Bab 8 - Kencan Buta

685 66 4
                                    


Tanpa edit, typo dimana-mana

***

Jam sudah menunjukkan pukul sepuluh, minggu pagi yang biasanya Megi agendakan buat leyeh-leyeh manjah sambil nontonin oppa-oppa gans (ganteng) sampek mabok harus rela dia buang jauh-jauh. Sejak subuh tadi mama Megi sudah menerornya dengan telepon bin repetan panjang lebar yang menyuruh Megi untuk datang kencan buta dengan salah satu anak teman arisannya.

Seperti yang sudah di rancang oleh sang mama, Megi sudah sampai disebuah restoran jepang di kawasan Sudirman. Dres bermotif floral dengan stiletto hitam makin mempercantik penampilan Megi. Sebenarnya ini bukan kencan pertama Megi. Beberapa kali Megi menuruti sang mama untuk datang ke acara konyol berkedok kenalan. Bhak, ujung-ujungnya tujuannya cari mantu juga.

"Permisi, mas Hilman?"

Katanya namanya Hilman, pegawai disalah satu BUMN sebagai staf keuangan, usianya 38 tahun dan sedang mencari istri. Astaga, kadang Megi berpikir apa dia setidak laku itu hingga harus mamanya yang mencarikan dia jodoh. Apa sebegitu buruknya Megi hingga tidak ada satupun laki-laki potensial yang mau mendekatinya.

"Dik Megi?"

Laki-laki berkemeja putih dengan perawakan berisi menyambut Megi dengan ramah, tapi tunggu, sepertinya ada yang salah dan membuat Megi makin tak nyaman dengan tatapan laki-laki itu yang mengarah pada.. dada Megi. Oh, Shit.

"Iya, saya Megi" cicit Megi dengan ekspresi ingin kabur dari tempat ini sekarang juga.

Setelah duduk dan memesan makanan Megi lebih memilih diam, sejak tadi obrolan lebih banyak didominasi oleh Hilman atau bisa dibilang sejak tadi hanya Hilman yang asik bercerita tentang pekerjaannya, kekayaannya, prestasinya, lalayeyehahahihi, sedangkan Megi Cuma sebagai pendengar setia yang manggut-manggut pura-pura paham sambil tersenyum ala kadarnya.

Megi makin belingsatan saat Hilman mulai berani menatap tubuh Megi secara terang-teragan dengan ekspresi mesum yang ingin sekali Megi tonjok. Astaga, apa benar orang seperti ini yang dipilihkan mamanya sebagai jodoh Megi.

"Apa dik Megi sudah diberitahu oleh tante Lastri mengenai maksud saya?" Megi mendongak kemudian lagi-lagi menanggapi dengan senyum canggung, "Usia saya sudah 38 tahun dan saya bermaksud untuk menjadikan dik Megi sebagai istri saya"

Audzubillah, Megi tidak menyangka bahkan dipertemuan pertama mereka Hilman berani sekali berkata seperti ini.

Megi menggaruk tengkuknya makin salah tingkah, selama ini dia selalu menghayal laki-laki yang mengajaknya untuk menikah adalah laki-laki yang kelak akan menjadi suaimnya, bukan malah makhluk astral seperti ini, "Begini mas, kita baru bertemu satu kali bukankah alangkah lebih baik kalau kita saling mengenal kepribadian masing-masing dulu"

"Tidak perlu kenal-kenalan terlalu lama, mas sudah srek dengan dik Megi" astaghfirullah setan dari mana ini, iye lu srek, gue? Ogah!.

"Body dik Megi itu benar-benar selera saya,"

"Misal dik Megi menjadi istri saya nanti adik akan saya kasih uang untuk diet"

Astaga Megi benar-benar jengah dengan obrolan macam ini. Megi tidak menyangka ada jenis manusia yang tak memiliki otak seperti si Hilman ini.

"Saya yakin sekali setelah dik Megi diet pasti adik akan tambah seksi apalagi dengan 'itu' dek Megi yang padat dan berisi"

Megi tersenyum jengah dengan muka memerah menahan amarah. Sudah cukup stok kesabaran Megi sudah habis. Tanpa pikir panjang Megi ambil gelas minuman miliknya kemudian dia arahkan ke wajah Hilman. Bodo amat jika Megi bakal jadi pusat perhatian seluruh pengunjung di restoran ini atau bahkan jadi viral di instagram dan jadi trending di youtube, pokoknya Megi harus memberi pelajaran yang setimpal untuk mulut kurangajar laki-laki ini.

XXL!! So, What??Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang