Part 6

38 5 1
                                    

Sekarang jam sudah menunjukkan pukul 22.02 gue masih bertahan duduk diatas kasur dan masih juga mengenakan pakaian sekolah. Gue udah gak peduli tentang rencana gue yang mau nulis di Draft A. Gue juga udah gak peduli besok ada PR atau bahkan ada ulangan sekalipun. Keluarga gue sedang tidak dalam keadaan baik-baik saja. Air mata gue terus saja mengalir tanpa mau berhenti. Gue sama sekali gak pernah kepikiran tentang kelurga gue yang bakal berpisah nantinya. Tapi gue gak berniat memberitahu ini kepada Abang dalam waktu dekat. Gue takutnya tadi telinga gue cuma salah denger atau gue lagi mimpi yang terasa amat-amat nyata.

Gue harus siap, kalau suatu saat nanti atau bahkan besok Papa-Mama bakalan kasih tau yang sejujurnya sama kita. Iya, gue harus siap menerima kenyataan ini.

Gue pun akhirnya bangkit dan tanpa berniat untuk mandi gue cuma mengganti pakaian sekolah dengan pakaian tidur. Setelah mencuci wajah dan gosok gigi gue akhirnya memutuskan untuk tidur. Gue berharap disaat gue terbangun semua baik-baik aja dan hanya sekedar mimpi tidur belaka. Semoga saja.

---

"Ki, ayo bangun. Udah jam berapa loh. " Ucap Mama membangun kan gue dan seperti biasa, Mama selalu menaruh tangannya di jidat gue.

"Kian, badan kamu panas banget. Kamu demam ya? "

Mama terlihat sangat khawatir kepada gue. Padahal gue ngerasa baik-baik aja malam kemarin.

"Kamu mau ke Rumah Sakit? " Tanya Mama. Karena ia tahu gue paling anti ker Rumah Sakit.

"Enggak usah Ma. Kian gak papah kok. "

"Kian mau berangkat bareng Papa atau Mama? " Teriak Papa dari arah meja makan.

"Kian demam. " Teriak Mama.

"Loh, Kian kok bisa demam?" Ucap Papa menghampiri gue dan melihat kondisi gue yang ditutupi selimut tebal.

"Gini nih kalau makannya fast food melulu. " Omel Papa.

"Iya, enggak lagi kok Pa. "

"Yaudah Kian mau bubur masakan Papa gak? Papa buatin ya? "

Fyi aja nih, Papa gue emang jago buat bubur dan rasanya enak bangett.

"Gak nafsu bubur Pah. "

Gini nih kalau jadi anak bungsu. Mau umur berapa pun kita tetep aja dianggap anak kecil.

"Yaudah Papa mau berangkat kerja dulu. Jangan lupa makan ya sayang. "

Sayang. Kata-kata itu kembali mengingatkan gue pada kejadian kemarin sore. Sekarang sayang Papah bukan untuk gue dan Mama lagi.

"Kamu gak papah kan kalau Mama tinggal kerja? Kalau ada apa-apa minta sama Bibi aja. Nanti pas jam makan siang Mama minta balik cepet biar bisa jaga kamu. "

"Iya Ma. Gak papah kok kian ditinggal. "

Saat jam sudah menunjukkan pukul 10.00 WIB gue baru merasa lapar dan menyuruh Bibi untuk membuat Soup Jagung kesukaan gue.

Arfan Pradirga
Lo gak sekolah

Arfan Pradirga
?

Aliandra Kian
Enggak lagi sakit. Mau pinjem buku lagi?

Arfan Pradirga
Nanya doang

Gue pun cuma membaca pesan terakhir yang ditulis Arfan. Apa jangan-jangan tadi disekolah dia nyariin gue? Kan jadi ge-er gue nya hehe.

"Ini non Soup Jagung nya dan ini susu nya biar non cepet sembuh. "

"Makasih Bi. "

"Iya, sama-sama Non. Bibi mau nyuci dulu. "

"Iya, Bi. "

"Woi gak sekolah lo! " Ucap Abang yang tiba-tiba masuk kamar gue.

"Kemana aja lo Bang. Udah siang baru tahu kalau adeknya gak sekolah. Susah sih kalau dunianya cuma tentang Motor doang. "

"Apaan sih. Tijel lo. Bagi dong dikit aja. "

"Gak ah. Orang lagi sakit masih aja di jajah. Minta Bibi tuh di dapur. " Ucap gue sambil menghindari mangkok yang berisi Soup Jagung tersebut dari Abang.

"Pelit. Awas aja nitip-nitip, gue gak mau lagi. " Ucap Abang mengancam.

Iseng, Abang pun meneguk habis Susu Full Cream gue yang belum gue minum sama sekali.

"Ih.. Abang! Apaan sih. Orang lagi sakit juga masih aja di jahilin. Aduin Mama biar gak dikasih uang mampus lo. " Ancam gue yang sebenernya sia-sia karena Abang gak pernah takut sama ancaman gue.

"Aduin aja gak takut, wlek. "

"Ini Kian beneran lho. Nanti Mama pulang cepet dan langsung aku aduin. "

"Adu aja gak mempan gue mah. "

"Oh gak mempan yah. Oke aduin ah kalau sebenernya Abang udah ngerokok. "

"Eh kok bawa-bawa itu sih. Kan udah janji gak bakal di adu. "

"Bodo amat. Kalau gak mau sih ada syarat, ambilin lagi Susu gue di dapur. "

"Oh gitu.. Udah berani nyuruh-nyuruh Abang. Awas ya. "

Gue pun langsung berlari mengitari kamar gue sendiri. Karena Abang mau menggelitiki gue. Dan akhirnya gue malah kejar-kejaran sama Abang.

LostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang