni, 2007
Hari itu adalah pagi paling spesial menurut Megi karena hari itu adalah hari pertama Megi masuk SMA. Sedari pagi Megi sudah siap dengan segala tetekbengek perlengkapan MOS yang membuat siapapun yang melihat pasti mengira Megi orang gila. Topi kerucut yang dihias dengan tali rafia, gelang tangan dan kalung dari bawang putih, tas kardus, dan kaos kaki warna kuning dan hijau.
Jaman itu adalah jaman senioritas tingkat dewa dimana undang-undang perpeloncoan masih belum marak diperbincangkan. Lebih dari itu Megi merasa teramat bahagia karena setelah 9 tahun terjebak drama satu sekolah dengan makhluk jadi-jadian bernama Elga Syahrza mulai hari itu dia akan terbebas, mengapa demikian? Kemarin saat pengumuman tes tulis Megi sudah melihat sendiri tidak ada nama Elga di papan pengumuman lebih lagi cowok itu terlihat menunduk kaku dan Tante Anita—ibunya terlihat menepuk pundak anaknya memberi semangat.
Teman-teman yang dulu satu sekolah dengan Megi juga ikut membenenarkan bahwa anak badung itu tak lolos di SMA Pancasila. Megi sebenerarnya ikut simpati tapi dia juga tak bisa bohong bahwa sebagaian dari hatinya bereforia karena akan terbebas dari Elga. Cukup masa-masa SD dan SMP—nya yang harus hancur lebur diisi dengan gangguan dan ejekan Elga. Sekarang biarkan Megi bahagia di masa SMA—nya, siapa tau kisah SMA—nya bisa semanis kisa Cinta dan Rangga di film Ada apa dengan cinta (AADC) uhuyyy.
Pukul enam lewat lima belas Megi sudah duduk anteng di kelas X-C, masih cukup pagi untuk ukuran Megi yang notaben bukan siswa yang rajin-rajin amat. Dia pikir dia yang akan menjadi siswa yang pertama kali datang, ternyata saat dia masuk di kelas sudah banyak anak yang berdatangan, ternyata bukan hanya Megi yang excited di hari pertamanya memasuki masa abu-abu.
Kaki Megi mengarah menuju Meja paling depan dekat meja guru, gadis dengan rambut dikepang tersenyum melihat Megi yang berjalan ke bangkunya, "Hai, gue boleh duduk sini gak?"
"Boleh, kosong kok!" jawab gadis itu riang.
Megi mengulurkan tangan, "Gue Megi"
"Rasti"
Keduanya sama-sama tersenyum dengan cerah, seolah mereka sudah mengenal sejak lama. Siapa yang menyangka perkenalan singkat mereka akan menakdirkan mereka untuk menjadi sahabat hingga sepuluh tahun mendatang.
Brakkk...
"Dek, cepet dek ke lapangan. Gak pakek lelet!!" Kakak kelas dengan wajah garang berdiri di depan pintu dengan wajah garang membuat seluruh anak yang ada didalam kelas lari terbirit-birit menuju lapangan, tak terkecuali Megi.
"Gila, hari pertama ajah udah senam jantung." gerutu Megi dengan napas ngos-ngossan, gak tau apa badan Megi yang segede gajah sumatra ini susah buat diajak maratonan.
"Semuanya baris yang benar, kalau nggak saya suruh kalian lari keliling lapangan." Bentak satu kakak kelas dengan muka yang udah mirip preman di pasar ikan. Semua siswa baru kincep tak ada satu orangpun yang berani berbicara bahkan saking takutnya bernapas ajah mereka hati-hati.
"Bro, ada yang berani-beraninya telat nih!"
Seluruh siswa yang ada di lapangan langsung kasak-kusuk ingin tau dengan siswa baru yang punya nyali besar untuk telat di hari pertama MOS.
"Siapa nama kamu?" bentak si kakak osis bermuka preman.
"Elga Syahreza, kak."
Mulut Megi seketika mengang, "Dih, gak mungkin banget, pasti becanda ini, pasti kuping gue yang bermasalah" gumam Megi berusaha menghibur dirinya sendiri.
Dengan tidak tau diri tubuhnya segede gentong Megi berusaha nyempil diantara teman-temannya yang sekarang sudah bergerombol ingin tau dengan wajah si anak badung. Akhirnya dengan perjuangan ekstra Megi bisa sampai dibarisan paling depan dan seketika rahang Megi mau jatuh seketika saat melihat seorang anak laki-laki berperawakan tinggi tegap berdiri dengan kilat jahil saat matanya bersibobrok dengan mata Megi.
"Hai, dut!" katanya sambil menyeringai penuh makna.
"ANJINGG!" tanpa sadar Megi berteriak keras membuat seluruh siswa melihat Megi, tak terkecuali kakak-kakak osis bertampang preman tadi.
"Siapa yang berani bicara kotor barusan?" kata si kakak osis, "Cepat ngaku atau kalian semua akan saya hukum" ancamnya membuat Megi seperti mau ngompol di celana.
Baru satu hari dia sekolah dan dia harus terkena masalah gara-gara Elga, terus gimana dia harus menghabiskan tiga tahun lagi masa SMA nya bersama Elga. Oh God, ini mimpi buruk. Benar-benar mimpi buruk. Lenyap sudah hayalan Megi tentang masa SMA-nya yang bakal seindah film AADC, pokok ini gara-gara Elga, salah Elga pokoknya.
Megi gak mau akhirnya maju, meskipun keringat dingin sudah membanjiri tubuh. Sedangkan Elga dengan tampang tak berdosa malah menyeringai jahil sambil dadah-dadah menyambut Megi yang sekarang ikutan berdiri di tengah lapangan bersamanya.
"Siapa nama kamu?" Tanya si kakak osis berwajah preman.
"Megi Gementari" cicit Megi tak berani menatap si kakak osis.
"Kamu ngatain saya barusan? Gak terima karena saya mau hukum dia?"
"Nggak, kak. Saya gak sengaja."
"Alasan! Sekarang kalian bersihkan sampah diseluruh sekolah, sampai bersih. Sampai saya tau ada satu sampah yang tersisa, saya tambahi hukuman kalian."
"Baik, kak!" seru Megi dan Elga kompak, sepetinya percuma saja Megi protes yang ada nanti hukumannya akan bertambah buruk. Jadi untuk sekarang Megi akan diam saja dan pasrah.
***
Megi sedari tadi diam saja, berusaha sok sibuk memunguti sampah-sampah di belakang sekolah. Meskipun tangannya sudah gatal ingin mencakar-cakar muka Elga.
"Hai, Meg. Seneng deh satu sekolah sama lo" Elga akhirnya membuka suara.
"Gue yang gak seneng" jawab Megi sarkatis, "Pokoknya semua ini gara-gara lo, gue di hukum salah lo" kata Megi mulai mengeluarkan unek-uneknya.
"Ye, enak aja, lo yang ngomong jorok kok gue yang disalahin?!"
Megi mengerang frustasi, Elga ini kalau di suruh ngeles kayak bajaj Elga ini jagonya, memutar balikkan fakta seolah-olah Megi yang salah itu jadi keahlian Elga, "Ih, pokoknya salah lo.. salah lo.." Megi menghentakkan kaki penuh emosi, dari pada dia makin darah tinggi kalau ngomong sama Elga lebih baik Megi pergi.
"Dut, mau kemana?"
"Ke neraka"
"Titip salam buat malaikat Malik. I love you full" Elga tertawa dengan kerasnya sama sekali gak merasa bersalah. Sedangkan Megi Cuma bisa menggeram kesal sambil berdoa dalam hati semoga Elga keselek ludahnya sendiri dan mati di tempat.
Megi keselll.. kenapa harus satu sekolah lagi sama Elga? Apa gak bisa dia hidup tenang tanpa gangguang si Elga?.
***
Orang sering menyebut masa SMA sebagai masa putih abu-abu. Dan benar saja, masa itu benar-benar serba abu-abu. Masa depan yang abu-abu, kisah cinta yang abu-abu, jalan yang diambil juga abu-abu. Masa itu benar-benar menjadi titik kegamangan para remaja.
Tapi, ditengah kegamangan itu kata orang masa itu benar-benar menjadi masa paling indah. Megi setuju dengan itu, meskipun tidak semuanya berjalan manis. Tapi, Megi banyak belajar dari masa putih abu-abu itu.
***
Hai, semua.. lama sekali aku gak abdet yaa..
Maaf ya teman-teman aku sekarang lagi riweh sama ngajar. Mungkin teman-teman yang kuliah jurusan FKIP akan sangat paham sekali dengan apa yang aku rasakan huhuhu..
Belum lagi judul yang belum di acc dosen, itu benar-benar buat aku frustasi. Mungkin teman-teman disini ada yang senasib denganku, atau sudah melewati masa frustasi dengan skripsi, boleh banget bagi pengaman sama aku.
Aku sangat ingin berteman dan berkenalan dengan kalian, mungkin kalian bisa meninggalkan jejak vote dan coment supaya kita bisa kenalan.
Oiya, aku dari Jember, adakah teman-teman disini yang orang jember atau orang sekitar jember, atau misal kalian ke Jember bisa kirim pesan ke aku, mungkin kita bisa ketemu terus main bareng hehehe..
Untuk abdet selanjutnya aku gak mau menjanjikan akan cepat. Tapi aku akan berusaha agar cerita ini tidak menggantung terlalu lama.

KAMU SEDANG MEMBACA
XXL!! So, What??
General FictionElga adalah manusia yang paling Megi benci setengah mampus. Manusia paling gak guna yang menghancurkan masa kanak-kanak dan masa remaja Megi. "Woy Meg, emak lu waktu hamil makan apaan, sih?" "Ya mana gue tau bego" "Gue yakin emak lu makannya bukan n...