Mobil Elga berbelok memasuki komplek perumahan kemudian berhenti disebuah rumah bercat coklat bergaya minimalis. Tampak gerbang bercat hitam ditumbuhi tanaman mandevilla yang merambat dipagar, tidak hanya itu berbagai jenis bunga tampak menghiasi halaman rumah semakin memberi kesan asri.
"El, ini rumah siapa?"Elga Cuma menoleh sambil memandang Megi dengan tatapan dalam, "Heh bolot, aku lagi ngomong sama situ. Ini rumah siapa?" tanpa menghiraukan ocehan Megi Elga langsung turun dari mobil seolah lupa dia tadi ngangkut satu manusia gorila.
Megi mencebik kesal, dasar manusia labil. Sebentar baik, sebentar nyebelin. Apasih mau orang ini?. Megi menghentakkan kaki kesal meskipun kakinya tetap melangkah mengikuti Elga.
"Bunda, ada tamu!" teriak Elga seraya membuka pintu.
Bisa ditebak Megi sudah mendelik dengan ekspresi tak terbaca. Astaga naga, manusia sinting itu, bisa-bisanya malah membawa Megi kerumahnya. Megi mengacak-acak rambutnya dengan frustasi bingung harus bagaimana. Mau kabur tapi mau kabur kemana, Megi ajah gak tau dia lagi di daerah mana.
"Siapa, bang?!" belum selesai mengambil keputusan seorang perempuan paruh baya dengan daster muncul dari pintu bagian belakang.
Megi Cuma menyengir, "Asalamualaikum, tante Lastri. Ini Megi tante, masih ingat gak?"
"Walaikumsalam, masyaallah, ini bener Megi anaknya bu Hayati?" Megi tersenyum meraih tangan ibu Elga untuk bersalaman, rasanya sudah lama sekali Megi tidak melihat perempuan yang tetap terlihat cantik diusianya yang tidak lagi muda.
"Masyaallah, geulis pisan si eneng. Dulu si sapi yang sering dijailin abang sekarang sudah berubah jadi tuan putri."
"Ah ngga tante, sama ajah. Malah kata Elga sekarang aku tambah parah, mirip kingkong abis beranak tiga."
"Ish si abang emang bodo kalau disuruh muji cewek. Tambah bohay si eneng atuh, pasti banyak yang naksir. Masih jomblo apa udah taken si eneng?"
Megi lagi-lagi Cuma menyengir salah tingkah jadi keingetkan sama si cabul Hilman, "Belum ada tante"
"Wah bagus, mau gak sama si abang? Dia bujang lapuk disuruh nikah gak mau, capek tante yang bujukin dia. Gak tau mamanya udah pengen cepet-cepet gendong cucu"
"Bundaa..." Elga Cuma bisa menggerutu sambil berlalu menuju lantai dua.
"Tuh, denger sendiri, pasti ngomel kalo udah disinggung masalah nikah. Bunda meninggal baru nyesel gak mau nurutin bundanya"
"Bundaaa" tegur Elga dari arah tangga.
"Yuk ke belakang lebih adem, bentar lagi tante masakin kue kesukaan Megi"
***
Megi duduk digazebo yang ditaman belakang rumah Elga dengan nyaman, suasana asri membuat pikiran Megi yang awalnya kusut menjadi lebih fresh meskipun tidak menutupi bahwa dia masih memikirkan kata-kata Hilman yang begitu menyakiti hatinya. Astaga, seumur hidup sekalipun orang sering menjadikan bentuk tubuhnya sebagai lelucon tapi dia gak pernah merasa sesakit hati ini.
"Hey, mikirin apa?" tegur Elga memecah keheningan dengan tangan membawa nampan berisi jus mangga dan irisan brownis yang bikin Megi langsung ngiler.
"Gak ada" jawab Megi berusaha bersikap biasa-biasa saja, "Wah tau banget gue lagi ngidam brownis, udah lama banget gue gak makan kue buatan tante"
"Yaelah ndut, lu mah apa yang gak doyan. Tai kambing di kecapin ajah doyan"
"Kurang ajar" Elga nyengir melihat muka Megi yang terlipat sebal. Mungkin Elga dan segala keusilannya udah mendarah daging sampai-sampai kalau sebentar ajah gak ngusilin orang dia bakal mati kejang-kejang. Kayak sekarang berenti ngusilin Megi dia pindah ngusilin kucing gendut yang lagi bobo.
KAMU SEDANG MEMBACA
XXL!! So, What??
General FictionElga adalah manusia yang paling Megi benci setengah mampus. Manusia paling gak guna yang menghancurkan masa kanak-kanak dan masa remaja Megi. "Woy Meg, emak lu waktu hamil makan apaan, sih?" "Ya mana gue tau bego" "Gue yakin emak lu makannya bukan n...