Dulu saat Megi masih kecil dia pernah bercita-cita ingin menjadi presenter tipi macam penyiar berita TVRI, kemudian saat SMP berubah jadi model, saat SMA berubah lagi jadi pramugari, dan endingnya dia kerjanya jadi guru. Emang gak tau diri banget sih cita-cita Megi, badan se gede gajah sumatra cita-citanya pengen jadi mbak-mbak syantik yang bodinya cem gitar Spanyol yang sekali di hempas angin langsung melayang ke Antartika.
Lantas, apa Megi merasa menyesal dengan pekerjaan yang dilakoninya sekarang? Entahlah, kadang Megi merutuki kenapa dia bisa bernasip menjadi seorang guru, padahal dulu sedikitpun tak pernah terbersit menjalani profesi ini. Tapi, kalau melihat nasib banyak sarjana yang masih menganggur di luar sana Megi malah bersyukur masih ada tempat yang mau menampungnya mencari sesuap nasi. Setidaknya Megi gak malu-malu banget untuk dipamerin oleh Ambu*nya pada para tetangga atau saat arisan keluarga.
"Woy, Megi, masam kali muka kau sudah macam ketek saja. Apa pula yang kau pikir?" tegur Pak Togar salah satu rekan guru di tempat Megi mengajar.
Megi yang lagi bertopang dagu sambil mengemil kripik Cuma melirik dengan malas, "Mikir jodoh pak, kenapa jodohku belum datang-datang juga."
"Tak usah terlalu kau pikir masalah jodoh kalau sudah waktunya pasti datang sendiri."
Megi mencebikkan bibir, "Enak bapak bilang gitu, buntutnya sudah tiga. Lah, saya umur udah segini, tiap pulang ke Tasik selalu ditanya, Megi mana calonnya? Kamu jangan kerja terus nanti keburu jadi perawan tua. Jangan lupa diet itu perut kamu sudah mirip perut lembu."
Pak Togar membalas dengan tawa keras yang membuat seluruh guru yang ada di ruangan mengalihkan perhatiannya pada Megi dan guru senior itu. Kalau tak ingat usia dan posisi Pat Togar sebagai senior disini sudah Megi pisuhi orang tua ini.
"Percuma aku curhat sama Bapak ujung-ujungnya pasti di tertawakan."
"Maaf Gi, tak kuat aku dengarnya." jawab Pak Togar sambil mengusap air mata yang keluar karena saking kerasnya tertawa. Bahagia sekali dia melihat Megi menderita.
Tiba-tiba satu ide brilian terlintas di otak Megi. Pak Togar kan keturunan Batak asli, kebetulan saja dapat istri orang Bandung. Megi yakin sekali pak tua ini pasti memiliki kerabat banyak disana. Siapa tau kalau Megi beruntung dia bisa dikenalkan dengan orang batak yang mirip-mirip dengan Choky Sitohang-artis dan presenter keturunan Batak itu.
"Pak Togar ada ponakan cowok gak? Bolehlah kalau di jodohin sama aku. Aku jamin pak Togar tidak akan menyesal punya ipar secantik aku"
Pak Togar tampak berpikir sebentar, "Ada sih sebenarnya,"
"Wahh.. mau dong dikenalin." kata Megi kelewat antusias
"Anak kakak aku, umurnya awal 30-an," berarti jaraknya sekitar lima tahun dengan Megi, tak apalah pikirnya, tidak terlalu jauh jarak usia mereka kalau begitu.
"Tapi istrinya dah tolu, kalau kau mau nanti jadi yang ke ompat" seketika mata Megi melotot
"Gilaa.. gue lempar dari lantai tiga lama-lama lu pak."sungut Megi dengan kesal
"Hahaha... sabar la Megi. Aku kan hanya menawarkan. Ada juga anak sepupuku, ganteng sekali, bapaknya orang bule." Mata Megi kembali berbinar mendengar kata b-u-l-e dalam bayangan Megi sudah melintas akhi-akhi sekseh macam Adam Levin dan Zain Malik.
"Ahh.. jodohin sama aku pak. Yaaa... yaaa" Megi berjingkat-jingkat tiga kali lebih antusias dari sebelumnya. Kentara sekali ke uduzuran status jomblonya, mungkin sel tulurnya sudah berdemo ingin segera di buahi.
Pak Togar terkekeh geli, apalagi saat Megi sengaja memijitnya untuk merayu Pak Togar agar di jodohkan dengan ponakannya yang keturunan 'bule' itu, "Tapi taun kemaren baru masuk SD, kalau kau mau tunggu sampai dia besar tak papa. Tapi aku tak yakin kalau dia sudah besar nanti mau sama kau."

KAMU SEDANG MEMBACA
XXL!! So, What??
General FictionElga adalah manusia yang paling Megi benci setengah mampus. Manusia paling gak guna yang menghancurkan masa kanak-kanak dan masa remaja Megi. "Woy Meg, emak lu waktu hamil makan apaan, sih?" "Ya mana gue tau bego" "Gue yakin emak lu makannya bukan n...